13 || Kotak Bekal dari Erika

1.7K 111 0
                                    

Icha sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas Matematikanya ketika pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok Oma di sana.

"Kenapa, Oma?" tanya Icha sembari menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Ada Agnan. Temuin gih."

Icha mengerutkan keningnya, "Ngapain?"

"Nggak tau. Tapi Oma liat kayaknya abis berantem deh, mukanya bonyok gitu."

"Hah?! Yang bener?" seru Icha heboh, ia bahkan sudah bangkit dari kursi meja belajarnya. Mengabaikan soal-soal Matematika yang meminta diselesaikan itu sejenak.

"Kamu temuin gih, ada di ruang tamu dianya," ujar Oma. Mau tak mau Icha mengangguk pelan.

Gadis itu sedikit heran kenapa Agnan bisa-bisanya datang ke rumahnya malam-malam begini dengan kondisi bonyok, seperti yang tadi Oma ucapkan. Dan benar saja, di ruang tamu sudah ada Agnan.

Cowok itu bahkan masih mengenakan seragam sekolah yang dilapisi jaket hitamnya. Seperti perkiraan Icha, muka Agnan memang sedikit lebam. Tapi tidak bonyok seperti yang Oma tadi ucapkan. Diam-diam Icha mendengkus pelan mengingat perkataan hiperbola Oma tadi.

"Kenapa lo?" tanya Icha sembari duduk di sofa, tepatnya di samping Agnan.

"Sakit," jawab Agnan singkat sembari sesekali meringis pelan. Penampilan cowok itu kusut dan sangat tidak enak dipandang.

"Kenapa bisa kayak gini sih?!" sembur Icha sedikit ketus. Tangan gadis itu mulai meraba sudut bibir Agnan yang sudah kebiruan. Membuat si empu meringis hebat.

"Ssshh ... pelan-pelan, Cha. Ini sakit bege!"

"Udah tau sakit, kenapa berantem?!"

Agnan terdiam. Bingung ingin berkata apa.

"Lo tunggu di sini, gue ngambil obat dulu."

Icha lantas bangkit dari sana dan segera melenggang pergi. Meninggalkan sosok Agnan yang masih mencoba meraba-raba lukanya. Cowok itu benar-benar merasa kesal dengan preman tadi, berani-beraninya mereka membuatnya kesakitan seperti ini.

Agnan tidak menyangka bahwa bogeman preman tadi bisa membuatnya meringis sakit sedari tadi. Untung saja orangtuanya sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang ke Jakarta melakukan perjalanan bisnis. Jadi Agnan bisa sedikit bebas dari pertanyaan-pertanyaan keduanya, terutama dari bundanya. Tapi Agnan tidak akan bisa bebas dari pertanyaan kakaknya nanti. Adnan.

Meskipun Agnan tahu kalau kakaknya itu sibuk, Adnan biasanya akan tetap memperhatikan dirinya. Dan Agnan cukup bingung akan menjawab apa dari mana luka-luka ini didapatkan. Kakaknya itu sangat protektif padanya.

Sedang asyik-asyiknya melamun, sosok Icha muncul dari dalam. Gadis yang malam ini memakai piyama biru muda itu tampak membawa kotak P3K di tangannya.

"Bilang kalo sakit," ujar Icha langsung dan mulai membersihkan luka kebiruan di sudut bibir Agnan.

Cowok yang sedang diobati itu hanya bisa meringis tertahan kala Icha mulai membersihkan lukanya menggunakan kapas yang sudah diberikan alkohol.

Setelah bersih, Icha memberikannya obat merah dan menempelkan plester luka di sana. Kurang dari lima menit pekerjaannya sudah beres. Icha tersenyum puas melihat hasil kerjanya.

"Berantem sama siapa lo?" tanya Icha. Tangan gadis itu kembali membereskan kotak P3K.

"Sama preman."

"Hah? Lo dirampok apa gimana?"

"Nolongin orang."

Icha terdiam sejenak. "Coba jelasin."

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang