19 || The Day

1.5K 103 0
                                    

Mobil yang dikemudikan Agnan berhenti tepat di parkiran sebuah mall yang cukup besar di kota Bandung. Yap, tujuan selanjutnya dari perjalanan mereka hari ini adalah mall.

Senyum Icha langsung terkembang tatkala mereka baru saja memasuki mall. Suasana hari ini ramai oleh banyaknya orang yang berlalu-lalang. Sekali lagi ini hal wajar karena sedang weekend.

"Mau beli apa?" tanya Agnan ketika mereka berada di eskalator menuju lantai dua.

"Emang mau bayarin?" tanya Icha balik sembari terkekeh.

"Ya iyalah, kan udah gue bilang, hari ini adalah hari dimana lo menjadi penguras dompet gue."

Icha tak bisa menyembunyikan tawa gelinya kala Agnan mengucapkan kalimat itu. Gadis itu bahkan memegang perutnya saking gelinya ia.

"Mau liat-liat aksesoris dulu, ayo!" seru Icha semangat lalu mendahului Agnan melangkah menuju sebuah toko yang menjual aksesoris perempuan.

Mata Icha sontak berbinar melihat banyak sekali pernak-pernik perempuan di depannya. Meskipun ia bukan tergolong cewek yang feminim, Icha tetap suka dengan barang-barang perempuan ini.

Tangannya sontak menarik sebuah gelang dengan bandul bintang. Icha mengamati sejenak gelang itu sebelum mengembalikannya semula pada tempatnya. Dan itu tak luput dari perhatian Agnan.

"Kenapa? Gak suka?" tanya Agnan, cowok itu sekarang berdiri di samping Icha.

"Kurang suka sama warnanya," jawab Icha pelan. Perempuan itu kembali memulai perburuannya.

Saat Icha melihat-lihat jam tangan, tak sengaja ia mendengar suara-suara diserta cekikikan mengganggu di depannya. Ia melihat ke arah dua cewek yang menjadi sumber keributan itu.

Mata Icha sedikit menyipit tatkala tatapan kedua cewek tadi tampak memuja, dan tatapan mereka mengarah ke sampingnya. Tepatnya ke arah Agnan.

Icha tiba-tiba saja menarik tangan Agnan menjauh dari sana dan dapat gadis itu dengar koor kecewa dari kedua cewek genit tadi. Entah kenapa menimbulkan rasa puas tersendiri dalam dirinya.

"Kenapa lo?" tanya Agnan. Cowok itu merasa heran karena tiba-tiba saja Icha menyeretnya menjauh dari tempat tadi. Padahal Agnan yakin, Icha tadi sedang melihat-lihat jam tangan.

Setelah merasa sudah jauh dari kedua cewek centil tadi, Icha sontak melepaskan tangannya dari lengan Agnan. Merasa heran juga dengan dirinya sendiri. Entahlah ia hanya tidak suka melihat tatapan memuja cewek tadi yang diberikan kepada Agnan. Dan Icha tidak tahu kenapa ia bisa bersikap se-childish itu.

"Mendadak gak minat beli jam tangan," jawab Icha sok cuek, berusaha menyembunyikan alasan yang sebenarnya.

"Kirain apaan," sahut Agnan pendek. Meskipun cowok itu merasa kalau alasan Icha tadi terdengar tidak logis. Namun ia tidak ingin memperpanjang, salah-salah nanti Icha marah lagi. Mereka jalan kan supaya Icha nggak marah lagi sama dia.

"Yaudah sekarang kemana?" tanya Agnan. Kini keduanya sudah keluar dari toko aksesoris itu.

"Beli boneka panda!" pekik Icha heboh. Agnan yang berdiri di sampingnya sontak meringis pelan karena suara cewek itu yang sungguh berpotensi merusak pendengarannya.

"Gak usah heboh banget, sakit kuping gue," peringat Agnan sedikit sebal.

"Bodo amat. Pokoknya mau boneka panda."

"Ck, heran gue. Padahal di kamar lo itu udah banyak banget boneka panda. Dari ukuran kecil sampai yang segede lo. Mau ternak panda?"

"Ish, nyebelin. Gak usah bacot, ayo!" Dengan kekuatan super, Icha kembali menarik tangan Agnan menuju store boneka.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang