32

19 2 0
                                    


Hilmi hanya perlu menjaga Namira dari atas sana, dia tak perlu khawatir.

Hilmi.

Hilmi Emilu Fata adalah kakak kandung Namira yang sudah meninggal.

Tapi sebenarnya, pernyataan kematian Hilmi belum bisa dipastikan benarnya. Karena, beberapa tahun sebelumnya, Hilmi menghilang. Dan hingga saat ini tak ada yang mengetahui keberadaannya. Sehingga seluruh anggota keluarga Hilmi menyatakan bahwa dia telah meninggal dunia.

Namun, ada satu orang yang yakin bahwa Hilmi belum meninggal dunia, yaitu adik kandung Hilmi sendiri, Namira Putri Cahaya.

Namira selalu merasa bahwa kakak kandungnya ini masih hidup sampai saat ini, dan dia hanya tersesat di suatu tempat.
...dan dia sangat membutuhkan bantuan dari banyak orang.

Orang-orang berkata, insting seorang individu terhadap darahnya sendiri itu sangat kuat.

Mungkin saja, akan terjadi suatu keajaiban. Mungkin saja, Hilmi akan ditemukan dalam keadaan hidup dan sehat.

Kita tak pernah tahu.

Karena suatu keajaiban bisa terjadi kapan saja dan dimana saja pada kita.

Dengan izin Tuhan apapun bisa terjadi.

..........

"Jangan liatin gua mulu napa Hes" - Nam

Hessa keluar dari lamunannya.

"Mana ada gua liatin elu, ga usah kegeeran dahh" - Hessa

Ucap Hessa dengan nada meledek. Namira memutar matanya dan meninggalkan Hessa di ruang keluarga.

Namira pergi ke pintu menuju halaman belakang. Dia berdiri di bawah pintu.

"Bu Ina, Cahya, gimana udah beres?" - Nam

Namira setengah berteriak.

"Tinggal gelas gelasnya aja Nam" - Cahya

Cahya menghampiri Namira.

"Bantuin bawa yuk" - Cahya

"Udah udah ga usah, biar gua aja, lu kan udah siapin semuanya dari tadi" - Nam

"Eh ga usah Nam, kita ambil berdua aja biar gampang" - Cahya

"Udahh ga usah, lu duduk aja sama bu Inah, istirahat, kan udah capek" - Nam

"Tapi--" - Cahya

Namira memotong perkataan Cahya.

"Shuuush, ga ada tapi tapi, udah hus sana" - Nam

Namira mendorong Cahya kembali ke halaman. Cahya menyerah dan pergi duduk di samping bu Inah.

Namira tertawa kecil sebelum pergi ke dapur.

Tetapi setelah masuk ke area dapur, senyum Namira langsung hilang. Dia berpura-pura bahagia. Diri Namira yang sebenarnya masih patah hati dan terluka. Terlebih lagi karena dia akhir-akhir ini rindu kepada kakaknya.

Di dapur itu, di tempat tak ada orang yang bisa melihatnya, dia melepaskan topengnya. Dia tak perlu berpura-pura bahagia untuk orang lain, disini dia bisa menjadi dirinya sendiri.

Tetapi Namira tahu dia tak bisa terus bersembunyi seperti ini. Namira memasang wajah bahagianya dan membawa gelas-gelas minuman menuju ke halaman belakang.

"Ding-dong"

Suara bel dari gerbang berbunyi.

Namira berhenti di ruang keluarga untuk menyuruh Hessa, pak Iwan dan mas Aris untuk menjemput makanan.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang