Weekend day.
Saatnya Icha tidur seharian dan bebas dari tugas-tugas sekolah. Gadis itu bahkan baru bangun pukul sembilan pagi. Untung saja hari ini Oma sedang ada urusan dengan teman-temannya, jadi Icha tidak perlu takut dimarahi.
Icha baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Perempuan itu hanya memakai kaos biru langit yang kelonggaran dipadukan dengan celana pendek berwarna pink soft. Sebelum nantinya ia tidur sampai sore, Icha berniat menonton film terlebih dahulu.
Tetapi baru saja gadis itu ingin menghidupkan televisi, bel rumahnya berbunyi, tanda ada tamu.
Icha mendengkus pelan sembari mengurungkan niatnya terlebih dahulu untuk menonton. Ia melangkah mendekati pintu utama dan membukanya.
"Selamat pagi ratu ngambek," sapa Agnan kala Icha baru saja membuka pintu. Tak lupa cowok itu mengulas senyum cerianya.
Kening Icha sedikit mengernyit melihat pemandangan di depannya. "Lo ngapain kesini?" tanya Icha malas sembari bersedekap dada. Jujur saja saat ini ia masih marah pada Agnan.
"Mau ngajakin keluar supaya lo gak ngambek lagi."
"Ck, gue gak lagi ngambek kok."
"Tapi marah, kan?"
Icha memutar bola matanya, malas menjawab. Karena ia yakin Agnan juga tahu jawabannya.
"Sekarang ganti baju gih, gue mau ngajakin lo jalan-jalan hari ini biar gak marah lagi," suruh Agnan sembari mengedikkan dagunya ke arah dalam rumah.
"Gue masih marah ya sama lo," tuding Icha sebal.
Agnan terkekeh, "Ya, makanya gue ngajakin jalan supaya gak marah lagi."
Icha terdiam sesaat. Sebenarnya sih hari ini ia ingin tidur saja. Mengingat minggu-minggu lalu ia sedang sibuk-sibuknya.
Tetapi melihat Agnan ada di depannya dan mengajaknya jalan, Icha juga jadi gak punya kuasa untuk menolak. Apalagi niat rivalnya itu baik, untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Jalan-jalan hari ini lo yang bayarin semua makanan dan segala hal yang nanti gue beli tapi, ya?"
"Tenang aja, aman kok."
Icha akhirnya tersenyum mendengar kalimat itu. Mendadak ia tidak sabar ingin segera keluar dan membeli banyak makanan.
"Nah, gitu dong! Gue kan gak bisa marah lama-lama sama lo kalo kayak gini," ujar Icha.
"Dasar penguras dompet," canda Agnan sembari mengacak-acak surai Icha.
"Biarin. Gue kan juga cuma nguras dompet lo doang, bukan dompet orang lain juga."
"Iya iya Tuan Puteri. Sekarang masuk deh, ganti baju."
Icha mengangguk pelan sembari berbalik kembali masuk ke rumahnya. Sedangkan Agnan memilih menunggu di teras.
Kurang lebih sepuluh menit, sosok Icha muncul. Gadis usia 16 tahun itu tampak manis dengan balutan kaos pink cerah dipadukan dengan rok jeans selutut. Tak lupa sneakers putih terpasang di kaki jenjangnya.
Agnan cukup pangling melihat penampilan tetangganya itu yang baru ia sadari kalau ternyata Icha itu manis. Apalagi dengan rambut hitamnya yang diikat menggunakan pita. Menambah kesan imut.
"Udah natapnya?"
Agnan sedikit tersentak kala mendengar pertanyaan bernada mengejek itu. Ia hanya menggeleng pelan, sedikit heran dengan dirinya sendiri. Tidak menyangka kalau hari ini ia bisa sedikit terpesona dengan penampilan Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [Terbit]
Teen FictionNatarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya yang hobi sekali mengganggunya. Mereka tidak sahabatan, walaupun memang mereka tumbuh dan berkembang...