Langkah Putri bergerak cepat menelusuri koridor sekolah yang sepi, berusaha secepat mungkin untuk mencapai lapangan basket sekolah. Selepas mendapat kabar dari Bian tanpa berpikir dua kali Putri segera pergi untuk melihat kondisi Adam. Bahkan Putri tidak sempat mengganti sendal rumah, celana training dan kaos rumahan yang ia kenakan. Kata Bian, Adam masih berada di lapangan basket dan masih ditangani seadanya setelah terjatuh.
Putri lupa menanyai seberapa serius kondisi Adam setelah jatuh. Karena efek panik yang Putri pikirkan hanya bagaimana cara untuk bertemu cowok itu.
"Adam," gumam Putri lirih. Langkahnya memelan saat sampai di lapangan basket. Ia melihat sosok yang sejak tadi menganggu pikirannya, terlihat Adam duduk lesehan di tepi lapangan bersama Bian dan dua orang teman mereka lainnya.
"Putri." Adam terkejut melihat Putri berjalan menghampiri dan kini berdiri di depannya.
"Hai, Put," sapa Bian dengan senyuman polos dan tanpa beban.
"Lo baik-baik aja?" tanya Putri tidak sabaran.
Kening Adam berkerut bingung. "Memangnya aku, maksudnya gue kenapa? Gue baik. Kenapa sore-sore begini lo datang ke sekolah?"
Hati Adam merasa risih saat menggunakan kata lo-gue pada Putri. Aneh sekali rasanya. Tidak pas. Tidak cocok.
Putri ikut merasa bingung. Kata Bian, Adam terjatuh. Tapi saat ini cowok itu tampak baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Lihat, gue berhasil bawa Putri ke sini," Bian berbisik pelan pada Adam. Dan saat itulah Adam baru mengerti. Sepertinya Bian telah melakukan sesuatu hingga membawa Putri ke sini dengan pakaian khas rumahan.
"Lo baik-baik aja setelah jatuh?" tanya Putri, suaranya nyaris berdesis.
"Gue baik, Put. Gue nggak jatuh."
Apa-apaan ini? Jawaban Adam membuat Putri merasa dibodohi. Lalu apa arti khawatirnya sejak tadi?
"Adam memang jatuh.... jatuh cinta sama lo," sela Bian dengan nada jenaka dan diiringi tawa ringan. Dia puas dengan hasil kebohongannya.
"Jadi ceritanya Putri lagi khawatir sama mantan, nih?" goda salah satu rekan satu tim basket Adam.
"Apa menurut kalian ini lucu?!" sentak Putri marah. Dan sukses membuat mereka semua terdiam. Mata Putri memerah menahan gejolak hebat dalam hatinya. Putri kecewa pada diri sendiri karena melakukan tindakan bodoh.
"Putri," panggil Adam parau. Sungguh dia tidak tahu apa-apa, ini semua ulah Bian.
Mata Putri yang berair menatap sinis pada semua orang. "Gue memang bodoh. Bisa-bisa gue percaya semua kebohongan kalian dan dijadikan bahan tertawaan."
"Put, gue nggak ada maksud begitu," sela Bian merasa bersalah. Niatnya baik ingin mempertemukan Adam dan Putri, walau dengan cara yang salah.
"Kalian mikir nggak sih kalau sikap kalian ini bikin gue sakit hati?! Mengolok-ngolok perasaan gue. Rasa khawatir gue yang cuma sebatas candaan buat kalian. Ah, apa yang sebenarnya gue harapkan? Orang-orang seperti kalian nggak akan paham gimana rasanya dikucilkan," Putri berusaha untuk tidak menangis.
Adam berdiri di hadapan Putri. "Put," panggilnya pelan.
"Apa lo merasa menang sekarang? Ngerasa hebat? Lo puas?" Putri tatap Adam dengan sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus! [END]
Teen FictionKonon katanya perempuan adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Tidak sesimpel itu menginginkan apa mau mereka. Memendam rasa dan menyampaikannya dengan kode yang para Adam sulit mengerti. Jika soal Aljabar adalah pelajaran yang sulit dipahami...