Langit pagi ini tampak mendung. Awan hitam tampak bergumpalan, menandakan kalau pagi ini kota Bandung akan diguyur hujan lagi. Tanah masih basah bekas guyuran air hujan semalam.
Icha selesai memasang sepatu pantofelnya ketika bunyi klakson mobil mengalihkan atensinya. Setelah menutup pintu rumah, gadis yang hari ini menggerai bebas rambutnya itu segera beranjak menuju gerbang rumahnya.
Mata Icha sedikit menyipit kala melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir rapi di depan rumahnya. Namun itu hanya berlangsung sesaat kala jendela mobil pengemudi turun dan menampilkan sosok pemuda yang sudah memakai seragam khas Star High dengan rapi.
"Pagi tetanggaku," sapa Agnan dengan nada riang. Membuat Icha yang mendengarnya sontak mendengkus pelan.
Masih teringat jelas di ingatannya apa yang sudah Agnan lakukan semalam padanya. Apalagi kalau bukan perihal cupcake isi cabe segar itu. Dan melihat Agnan pagi ini dengan tampang rasa tak bersalahnya, membuat Icha semakin ingin membalas dendam pada cowok itu.
"Cihh, sok manis lo." Icha berujar dengan ketus, lantas cewek itu segera masuk ke mobil Agnan. Walaupun Agnan sudah mengerjainya semalam, Icha tidak mungkin menolak tumpangan pagi ini. Apalagi cuaca tampak mendung. Membuat Icha tak punya pilihan lain selain ikut dengan Agnan.
"Emang gue manis kok," ujar Agnan sembari mulai mengemudikan stir menuju sekolah.
"Kok lo tumben bawa mobil?" tanya Icha tak mengindahkan ucapan Agnan barusan.
"Motor gue lagi masuk bengkel. Lagian cuaca akhir-akhir ini sering hujan. Jadi gue pinjem mobil Bunda dulu."
Icha hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Malas untuk mengoceh lagi, gadis itu memilih memasang earphone pada telinganya yang sudah disambung ke ponsel pintarnya. Detik selanjutnya lagu dari Maroon Five-Memories mengalun lembut.
Agnan yang melihat hal itu hanya diam. Tidak ada niatan mengganggu, karena saat ini yang terpenting mereka harus segera sampai di sekolah.
Selang beberapa menit keduanya terdiam, tiba-tiba saja mobil yang dikemudikan Agnan itu berhenti. Membuat Icha yang sedang fokus menghayati lirik lagu sontak saja menghentikan aktivitasnya itu.
"Kenapa berhenti?" tanya Icha setelah mencabut earphone dari kedua telinganya. Tampak Agnan melepas seatbeltnya lalu keluar begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Icha.
"Kenapa sih, Nan?"
Karena merasa dicuekin, Icha ikut-ikutan keluar dari mobil dan segera menyusul Agnan. Tampak cowok itu tengah berlutut di depan seorang anak kecil berseragam merah putih di trotoar. Menimbulkan sedikit kernyitan di dahi Icha.
"Lututnya sakit banget, ya?"
Samar-samar dapat Icha dengar suara Agnan yang menanyai bocah perempuan itu. Semakin membuat Icha penasaran dan segera mendekat ke arah keduanya.
"Sakit, tapi kata Bunda, Anna gak boleh nangis. Anna harus kuat." Bocah perempuan itu menjawab pertanyaan Agnan sembari menggigit bibir kecilnya, menahan rasa sakit.
"Kenapa, Nan?" tanya Icha yang sudah sedari tadi membendung rasa penasarannya.
Tampak Agnan menoleh sebentar ke arah Icha lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Anna--bocah perempuan tadi.
"Anna tadi jatoh, untung gue liat. Ya udah langsung gue samperin," jawab Agnan. Menimbulkan perasaan hangat dalam hati Icha ketika mendapati sosok Agnan ternyata se-peduli ini dengan orang lain.
"Anna sekolah dimana?" tanya Icha sembari ikut-ikutan berlutut di samping Agnan. Perempuan itu meringis pelan kala melihat lutut Anna mengeluarkan bercak darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [Terbit]
Genç KurguNatarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya yang hobi sekali mengganggunya. Mereka tidak sahabatan, walaupun memang mereka tumbuh dan berkembang...