"Gua duluan ya" - Nam
Hadi mengangguk.
Aku memberinya satu senyuman terakhir sebelum kembali ke Hessa.
Bisa berbicara dengan Hadi... membuatku senang.
Di saat-saat seperti ini,
kadang aku sangat berharap Gandis dan Hadi tak memiliki hubungan apa-apa.
Agar aku bisa kembali dekat dengan Hadi...
bisa berbicara dengannya tentang apapun...
bisa kembali bercanda dengannya...Tanpa khawatir aku akan merusak hubungan orang lain.
Tapi, hal itu sepertinya tak mungkin.
Aku hanya bisa menerima kenyataannya.
Aku tak bisa melakukan apa-apa.
"Udah?" - Hessa
Aku mengangguk.
"Udah, kita lanjut ke tribun yuk sekarang, maap kalo ngelamain" - Nam
Hessa hanya mengangguk.
...aku juga harus menyembunyikan kesedihanku dari teman-teman.
Terutama dari Hessa...
..........
Hessa melihat wajah Namira yang berjalan di sampingnya.
Dan tanpa melihat dua kali, dia tahu apa yang Namira rasakan sekarang.
Helpless.
Tak bisa berbuat apa-apa.
Hanya bisa menyaksikan dalam diam.
Hessa ikut sedih melihat itu...
Yang membuatnya berjanji dia akan terus ada di samping Namira.
Untuk melindunginya.
..........
Aulia dan Raya sudah sampai di tribun.
Mereka menghampiriku dan Hessa dengan raut wajah yang gembira.
Dan ternyata Aulia mendapat medali emas di kategori Poomsae.
Kami semua memberinya ucapan selamat.
Yang kemudian berujung kepada Hessa yang berjanji akan mentraktir kita semua kalau dia mendapat emas...
*Timeskip*
"Hes, bentar lagi partai lu kan?" - Nam
"Eh iya njir ga nyadar gua, buruan kita ke bawah siap-siap" - Hessa
"Iya iya" - Nam
Aku dan Hessa pun membawa barang-barang kami dan turun ke area lapangan.
Tapi belum cukup satu langkah, kami dihentikan oleh suara pelatih kami.
"Nam, Hes! Kesini dulu bentar!" - Sabeum Nim
Aku dan Hessa membuat kontak mata dan kembali ke tribun.
Ada Hadi...
Dia juga seharusnya sudah pergi ke area lapangan, partainya hanya beda satu dengan Hessa.
Ada apa ya?
"Iya Nim kenapa?" - Nam
"Itu... nitip Hadi juga ya sekalian dianterin sama dicoach juga" - Sabeum Nim
Aku terdiam.
"Nam? Maaf ya, soalnya pelatih mau ada rapat" - Sabeum Nim
"Oh... iya iya ga apa-apa kok Nim" - Nam
"Makasih ya Nam! Kalian boleh turun sekarang" - Sabeum Nim
Kami pun turun ke area lapangan.
Aku... sebenarnya sangat senang mendapatkan tugas ini.
Karena kalau seperti ini... aku bisa berada di dekat Hadi.
Aku bisa menggunakannya sebagai alasan kepada Gandis.
Ah... aku sangat senang.
Tapi aku harus menyembunyikannya dari Hadi...
..........
Hessa tak berhenti melihat wajah Namira.
Namira terlihat sangat senang.
Dan dia ikut senang melihatnya.
Tapi dia akan tetap berada di samping Namira... kalau-kalau hal berubah 180 derajat.
..........
"Hadi? Gua nyariin dari tadi tau" - Gandis
Gandis lagi...
Bagus... bagus sekali...
"Maaf ya Gandis, gua tadi dipanggil sama Sabeum Nim" - Hadi
"Kenapa?" - Gandis
"Nami jadi coachnya Hadi sekarang" - Hessa
"Oke, makasih udah ngasih tau, tapi gua ga nanya elu! Males banget gua denger suara lu" - Gandis
Waduh...
"Heh! Emangnya lu kira gua mau denger suara lu? Engga nying!" - Hessa
Hadi dan aku bertatapan.
Kami mengangguk secara bersamaan.
"Suara lu tuh udah kaya mon-- eeeeh ngapain si lu bedua!" - Hessa
Aku dan Hadi menarik Hessa dari Gandis.
"Kaya apa lu bilang tadi?! HEH HESSA LU TUH YA---- (terpotong kalau tidak author kena writer block 😌)" - Gandis
Kami meninggalkan Gandis yang sedang melampiaskan amarahnya seorang diri.
Aku memarahi Hessa.
Yang kemudian hanya mengangkat bahunya dan meminta maaf dengan mudahnya.
Memang Hessa...
HALLO KETEMU LAGI NIH KITAA....
GIMANA KABAR KALIAN?? SEMOGA SEHAT SEHAT AJA YA...MAAF YAA BARU BISA UPDATE SEKARANG...
JANGAN LUPA VOTE AND SHARE
SEE YOU NEXT CHAPTER.....
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Non-FictionKisah seorang remaja wanita yang mencari keberadaan cinta pertamanya dan kisah hidup nya bersama para sahabat sahabat yang ia sayangi. Dia bukan hanya mencari cinta pertamanya tapi ia juga mencari keberadaan 1 sahabat nya yang sudah lama pergi menin...