Tadinya Icha mengira Arby akan membawanya ke Memories, toko antik yang pernah mereka datangi dulu. Tapi, secara mengejutkan, cowok itu membawanya ke pasar malam yang terletak jauh dari komplek perumahannya.
Iya, pasar malam.
Tempat yang sama sekali tidak Icha duga Arby akan membawanya, mengingat watak cowok minim ekspresi itu.
Tapi itu cukup membuat Icha senang, tidak-- bahkan ia sangat senang sekali. Sudah lama sekali ia membayangkan hal seperti ini. Menghabiskan waktu berdua dengan Arby. Hanya berdua.
"Lo gak keberatan, 'kan, kalo gue bawa kesini?" tanya Arby saat keduanya sudah berada di area pasar malam itu. Seperti pada umumnya, banyak wahana yang bisa kita naiki atau mainkan di sana. Tak ketinggalan, stand para penjual yang berjejeran. Not bad, Icha suka suasana ramai seperti ini.
"Enggak, gue malah seneng," balas Icha seraya tersenyum manis.
"Oke. Sekarang, lo mau ngapain dulu?"
Icha tampak berpikir sembari mengedarkan pandangan. Pasar malam ini benar-benar ramai, lampu-lampu tampak berkelap-kelip di berbagai sudut, membuat suasana jadi semakin hidup.
"Mau naik itu! Boleh, ya?" Telunjuk Icha mengarah pada bianglala yang tampak berputar pelan. Bianglala itu tampak cantik karena dihiasi lampu warna-warni.
Arby sedikit menarik sudut bibirnya, sudah menduga kalau gadis di sampingnya ini akan memilih wahana tersebut. Ya, wahana favorit sejuta umat di pasar malam.
"Ayo!" ajak Arby sembari mengangguk. Icha lantas tersenyum ceria mendengarnya.
Kedua manusia itu kini melangkah ke area wahana bianglala. Terlebih dahulu membeli karcis kepada petugas, setelahnya mereka ikutan antre bersama beberapa orang.
Kurang dari lima menit, kini Icha dan Arby sudah duduk berhadapan di salah satu gondola bianglala itu. Dapat Icha rasakan tubuhnya seperti melayang ketika bianglala yang dinaikinya mulai bergerak.
Pemandangan kota Bandung di malam hari selalu saja indah. Apalagi dilihat dari posisi tinggi seperti ini. Tak bisa Icha pungkiri bahwa malam ini ia sungguh bahagia.
Pasar malam. Bianglala. Arby Regantara.
Perpaduan yang sangat pas sekali, hanya itu sudah bisa membuat Icha tak henti-hentinya tersenyum. Gadis itu amat berharap, semoga selalu ada hari-hari atau malam-malam selanjutnya dimana ia menghabiskan waktu dengan Arby.
"Ar, foto yuk!" ajak Icha dengan nada riang. Terlihat gadis itu kini sudah mengeluarkan ponselnya.
"Boleh," balas Arby sekenanya, dan hal itu lagi-lagi tak bisa menahan perasaan membuncah di hati Icha.
Icha mulai memposisikan ponselnya ke arah samping, lalu mengambil beberapa gambar bersama Arby. Lima foto cukup, Icha terlebih dahulu memeriksa hasil foto mereka berdua.
Senyuman Icha lantas terbit kala melihat salah satu foto dimana Arby menyunggingkan senyumnya. Manis sekali, dan Icha amat menyukai potret itu.
Tak lama kemudian, bianglala yang keduanya naiki berhenti berputar. Diam-diam Icha melengos pendek, ia merasa waktu tadi amatlah singkat. Tentu saja, karena di atas sana ia sedang sibuk bahagia dan menenangkan jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang.
"Mau naik kora-kora?" tawar Arby saat keduanya baru saja menjauh dari area bianglala tadi.
Icha terlebih dahulu menatap wahana kora-kora yang terletak cukup jauh dari tempatnya berpijak. Melihat beberapa orang di sana yang diguncang sana-sini membuat tubuh Icha sedikit bergidik. Dari dulu ia sama sekali tidak suka wahana yang bisa membuat jantungnya ingin copot.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [Terbit]
Teen FictionNatarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya yang hobi sekali mengganggunya. Mereka tidak sahabatan, walaupun memang mereka tumbuh dan berkembang...