Mobil BMW milik Arby itu berhenti di parkiran sekolah dengan mulus. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 menit, itu artinya setengah jam lagi bel akan berbunyi.
Baru saja Arby melepas seatbelt-nya, sebuah motor matic hitam lewat di samping mobilnya. Motor yang tak asing di matanya itu tampak ditunggangi oleh dua manusia berbeda gender.
Ada perasaan yang tak bisa ia jabarkan kala melihat kedua manusia tadi tampak bercanda. Perasaan yang sulit sekali ia artikan.
"Ngeliatin Icha, ya?"
Pertanyaan itu sontak saja membuat Arby mengalihkan pandangan. Sejenak ia lupa bahwa di sampingnya masih ada sosok Vena, sahabatnya sedari kecil.
"Enggak," jawab Arby pendek.
Tapi itu sama sekali tidak membuat Vena puas. Cewek berambut panjang itu sudah tahu apa yang sebenarnya membuat sahabatnya ini begitu intens melihat Icha.
"Gue liat Icha sama Agnan deket banget. Bahkan pernah pacaran, yaa ... walaupun katanya pacarannya cuma karena taruhan."
"Gue gak suka lo ikutan ngegosip, ya, Ven."
"Ish, siapa juga yang ikutan gosip. Gue cuman gak sengaja denger temen kelas gue bicarain mereka. Itu fakta kok, Icha sendiri yang bilang," pungkas Vena sedikit kesal.
Arby tampak terdiam. Sebenarnya hal itu sudah diketahuinya. Berita itu sempat heboh di kelasnya beberapa minggu lalu. Dan jujur saja Arby tidak peduli dengan itu.
"Awas aja kalo gue tau lo ikutan gosip juga, gue pites leher lo," ancam Arby dingin. Cowok itu kalau sudah bersama Vena memang sedikit ekspresif. Kata-kata yang dikeluarkan pun juga cukup panjang.
"Enggak akan Arby. Gue itu cewek yang anti ghibah."
Arby tidak lagi menanggapi ucapan itu. Baru saja ia ingin turun dari mobil, suara Vena kembali menghentikannya.
"Lo beneran suka sama Icha?"
Keduanya terdiam cukup lama. Vena yang mengeluarkan suaranya tadi, menunggu cowok di sampingnya ini memberikan jawaban.
Bibir Arby kelu, ia tidak tahu harus menjawab apa. Dari jaraknya kini, ia bisa melihat sosok Icha dan Agnan yang tampak berjalan beriringan memasuki gedung kelas.
Dapat Arby lihat jelas ekspresi Icha yang tampak cemberut. Berbeda dengan Agnan, cowok yang memiliki tinggi hampir 180 cm itu tampak tertawa bahagia.
Terlalu lama menatap Icha, membuat Arby menatap gadis itu tak lagi sama. Ingatannya tiba-tiba terlempar ke satu tahun yang lalu. Saat ia masih memiliki seseorang yang bisa membuatnya tahu apa itu perasaan cinta.
Gadis yang memiliki tubuh tak terlalu tinggi, mata yang bulat, rambut sepunggung serta alis asli yang tebal. Cinta pertama Arby yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan.
"Gue cuman pengen bilang sama lo, Icha sama 'dia' itu orang yang berbeda. Lo mungkin bisa nemuin banyak kesamaan di keduanya, tapi mereka orang yang berbeda," ucap Vena, setelah keduanya cukup lama terdiam.
"Mereka mirip banget, Ven," gumam Arby lirih. Vena yang mendengarnya sontak saja menghela napasnya pelan. Sudah ia duga, kenapa sahabatnya ini tiba-tiba mendekati Icha padahal setahunya mereka tidak cukup dekat.
Vena bisa tahu itu meskipun ia baru sebulan sekolah di Star High ini. Kalau bukan Arby yang cerita siapa lagi.
"Jadi lo deketin Icha karena mereka mirip?" tanya Vena terdengar sarkas.
Arby menggeleng pelan, namun hatinya tidak bisa berbohong. Keinginannya mendekati ketua OSIS itu baru ada setelah ia sadar kalau Icha begitu mirip dengan cinta pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [Terbit]
Teen FictionNatarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya yang hobi sekali mengganggunya. Mereka tidak sahabatan, walaupun memang mereka tumbuh dan berkembang...