29 || Yang Tak Bisa Hilang

1.4K 99 2
                                    

Tepat ketika jarum jam menunjuk angka lima, Icha menghentikan kegiatannya. Gadis bersurai sepunggung itu tampak tersenyum puas setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ya, saat ini ia sedang ada di ruang OSIS. Mengecek beberapa berkas keuangan yang masuk bulan ini.

Di ruangan yang tak terlalu luas itu kini hanya menyisakan dirinya seorang. Tadinya ada Elsa dan beberapa pengurus inti lainnya, tapi sudah pulang duluan sejak sejam yang lalu.

Icha mengambil tasnya lalu melenggang keluar dari ruang OSIS. Setelah mengunci pintu bercat abu-abu itu, Icha segera menyusuri koridor. Langkahnya tiba-tiba saja terhenti kala ia berada di depan aula.

Mata Icha sedikit menyipit ketika melihat seorang perempuan tinggi yang baru saja keluar dari aula.

"Eh, Clara?!" panggil Icha keras, membuat perempuan tinggi bernama Clara itu berhenti.

"Lo ... abis ngapain?" tanya Icha basa-basi seraya memperhatikan penampilan Clara. Gadis yang menjabat sebagai sekretaris Paskibra itu tampak memakai baju olahraga dan tengah membawa kantung kresek yang entah apa isinya.

"Abis ngambil konsumsi di aula buat anak-anak yang lagi latihan," jawab Clara ramah.

Icha tampak mengangguk-angguk paham. "Oh, iya, Agnan mana, ya? Gue ada urusan nih sama dia."

"Dia lagi di lapangan, ikut latihan juga."

Kening Icha sedikit mengernyit mendengar kalimat itu, tidak mengerti.

"Lomba PBB variasi itu, 'kan, udah deket. Terus kita ada persembahan PBB juga sebelum lomba nanti, jadi latihan juga. Dan Agnan ikutan," jelas Clara panjang, mengerti bahwa Icha sama sekali belum mudeng tadi.

Icha tampak mengangguk, sudah mengerti apa maksud si cewek tinggi ini. "Latihannya masih lama, ya?"

"Udah selesai, bentar lagi pulang. Tapi sebelum itu istirahat dulu."

"Gue ikut lo aja deh, gue mau ngomong sama Agnan."

"Boleh," sahut Clara tersenyum tipis.

Lalu keduanya segera berjalan beriringan menuju lapangan utama. Dan benar saja, di sana ada beberapa anggota Paskibra yang sedang istirahat. Sebagian ada yang memilih duduk di pinggir, sebagiannya lagi tetap bertahan di tengah lapangan.

Mata Icha langsung saja tertuju pada sosok Agnan yang sedang berdiri berhadapan dengan seorang cowok. Kalau tidak salah cowok itu namanya Arya, wakil ketua paskibra alias partnernya Agnan.

Kedua pemuda itu tampak berbicara dengan serius. Dan Icha sedikit tak enak jika harus mengganggu.

"Kenapa berhenti, Cha?" tanya Clara ketika menyadari pergerakan Icha yang terhenti.

"Eh, gue nunggu di sini aja. Keliatannya Agnan sama Arya lagi ngobrolin hal serius," jawab Icha dengan nada tak enak. Clara yang mendengarnya pun hanya mengangguk. Setelahnya, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.

Icha memilih menunggu di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Dari posisinya sekarang, dapat Icha lihat ketika Clara menghampiri Agnan dan Arya yang masih tengah mengobrol.

Ketiganya tampak berbicara sejenak, lalu tiba-tiba saja mata ketiga orang itu menoleh menatapnya. Icha jadi berpikir mungkin saja Clara memberitahu Agnan bahwa ia menunggu cowok itu.

Benar saja, Agnan yang tampak memakai kaos putih bertuliskan Pull and Bear itu kini berjalan ke arahnya. Di tangan cowok itu ada sebotol air mineral yang tersisa setengah.

"Ngapain?" tanya Agnan ketika cowok itu sudah berdiri di depan Icha. Keringatnya tampak bercucuran dari dahi, dan sungguh pemandangan itu sedikit mengusik Icha.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang