Saat tahu aku menang, aku langsung berlari memeluk Hessa.
Aku melihat sekilas ke arah Gandis.
Aku melihat Gandis yang sedang menangis ke arah Hadi.
Tapi aku tak peduli, yang penting sekarang aku menang.
Hessa membalas pelukanku.
"Selamat, Nam. Akhirn---" - Hessa
Omongan Hessa tak terdengar lagi.
Pandanganku berkunang-kunang.
Badanku seperti melayang.
Dan tak cukup satu detik, aku jatuh pingsan di tangan Hessa.
Dan waktu itu aku berpikir, tak apa kalau hanya pingsan, yang penting aku sudah menang...
*Timeskip*
Saat aku terbangun dari pingsanku, aku langsung disambut wajah-wajah sahabatku.
"Akhirnya bangun juga lu Nam" - Raya
"Udah pingsan dua kali lu hari ini Nam, Nam" - Aulia
"Ya iyalah, sebelum tanding malah ga mau makan, jadinya gini kan" - Hessa
Buset... baru bangun pingsan langsung disembur.
"Iya iyaaaa, maap deh udah keras kepala, maap juga udah bikin khawatir..." - Nam
"Udahlah yang penting sekarang mendingan lu makan dulu, lu mau ke pembagian medali mukanya pucet gitu?" - Hessa
"Iya iya iya, makan dulu makan dulu" - Nam
Aku tak mau melawan Hessa.
Apalagi kalau sudah khawatir begini...
"Gua suapin ya Nam" - Raya
"Yeyyy disuapin Rayaa" - Nam
Raya tersenyum melihat sifat kekanakanku.
Aku senanggg sekali disuapi Raya.
Apapun makanannya, pasti rasanya jadi enak.
Raya sepertinya sudah cocok menjadi seorang ibu...
"Eh guys gua balik duluan ya, soalnya yang tanding besok disuruh istirahat dulu" - Aulia
Kami semua membalas pamit Aulia.
Hessa juga sebenarnya akan bertanding besok, tetapi orang yang biasa menjemput kami belum datang.
"Lu ga balik juga Hes?" - Raya
"Jemputannya aja belom dateng, gimana mau pulang..." - Hessa
Hessa berkata sambil melihatku.
"Palingan bentar lagi dateng, tunggu aja" - Nam
Pak Iwan, supir yang biasa menjemput kami memang sering telat.
Tetapi karena itu, waktuku bersama Hessa jadi lebih banyak.
Aku tak tahu harus berterima kasih padanya atau tidak...
Setelah aku selesai makan, pembagian medali dimulai.
Aku dan Raya turun ke area lapangan.
Untungnya, peserta yang bertanding hari ini lebih sedikit dibandingkan dengan yang bertanding besok.
Jadi pembagian medalinya menjadi sedikit lebih cepat.
Sambil menunggu, aku dan Raya mengobrol.
*Little Timeskip*
Sekarang bagianku naik podium.
Aku melihat Gandis.
Dia tersenyum melihatku.
Aku kembali tersenyum padanya.
Terkadang aku sangat bersyukur mempunyai rival yang tak kekanak-kanakan.
Kami berdua hanya kompetitif di area pertandingan.
Dan aku harap tetap akan seperti itu.
Aku tak mau memperebutkan Hadi, dia bukan sebuah piala...
Setelah turun dari podium, aku pamit kepada Raya dan ibunya.
Karena jemputanku dan Hessa sudah datang.
Aku ingin cepat-cepat pulang dan tidur...
Tetapi, saat sedang berjalan ke area parkir...
"Namira, bisa ngomong sebentar?"
Gandis...
Aku berputar balik.
"Iya? Mau ngomong apa Gandis?" - Nam
"Gua cuma mau ingetin lu tentang obrolan kita di kantin, tentang Hadi" - Gandis
"Terserah, Gandis. Gua ga mau ngerebutin Hadi. Dia bukan sebuah piala atau medali yang berhak diperebutkan" - Nam
Gandis diam sesaat.
"Sekarang kalau lu mau Hadi, silahkan. Gua ga akan ngeganggu hubungan lu sama dia" - Nam
Gandis baru saja ingin membalas perkataanku, tapi dipotong oleh Hessa.
"Ih ini benda ngikutin lu bukan Nam? Pantesan lama" - Hessa
"Apaan sih lu. Gua ga ada masalah ya sama lu" - Gandis
"Ihhh daripada elu ngapain? Orang mau pulang malah dihadang-hadang" - Hessa
"Gua tadi lagi ngomong sama Namira, elu ngeganggu tau ga?" - Gandis
"Udah lah Gandis, obrolan kita udah selesai kan? Omongan gua udah jelas kan? Kalau gitu kita duluan, bye Gandis" - Nam
Saat sedang berjalan meninggalkan Gandis, aku mendengar Hessa yang sepertinya sedang memanas-manasi Gandis.
Dan Gandis yang membalas perkataannya dengan kesal.
"Ihhhh awas lu ya Hessa!" - Gandis
"Bodoamat! Gua ga takut sama benda mati, hahahhahaha" - Hessa
Hessa berlari dari Gandis.
"....lu jangan cari masalah dah sama Gandis" - Nam
"Lah? Kenapa? Seru kok manas-manasin dia" - Hessa
Aku menghela nafas mendengar kata-katanya.
"Gua aja yang punya masalah sama dia adem gitu loh, lu kan ga ada masalah sama dia, Hes..." - Nam
Hessa tak menjawabku, dia malah lanjut bermain dengan HPnya.
*Little Timeskip*
Di perjalanan pulang, aku dan Hessa tertidur pulas.
Mungkin karena kami sangat lelah dari kegiatan hari ini.
"Non, non?" - Pa Iwan
Aku membuka mataku.
"Sudah sampai Pa?" - Nam
"Sudah Non. Ini tuan Hessanya tidurnya pulas banget, apa mau saya gendong saja Non?" - Pa Iwan
"Yaudah gendong aja Pa kasian soalnya" - Nam
"Baik Non" - Pa Iwan
Pa Iwan pun menggendong Hessa dan kami masuk ke dalam rumah.
Aku disambut oleh bundaku dan bunda Hessa atau Tante Wulan.
"Waduh itu tidurnya pulas banget" - Tante Wulan
"Sudah biarin aja lah, biar besok pagi kuat" - Bunda Nami
"Aku juga langsung tidur ya, Bun, Tante" - Nam
"Iya iya, pasti capek kan dapet emas ya hahaha" - Tante Wulan
"Yaudah tidur ya" - Bunda Nami
Tetapi, setelah sampai di kamar tidurku, aku tak bisa tidur.
Aku malah memikirkan segala hal yang sudah terjadi di antara aku, Hadi dan Gandis...
HALLO KETEMU LAGI KITA... GIMANA NIH KABAR NYA ? MASIH PADA DI RUMAH AJA KAN...
JANGAN LUPA VOTE AND SHARE KE SEMUA SOSMED YANG KALIAN PUNYA YAA....
SEE YOU NEXT CHAPTER - MIRACLE
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
SachbücherKisah seorang remaja wanita yang mencari keberadaan cinta pertamanya dan kisah hidup nya bersama para sahabat sahabat yang ia sayangi. Dia bukan hanya mencari cinta pertamanya tapi ia juga mencari keberadaan 1 sahabat nya yang sudah lama pergi menin...