Hujan turun dengan derasnya sore itu. Membuat siswa-siswi Star High banyak yang tertahan di sekolah, padahal bel pulang sudah sedari tadi berbunyi.
Icha baru saja keluar dari kelas ketika sosok Arby mendekat ke arahnya. Cowok yang dijuluki Es Kutub itu tampak membawa beberapa buku paket di dekapannya.
"Buku lo," ujar Arby datar sembari mengulurkan buku Matematika yang tadi ia bawa. Icha lantas mengulas senyum manisnya sebelum mengambil alih buku itu.
"Buku ini lo pake buat ikut pelatihan kemarin ya?" tebak Icha dengan nada suara yang lembut. Tidak seperti biasanya kalau ia sedang berbicara dengan Agnan, ketus dan sarkastik.
"Iya."
Singkat, padat dan jelas.
Icha berusaha mengulas senyum lagi, menutupi rasa sesak yang kadang kala muncul kalau sikap Arby seperti ini. Cewek itu sadar kalau ia sudah menjatuhkan hatinya untuk Arby, ia harus siap menerima konsekuensi dicuekin cowok itu.
"Mau langsung pulang?" tanya Icha berusaha basa-basi.
"Nungguin Vena," jawab Arby.
Kening Icha lantas mengerut kala mendengar nama yang terasa asing di telinganya itu.
"Vena? Vena siapa?"
"Bukan siapa-siapa,"
Tepat setelah Arby menjawab, sebuah suara cempreng nan centil mengambil alih atensi keduanya.
"Arby!"
Icha membulatkan matanya ketika sosok bersuara cempreng tadi sudah ada di depannya. Ia masih ingat betul wajah ini, wajah yang persis pulang bareng Arby tempo hari.
"Hp lo kenapa nggak aktif? Gue udah hubungin berkali-kali tau." Cewek itu bercerocos sembari menggembungkan pipi chubbynya yang malah kelihatan imut.
"Lowbat," jawab Arby.
"Ck, kebiasaan. Eh, ini siapa?" Cewek itu menatap ke arah Icha dengan wajah penasaran.
"Temen gue, ketua OSIS di sini," ujar Arby.
Cewek berpipi chubby itu lantas mengulas senyum imutnya, "Hai, kenalin gue Vena. Sahabatnya Arby,"
"Icha,"
Setelah salaman mereka terlepas, Vena mengalihkan atensinya lagi pada Arby, lalu ke Icha.
"Lo pasti bertanya-bertanya gue siapa. Gue ini murid pindahan dari Semarang seminggu yang lalu. Kelas 11 IPS 3, sahabatnya Arby dari kecil, hehe," lanjut cewek bernama Vena itu.
Icha yang mendengarnya hanya manggut-manggut paham. Seketika ia merasa kerdil jika dibandingkan dengan Vena ini. Perempuan itu memiliki wajah yang imut dan pipi yang berisi. Aset yang mampu membuat para cowok jatuh hati terhadapnya.
Belum lagi Vena merupakan sahabat kecil Arby, sudah jelas bahwa ia banyak mengetahui tentang cowok jago Matematika itu. Icha menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikirannya tiba-tiba saja membandingkan dirinya dengan Vena.
"Pantes aja muka lo agak asing gitu," ujar Icha tersenyum, berusaha menghalau rasa canggung yang sempat tercipta.
"Iya, hehe. Kayaknya gue sama Arby duluan, soalnya hujannya udah agak reda," kata Vena diikuti anggukan kepala dari Arby.
"Iya, hati-hati,"
Vena tersenyum lagi, "Lo juga. Seneng ketemu sama lo Icha,"
Setelahnya, makhluk beda jenis kelamin itu berlalu dari hadapan Icha. Sedangkan Icha masih bergeming di tempatnya. Sepertinya ia harus mencari tau lebih banyak tentang Vena. Siapa tau dengan begini, ia bisa juga tanya-tanya sesuatu tentang Arby sama perempuan imut itu.
***
Agnan sedang bersantai-santai di ruang tengah kala sosok Icha yang tiba-tiba saja muncul dari luar. Cowok yang tengah ngemil popcorn itu mengernyitkan keningnya melihat Icha datang dengan laptop di tangannya.
"Mau ngapain?" tanya Agnan penasaran.
Icha yang sekarang sudah duduk di samping Agnan terlihat meletakkan laptop di meja yang ada di depan mereka lantas menghidupkannya.
"Mau ngerjain tugas."
"Tumben ngerjain tugas di sini,"
"Oma lagi ke rumahnya Tante Rima, dan gue bosen sendiri. Jadi kesini," ujar Icha tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Terlihat Agnan mengangguk-anggukan kepalanya. "Kirain kangen,"
"Emang kangen,"
Mata Agnan sontak saja membelalak, detik setelahnya ia menampilkan senyum kecilnya.
"Wah, jadi ceritanya Ichi Ocha udah baper sama gue, nih?"
"Baper baper pantat lu nungging! Kangen nendang lo maksudnya!" Dengan gerakan cepat Icha langsung saja menendang punggung Agnan dengan tidak berperasaannya. Menyebabkan mangkuk popcorn yang tadi dipegang Agnan menjadi jatuh dan isinya berurai.
"ADAWWW! SAKIT BANGET WOY!" pekik Agnan keras kala Icha baru saja selesai menendang punggungnya. Cowok itu merasakan bagian belakangnya berdenyut akibat tendangan maut dari Icha.
"Gue salah apa sih, Cha? Sakit ini bego." Agnan berujar dengan nada sarkas.
"Salah sendiri gangguin, padahal gue pengin ngerjain tugas," ketus Icha.
"Gue nggak gangguin lo ya, elo yang duluan nendang gue."
"Enak aja, elo yang duluan ngegodain gue."
"Nggak ada sejarahnya Pangeran godain Rakyat Jelata ya, Cha."
"Oh, jadi lo pikir gue Rakyat Jelata, hah?!"
"Gue nggak mikir gitu ya,"
"Sialan!" Icha langsung saja menyerang Agnan lagi. Kali ini bukan dengan tendangannya tapi menggelitik cowok itu.
"Buahahahaha, Cha, udah hahaha ..." Agnan yang tidak mampu menahan geli sontak saja tertawa keras.
"Hahaha, Chaa udahhh hhahahha,"
Icha menyudahi aksinya setelah melihat Agnan sudah tidak punya tenaga lagi. Cowok itu terlihat lemas karena banyak tertawa, membuat Icha diam-diam puas sendiri.
"Dasar orang nggak berperikepacaran!" desis Agnan dengan suara lemasnya. Membuat Icha hanya menjulurkan lidahnya tanda mengejek.
"Siapa suruh cari gara-gara sama gue." Icha berujar sembari kembali ke tempatnya. Siap mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda.
"Ndasmu, Cha."
Dan Icha hanya terkikik geli mendengar umpatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [Terbit]
Genç KurguNatarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya yang hobi sekali mengganggunya. Mereka tidak sahabatan, walaupun memang mereka tumbuh dan berkembang...