BEST FRIEND

46 9 1
                                    

Hessa kecewa terhadap dirinya sendiri.

Dia kecewa terhadap dirinya yang belum bisa menjadi sahabat yang baik untuk Namira.

Dia kecewa terhadap dirinya yang membiarkan Namira sampai menjadi seperti ini.

..........

Aku dan Hessa duduk dalam keheningan untuk waktu yang cukup lama.

Sampai aku mengajukan satu permintaan kepada Hessa.

"Hes, buat tanding nanti lu mau ga anterin gua? Terus lu jadi coach gua dong pleasee" - Nam

"...oke" - Hessa

Hah? Gitu aja?

"Oke doang? Ga penasaran gitu alesannya kenapa? - Nam

Hessa tersenyum.

"Ngga, oke aja" - Hessa

"Boong! Lu penasaran kan? Hayo ngakuu" - Nam

"Benerann ga boong" - Hessa

"Bodo ah, pokonya lu sama gua ya" - Nam

"Iya iyaa manjaa" - Hessa

"Lu kan suka sikap manja gua, gua tau kok Hesss" - Nam

"Iya dehh Namira kan tau semuanya" - Hessa

Kami berdua tertawa.

"Udah udah, sekarang lu minum air putih dulu, abis itu minum teh manis biar ada tenaga" - Hessa

"Okeee siapp" - Nam

Aku memasang topeng di depan Hessa.

Topeng kebahagiaan untuk kesedihanku.

Aku tak mau Hessa melihatku bersedih dan menyalahkan dirinya sendiri.

..........

Hessa tau Namira sedang memasang topeng.

Untuk menutupi kesedihannya.

Hessa lagi-lagi merasa bersalah.

..........

"Eh, Hes?" - Nam

"Hm?" - Hessa

"Nanti ada saatnya lu berhenti merhatiin gua kaya gini, kan? Karena nanti lu bakal merhatiin wanita dalam hidup lu" - Nam

"Nam. Walaupun nanti gua punya prioritas baru, gua ga akan berhenti merhatiin lu. Walaupun gua udah punya istri, lu bakal tetep jadi nomor 2 setelah ibu gua.

Ada jeda panjang setelah Hessa berbicara.

....karena gua udah janji ke almarhum kakak lu, gua udah janji buat gantiin posisi dia di hidup lu, Nam. Gua bukan hanya sahabat lu, gua juga kakak lu. Sampai kapanpun, gua bakalan terus ada di sisi lu" - Hessa

Aku dapat merasakan mataku yang berair.

Hessa memelukku.

Aku menangis di pundak Hessa.

"Betul, Hes. You're my brother" - Nam

*Timeskip*

Tak lama kemudian, air mataku sudah tak keluar lagi.

Hessa melepas pelukannya.

Dia tersenyum.

"Kalau kaya gini, gua jadi inget sama Sifa" - Hessa

Aku juga ikut tersenyum.

Sifa.

Sahabat kecilku, kami berpisah di kelas 6 SD karena dia harus ikut orang tuanya ke Jepang.

"Iya... Sifa. Udah lama gua ga denger namanya disebut. Sekarang kabar dia gimana ya Hes?" - Nam

"Gua juga penasaran. Kita bener-bener lost contact sama dia..." - Hessa

"Iya..." - Nam

Aku rindu dengan Sifa.

Rindu saat-saat kita bermain.

Rindu tawanya yang cerah.

Rindu sifatnya yang nakal.

Dan tanpa ditanya pun, aku tahu Hessa juga rindu padanya.

Kita bertiga sahabat kecil, after all.

Kami berdua kembali tersenyum.

Mengingat saat-saat Sifa masih disini.


HALLO HALLO KETEMU LAGI KITA GIMANA KABAR KALIAN SEHAT KAN...

KALAU KALIAN SUKA JANGAN LUPA VOTE DAN SHARE...

SEE YOU NEXT CHAPTER......

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang