23 || Heart to Heart

1.6K 113 6
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan Agnan baru saja selesai mandi. Keasyikan main game membuatnya lupa waktu sehingga ia baru selesai mandi jam segini.

Cowok yang memakai kaos hitam polos dipadu dengan celana pendek berwarna khaki itu menuruni anak tangga sembari bersiul pelan. Ia melangkah menuju dapur untuk mengambil sesuatu.

"Mau ngapain, Nan?" tanya Gita yang ternyata ada di dapur. Wanita itu sedang mengaduk sesuatu di panci, di sampingnya ada Bi Yuli yang sedang memotong sayuran.

"Mau ngambil camilan, Bun," jawab Agnan pendek sembari membuka kulkas. Di tangannya ada kantung kresek yang tadinya ia ambil di lemari penyimpanan.

Gita yang melihat anaknya sedang memasukkan beberapa cemilan ke kantung tersebut, mengernyitkan keningnya heran. "Itu mau diapain?"

"Buat Icha, dia lagi datang bulan. Kasian, dari tadi ngeluh sakit mulu. Mau Agnan bawain makanan."

"Datang bulan? Perutnya sakit banget, ya?"

"Iya, Bun."

Gita terlihat mengangguk paham. "Bi, tolong gantiin saya dulu."

"Baik, Nyonya."

Bi Yuli meninggalkan aktivitas potong-memotongnya dan beralih mengaduk bubur kacang ijo. Sedangkan Gita terlihat mengambil sebuah tupperware dan memasukkan beberapa sendok madu di sana. Setelahnya, wanita itu menuangkan teh hangat yang sebelumnya tadi sudah disediakan Bi Yuli.

"Kamu juga bawain ini buat Icha. Bunda waktu remaja dulu sering dibikinin teh hangat campur madu sama nenek kalo lagi datang bulan." Gita menyerahkan tupperware tumblr berisi teh hangat madu yang baru saja ia buat kilat.

"Ribet, ya, jadi cewek. Setiap bulan harus ngerasain sakit gitu," komentar Agnan sembari menerima pemberian bundanya.

"Makanya kamu gak boleh sakitin cewek."

"Dih, Agnan mana pernah nyakitin cewek, Bun. Gak tega."

"Oh, ya? Bagus dong."

"Tapi biasanya Agnan sering dituduh ngebaperin cewek terus gak tanggung jawab. Padahal, 'kan, Agnan gak ada niatan buat ngebaperin. Cewek aja yang terlalu terbawa perasaan."

Gita berdecak mendengar ucapan itu. "Gak boleh gitu. Cewek, 'kan, emang hatinya sensitif. Apa-apa pasti dibawa perasaan. Kamu sebagai cowok kalo emang gak suka jangan terlalu deket dan usahain buat gak berurusan sama mereka."

Walaupun Agnan sedikit tidak mengerti ucapan bundanya, ia mengiyakan saja. Saat ini ia harus ke rumah sebelah untuk menuntaskan misinya.

"Iyain, Bun. Agnan mau ke rumah sebelah dulu. Assalamu'alaikum."

"Waalaikum'salam."

Setelah berpamitan, Agnan segera keluar dari rumah. Tadi di ruang tengah ia sempat melihat papanya dan juga Adnan yang sedang fokus bermain catur.

Ayah dan anak itu memang hobi sekali bermain catur. Beda dengan Agnan yang sama sekali tidak suka dengan catur. Menurutnya, itu menyusahkan dan ribet.

Hanya perlu berjalan beberapa saat, sampailah Agnan di depan pintu rumah Icha. Ia segera mengetuk pintu tersebut sembari mengucap salam.

Tak lama kemudian, sosok Bi Retno muncul dari dalam. "Ada apa, Den Agnan?" tanyanya ramah.

"Mau ketemu Icha, Bi."

Mendengar hal itu, Bi Retno langsung membukakan pintu dengan lebar. Agnan segera masuk setelah dipersilahkan.

"Non Icha ada di kamarnya, Den," ujar Bi Retno saat keduanya berjalan melewati ruang tamu.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang