"Rambut," Mutia mengecek rambut Putri yang diikat satu dengan rapi.
"Oke," katanya.
"Seragam," kali ini mata Mutia menelusuri kemeja dan rok yang dikenakan Putri.
"Rapi," nilainya.
"Wajah," Mutia meneliti wajah Putri. "Masih cantikan gue," kekeh Mutia tanpa rasa bersalah.
Putri membuang napas jengah. Akan sampai kapan mereka berdiri di depan pintu masuk kantin? Sudah lima menit lebih waktu terbuang sia-sia hanya untuk memeriksa penampilan Putri. Mutia memang sangat aneh dan berlebihan sebagai seorang manusia, Putri yang akan ketemuan namun justru ia yang heboh.
"Bisa gue masuk ke kantin sekarang?" tanya Putri penuh penekanan.
"Ya, cepat lo masuk," Mutia mendorong tubuh Putri untuk berjalan. "Eh, tunggu dulu."
Baru dua langkah Putri bergerak suara Mutia menginterupsi. Mau, tidak mau Putri berhenti dan menoleh pada Mutia. "Apa lagi, Mut?"
"Rambut lo digerai aja. Cowok lebih senang sama cewek yang rambutnya digerai. Kelihatan lebih cantik apalagi pas melambai-lambai ditiup angin. Cepat lepas ikatan rambut lo!" perintah Mutia dengan nada menggurui, bertingkah seperti seorang profesional.
Putri membuang napas kesal, namun tetap menurut. Dengan gerakan malas-malasan Putri melepaskan ikatan rambutnya. "Gimana? Gue udah cantik paripurna?"
"Kok jadi mirip mbak kunti, ya?" komentar Mutia polos.
"Kampret lo," kesal Putri dan mendapat respons tawa puas oleh Mutia. Sumpah, rasanya Putri ingin menyumpal mulut Ana dengan dalaman milik Superman. Eh jangan, nanti penggemar Superman mengamuk karena Putri mengambil dalaman idola mereka. Tidak lucu kalau Putri berakhir naas di tangan penggemar Superman. Well, lupakan karena ini tidak penting sama sekali
"Udah, cepat masuk sana!" pintah Mutia. Ia kembali mendorong Putri untuk segera memasuki area kantin yang memang cukup padat. "Tunggu dulu," cekalnya, lagi.
Putri mengerang tertahan, "sekali lagi lo suruh gue pergi trus lo tahan, lo bakal gue mutilasi. Gue cincang daging lo jadi bagian kecil, gue masak jadi pergedel trus gue bagiin ke satu sekolah."
"Sadis bener," gumam Mutia cemberut, ngeri sendiri membayangkan tubuhnya dicincang kecil-kecil kemudian dijadikan pergedel.
"Benar-benar deh, Mut. Gue nggak bakal jadi ketemu sama Ari kalo lo terus bertingkah kayak gini. Jam istirahat bisa-bisa habis duluan," keluh Putri dengan nada frustasi. Ia memasang ekspresi yang tidak enak untuk dilihat.
"Ingat kata-kata gue ini, kalau menurut buku sejarah cewek harus tetap jaim dan stay cool dipertemuan pertama sama cowok. Walaupun hati dag-dig-dug, jantung mau copot, hidung mau mimisan pokoknya harus tetap stay cool."
"Mutia?" panggil Putri pelan.
"Hmm?"
"Ini jam berapa?"
Mutia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, "hampir jam dua belas."
"Pantaaas. Udah jam dua belas siang rupanya."
"Pantas apa?" tanya Mutia tidak paham dengan perkataan Putri.
"Pantas lo gila. Hei, mana ada buku sejarah ngebahas masalah jaim-jaiman mau ketemu sama cowok. Yang ada buku sejarah itu bahas sodara-sodara lo," tukas Putri.
"Sodara-sodara gue? Siapa?"
"Manusia purba!"
"Waduh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus! [END]
Teen FictionKonon katanya perempuan adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Tidak sesimpel itu menginginkan apa mau mereka. Memendam rasa dan menyampaikannya dengan kode yang para Adam sulit mengerti. Jika soal Aljabar adalah pelajaran yang sulit dipahami...