3 || Arby

2.7K 178 8
                                    

"Gue nggak tau ya, Cha, apa yang ada di pikiran lo."

"Ya ... coba deh mikir, gimana bisa elo naksir Es Kutub macam si Arby itu."

"Mau liat tampang, jelas gue masih ganteng kemana-mana. Mau liat sifat, apalagi. Dia kan judes, dingin dan gak berperasaan kalo udah ngomong."

"Dan lo naksir dia gitu, kayaknya lo emang beneran perlu diruqiyah, Cha."

Icha yang sedang berjalan menyusuri koridor memutar bola matanya kala Agnan bercuap-cuap tidak jelas di sampingnya. Sejak bel pulang berbunyi, cowok itu langsung mengikutinya dan mengatakan serentetan kalimat unfaedah.

"Diem deh lo! Lo tuh ngomong gitu karena iri aja sama Arby," sarkas Icha. Agnan yang mendengarnya sontak saja terkekeh kecil. "Nggak ada sejarahnya ya, cowok ganteng harus iri sama cowok biasa-biasa aja."

"Norak banget! Ganteng juga Arby kemana-mana," ujar Icha.

"Itu karena selera lo aja yang rendah," cibir Agnan dan hal itu membuat Icha mendengkus sebal. Memilih diam karena ia tahu kalau meladeni Agnan terus-menerus bisa membuatnya naik darah.

Arby Regantara.

Cowok yang dilihat Icha dan Agnan tadi siang di kantin. Dan juga cowok yang sedari tadi dicibirin Agnan karena Icha naksir dia. Arby itu anak kelas 11 IPA 3, mempunyai wajah oriental dan mata yang sedikit sipit. Terkenal karena sikap dinginnya.

Icha udah naksir Arby sejak mereka sama-sama gabung di klub olimpiade. Mereka pertama kali berkenalan pas olimpiade bulan lalu. Kebetulan Arby ambil mapel Matematika dan Icha ambil Kimia. Sejak saat itulah Icha diam-diam naksir Arby. Selain karena cowok itu pintar, sifat dingin dan tidak banyak bicara yang dimilikinya merupakan tipe-tipe Icha.

Namun sudah berjalan beberapa bulan semenjak perkenalan mereka, Arby tidak ada tanda-tanda membalas perasaan Icha. Mereka memang kadang bertemu dan berbaur kalau ada kumpulan peserta olimpiade. Tapi keduanya tidak pernah sekadar basa-basi. Arby dan Icha kalau ketemu pasti yang dibahasnya pelajaran terus. Membuat Icha hanya bisa memendam perasaannya.

"Eh, itu si Arby, kan?" celetukan Agnan sontak saja mengalihkan atensi Icha. Dengan gerakan cepat kepala cewek itu langsung mengikuti instruksi Agnan.

"Sama siapa tuh dia?" Agnan berujar dengan nada bertanya.

Dari jarak kurang lebih tiga meter, dapat Icha lihat jelas sosok Arby yang tengah masuk ke mobil BMW hitam diikuti seorang cewek yang memiliki rambut panjang.

"Duh, kok hawanya tiba-tiba jadi panas ya," celetuk Agnan lagi, berniat memanas-manasi Icha.

Terbukti.

Dengan muka merah padam, Icha menoleh ke arah Agnan seakan-akan siap menyemburkan bara api dari matanya.

"Bacot banget lo!"

"Buset, galak bener nih Ichi-Ocha. Kan gue becanda."

Icha menghela napas kasar menanggapi ucapan Agnan itu lalu melengos dari sana. Mencoba mengabaikan pemandangan bikin sesak yang baru saja ia lihat. Icha berusaha menyugesti dirinya bahwa cewek yang masuk ke mobil Arby tadi itu bukan siapa-siapanya Arby. Siapa tau aja sodara gitu, atau enggak sepupu.

"CHA! WOYY!" teriak Agnan kala Icha melenggang pergi. Namun gadis itu sama sekali tidak menggubrisnya, dia masih sibuk menenangkan hatinya.

"JANGAN LUPA KE RUMAH GUE NTAR! SEPATU LO!"

Mendengar teriakan susulan dari Agnan sontak saja membuat senyum Icha tertarik. Mood yang tadinya buruk seketika berangsur baik mendengar perihal sepatunya. Sesuai apa yang dia bilang tempo hari, hari ini Agnan akan menepati permintaannya soal ganti sepatu itu. Dan Icha merasa menang sudah mengerjai musuhnya itu.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang