31 || Bentakan

1.5K 102 1
                                    

Perjalanan menuju rumah Erika ternyata memakan waktu yang cukup lama. Komplek perumahan gadis bertubuh ramping itu berjarak cukup jauh dari sekolah. Menyebabkan Agnan harus rela sampai di rumahnya jam sembilan tepat. Apalagi mereka tadi juga sempat mampir di sebuah kafe untuk mengisi perut.

Agnan baru saja memarkirkan motor matic-nya di garasi ketika sosok Gita dan Oma beriringan keluar dari rumah. Kening Agnan sedikit mengernyit melihat wajah kedua wanita itu yang tampak cemas.

"Icha mana, Nan?!" tanya Gita tak santai ketika Agnan sudah berdiri di hadapan keduanya.

"Lho, emang Icha kemana?" tanya balik Agnan.

"Icha belum pulang, hpnya juga gak aktif. Padahal tadi dia cuman kabarin Oma kalau jam lima udah pulang. Tapi sampe sekarang dia belum sampe-sampe juga," jawab Oma dengan nada yang sarat akan kekhawatiran.

"Bunda tadi udah telpon kamu tapi gak diangkat-angkat juga. Bunda kiranya kamu pulang sama Icha." Kini Gita ikutan bersuara. Dapat Agnan lihat wajah keduanya begitu khawatir.

"Maaf, Bun, hp Agnan tadi lagi mode silent. Agnan juga kiranya Icha udah pulang."

"Terus dia dimana? Oma khawatir, Nan," kata Oma, hampir saja wanita tua itu ingin menangis. Menunggu cucunya selama beberapa jam membuatnya benar-benar dilanda kecemasan. Takut terjadi apa-apa dengan Icha.

"Agnan cari Icha sekarang. Assalamu'alaikum," pamit Agnan dengan gerakan terburu-buru. Pemuda yang mengenakan hoodie hitam itu bergegas kembali menuju garasi. Samar-samar ia dapat mendengar teriakan Bundanya yang menyuruhnya untuk hati-hati.

Pemuda itu kini dilanda kekhawatiran, dia benar-benar cemas akan keadaan Icha sekarang. Agnan tahu betul bahwa Icha tidak pernah pulang selarut ini. Gadis itu paling mentok jam tujuh sudah sampai rumah. Tapi ini, hampir setengah sepuluh, tidak ada kabar apa pun.

Agnan membawa motornya kembali menuju sekolah, mungkin saja Icha masih ada di sana, walaupun kemungkinannya hanya kecil.

Hanya perlu waktu 15 menit untuk menempuh perjalanan menuju sekolah. Agnan lantas turun dari motor tanpa melepas helmnya terlebih dahulu. Cowok itu menggedor-gedor gerbang yang sudah terkunci.

"ICHA?!"

"CHA?!"

"DENGER GUE GAK?"

"ICHA?!"

Hening. Tak ada suara apapun, bahkan Pak Gandi yang biasanya berpatroli di sana tidak terlihat di pos satpam.

"BANGSAT!"

Agnan menendang pintu gerbang itu dengan sekuat tenaga. Cukup membuat kakinya kesakitan, tapi itu sama sekali tidak Agnan pedulikan. Hatinya diluputi rasa cemas yang berlebih.

Merasa sia-sia, Agnan kembali ke motornya dan mulai melajukan kendaraan itu. Berniat mencari Icha di tempat lain.

Sekitar setengah jam mengendarai motor tanpa arah, tiba-tiba saja Agnan melihat seseorang yang berjalan tak jauh darinya sekarang. Seseorang yang masih memakai seragam khas Star High itu berjalan sendirian.

Agnan menambah kecepatan laju motornya dan segera berhenti ketika ia sudah dekat dengan gadis itu.

"ICHA!?" panggil Agnan dengan suara yang seperti mengajak berantem.

Sosok gadis yang memakai tas pink itu sontak menoleh. Dapat Agnan lihat raut wajah itu sedikit terkejut melihat kedatangannya.

"Apaan?" tanya Icha kelewat santai. Tidak berpikir sama sekali bahwa ia baru saja membuat orang-orang terdekatnya khawatir. Bahkan gadis itu sedang mengemut permen lolipop. Membuat Agnan rasanya ingin menendang sesuatu. Bisa-bisanya Icha berdiri sesantai ini setelah ia membuatnya khawatir bukan kepalang.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang