Aku terdiam.
Aku hanya bisa terdiam seribu bahasa mendengar perkataan Gandis.
Itu hal yang akan kau lihat kalau melihatku dari luar.
Seorang perempuan yang tengah menunduk terdiam dengan kekosongan di matanya.
Tapi di dalam?
Di dalam, hatinya sedang hancur berkeping-keping.
Aku akan mengalah.
Aku akan menghilangkan semua perasaanku yang ada untuk Hadi.
Aku tak bisa mengganggu hubungan orang lain.
Hadi kembali.
Hadi melihat wajah Namira yang pucat.
"Eh, Hadi, lu ngapain disini? Udah makan belum?" - Gandis
Hadi tidak menghiraukan Gandis dan langsung pergi ke sisi Namira.
"Nam, lu kenapa? Muka lu pucet banget ini" - Hadi
Aku harus mengalah.
"Ngga kok, gua ga kenapa kenapa" - Nam
"Bener nih?" - Hadi
"Iya bener Hadii, Namira kan udah bilang dia ga kenapa napa" - Gandis
Hadi memakai wajah marahnya untuk sedetik, tapi kemudian menghela nafasnya.
"Ngapain lu disini?" - Hadi
"Ga ngapa ngapain kok! Tadi lagi ngobrol aja sama Namira, ya kan Nam?" - Gandis
Aku mengangguk.
"Gitu... dan buat jawab pertanyaan lu tadi, gua udah makan kok" - Hadi
"Yahh... baru aja gua mau ngajak temenin makan..." - Gandis
"Gapapa, gua mau kok nemenin lu makan, tapi gua anterin Nami ke dalem dulu" - Hadi
"Gausah dianterin, Namira kan bisa sendiri. Ya kan Nam?" - Gandis
Aku harus mengalah.
"Iya lu ga usah anterin gua Di, lu temenin Gandis makan aja, gua bisa sendiri ko" - Nam
Aku berusaha menahan keluarnya air mataku.
"Tuh, kan?" - Gandis
Hadi baru saja ingin berkata sesuatu, tapi sudah terpotong olehku.
"Gua duluan" - Nam
Aku berlari meninggalkan mereka berdua.
Aku bisa mendengar suara Hadi yang tengah memanggilku.
Tapi aku tetap berlari.
Aku harus mengalah.
Aku tak bisa mengganggu hubungan orang lain.
Aku tak berhak cemburu akan kedekatan mereka berdua.
Lagipula, aku ini memang siapanya Hadi?
*Timeskip*
Saat aku sampai di tribun timku, aku langsung mencari kedua sahabat perempuanku, Raya dan Aulia.
Aku ingin menceritakan hal ini pada seseorang.
Aku ingin meminta advice.
"Ihhhh kesel gua dengernya genit banget si tu cewe" - Raya
"Iya njir cantik aja engga" - Aulia
"Udah lah... ga apa-apa, lagian gua kan bukan siapa-siapanya Hadi, gua nyadar diri kok" - Nam
"Ngga Nam, lu harus pertahanin hubungan lu sama Hadi" - Raya
"Bener! Lu ga harus ngalah, Gandis juga kan masih bukan siapa-siapanya Hadi" - Aulia
"Iya iya, makasih ya, udah mau dengerin curhatan gua. Gua bakal pikirin perkataan kalian" - Nam
Partai finalku akan dilaksanakan pada jam setengah 4 nanti.
Dan sekarang masih jam setengah 3.
Seharusnya aku makan terlebih dahulu agar memiliki tenaga untuk pertandingan nanti.
Tapi, aku malah menghabiskan waktu itu untuk melamun.
Aku masih memikirkan perkataan Aulia dan Raya.
Mereka benar, Gandis belum menjadi orang spesial bagi Hadi.
Kita berdua belum menjadi orang spesial bagi Hadi.
Maka, haruskah aku kembali memperjuangkan perasaanku?
Atau, mengalah dan menghancurkan hatiku sendiri?
Tapi, belum selesai aku berpikir, Hessa menghampiriku.
"Nam, lu makan napa, bengong mulu" - Hessa
Aku menolak.
"Ga dulu deh..." - Nam
"Lah kenapa? Lu nanti harus tanding lagi loh Nam" - Hessa
Hessa benar.
Tapi waktu itu aku malah tak mau mendengarkan perkataannya.
"Ga apa-apa" - Nam
Hessa melihat sekeliling.
"Ga ada Hadi... jadi karena itu, ya Nam?" - ucap Hessa dalam hati
"Yaudah makan coklat aja deh, nih gua ada coklat favorit lu" - Hessa
Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku ke Hessa.
Dia membalas senyumanku.
"Lu bener-bener tau gua ya Hes?" - Nam
"Iya lah, gua kan sahabat lu. Udah udah, sekarang makan coklatnya" - Hessa
Hessa duduk disampingku selama aku memakan coklat pemberiannya.
"Makasih ya Hes, udah dampingin gua selama ini" - Nam
Hessa tersenyum.
Aku menghadap ke arahnya.
"Always and forever, kan Hes?" - Nam
"Always and forever, Nam" - Hessa
..........
Tanpa Namira ketahui, ada satu pasang mata lain yang menyaksikan kejadian tadi.
Dia ingin membantu Namira, tapi tak tahu bagaimana caranya.
Dia melihat wajah Namira yang pucat sebab apa yang dikatakan Gandis.
Dia melihat mata Namira yang menolak mengeluarkan air mata.
Dia melihat Namira yang berlari dari Hadi dan Gandis.
Tapi, setelah melihat semua itu, dia hanya bisa terdiam di tempat.
Dia kecewa terhadap dirinya sendiri.
Dia berharap, Namira akan melupakan kejadian itu, dia tak mau melihat Namira terluka.
Itulah harapan Hessa.
HAI..... KETEMU LAGI KITA GIMANA KABAR KALIAN SEHAT SEHAT AJA KAN? SEMOGA KALIAN SEHAT SELALU YA...
CHAPTER KALI INI LEBIH PANJANG DARIPADA CHAPTER SEBELUM...
SEMOGA KALIAN SUKA DAN BISA TERHIBUR...
JANGAN LUPA VOTE DAN SHARE KE SEMUA SOSMED DAN TEMEN TEMEN KALIAN YAAA..
SEE YOU NEXT CHAPTER....
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
No FicciónKisah seorang remaja wanita yang mencari keberadaan cinta pertamanya dan kisah hidup nya bersama para sahabat sahabat yang ia sayangi. Dia bukan hanya mencari cinta pertamanya tapi ia juga mencari keberadaan 1 sahabat nya yang sudah lama pergi menin...