15 || Hukuman

1.6K 113 0
                                    

Hujan turun dengan derasnya membasahi kota Bandung malam itu. Membuat Icha yang tadinya sedang sibuk mengerjakan tugas Matematikanya berhenti.

Gadis bermata bulat itu kedinginan dan membuat susu hangat sepertinya adalah ide yang bagus. Sembari bersenandung pelan, Icha mulai menuangkan susu kotak kemasan yang habis ia panaskan ke dalam mug. Setelahnya, ia mengambil beberapa biskuit di kulkas sebagai pelengkap.

"Bikin apa, Cha?"

Dengan gerakan refleks Icha menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Oma sedang berjalan ke arahnya. Wanita tua itu tampak membawa cangkir kosong di tangannya.

"Lagi bikin susu, Oma. Cuacanya dingin banget."

Oma tampak mengangguk-angguk, terlihat ia meletakkan cangkir yang ia bawa tadi di wastafel.

"Kamu kalo udah belajar, langsung tidur ya. Hujannya deres banget, bentar lagi pasti ada petir," ujar Oma.

"Oma juga mending tidur sekarang. Udah jam setengah sembilan ini." Icha berujar sambil melirik jam dinding yang tergantung di atas kulkas.

"Hm, Oma abis ini mau tidur. Good night cucu Oma." Dengan gerakan lembut, Oma mengecup pucuk kepala Icha dengan sayang. Lantas wanita tua itu segera melenggang pergi dari dapur.

Setelah sosok Oma sudah tak terlihat lagi, Icha ikut-ikutan melenggang dari dapur. Saat melewati kamar pembantu, sayup-sayup dapat Icha dengar suara Bi Retno yang tengah melantunkan lagu dangdut kesukaannya.

Sambil tersenyum kecil Icha menggeleng pelan. Sudah biasa dengan suasana seperti ini. Bi Retno memang kalau jam-jam istirahat seperti ini selalu melantunkan lagu dangdut favoritnya minimal dua lagu.

Mungkin majikan yang memiliki pembantu seperti Bi Retno akan merasa terganggu karena waktu istirahatnya terganggu. Tapi itu tidak berlaku dengan Icha serta Oma. Malahan Icha sangat bersyukur, karena suara Bi Retnolah yang selalu menyemarakkan suasana rumah yang sepi.

Icha meletakkan mug beserta sebungkus biskuit oreo pada meja belajarnya saat gadis itu sudah sampai di kamar. Niatnya ingin kembali melanjutkan tugasnya, bunyi notifikasi dari ponselnya mengalihkan atensi.

Dengan gerakan malas-malasan, Icha meraih ponselnya yang terletak di atas kasur.

Agnan Fahrizal
Keluar bentar, gue di depan!

Natarisha Khumaira
Ngapain?

Agnan Fahrizal
Kalau mau tau ya keluar lah jelekkk

Icha mendengkus pelan mendapat balasan dari Agnan. Gadis itu mencak-mencak sendiri dibuatnya.

"Ngapain sih si kutu itu ke rumah segala! Lagi hujan juga."

Dengan gerakan ogah-ogahan, Icha berjalan keluar dari kamarnya. Berjalan beberapa saat, menuruni anak tangga, lalu melangkah menuju pintu utama.

Tepat ketika Icha baru saja membuka pintu ber-cat putih itu, sosok Agnan langsung menyelonong masuk tanpa dipersilakan terlebih dahulu oleh si empunya rumah.

"Lama banget sih lo! Gue udah kedinginan ini!" omel Agnan sembari menghempaskan tubuhnya pada sofa. Rambut cowok itu sedikit basah habis terkena air hujan. Kaos hitam yang ia pakai juga sedikit basah.

Mungkin kalau cewek-cewek di sekolahnya melihat penampakan Agnan seperti ini, mereka akan berteriak histeris. Dalam keadaan seperti ini ketampanan pemuda itu berkali-kali lipat lebih tinggi.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang