Part 11 - Putus

8.8K 1.1K 100
                                    

Yang salah Putri, tetapi Adam yang meminta maaf. Yang salah Putri, tetapi Adam yang harus membujuk. Yang salah Putri, tetapi Adam yang harus mengalah. Hal-hal ini sudah cukup membuktikan bahwa perempuan tidak pernah salah. Selain nitizen yang maha benar, ada perempuan diatas dari sekedar maha benar pula.

"Hari ini aku mau latihan basket untuk turnamen leader champion. Kamu mau nungguin aku?" tanya Adam.

"Aku mau balik duluan aja," putus Putri. Ia berujar tanpa menatap Adam, dengan kaki yang terus melangkah meninggalkan lorong barisan kelas 12.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Adam lagi.

"Nggak usah pikirkan aku. Fokus aja sama turnamen kamu," Putri menjawab seadanya.

Terdengar helaan napas keras dari bibir Adam. Komunikasi mereka mengapa secanggung ini?

"Put," panggil Adam.

"Aku duluan." Putri melangkah pergi menuju gerbang sekolah. Meninggalkan Adam yang menatap kecewa pada sosoknya yang semakin menjauh. Sebaiknya saat ini Putri mengambil sedikit jarak antara mereka, dia butuh waktu untuk menata segalanya. Terutama dirinya.

Putri sendiri lelah pada sikapnya, apa lagi Adam. Tidak Putri ingkari dia sering memikirkan terlalu banyak hal dan selalu berujung pada mood yang berubah-rubah. Ditambah lagi sikap keras kepala dan ingin menang sendiri. Dan kecurigaan Putri pada Adam yang sebenarnya adalah bentuk dari rasa takut kehilangan.

Dari semua keburukan Putri, Adam sudah sangat hebat mampu bertahan hingga sejauh ini. Ketulusan Adam berakhir sia-sia dengan segala kebodohan Putri.

"Ini Kakak yang tadi pagi, kan?"

Putri yang kini duduk di kursi halte menoleh pada cowok yang ada  di sampingnya. Dia menghela napas keras, hah, ketua OSIS yang super berisik itu lagi.

"Apa?!" tanya Putri ketus.

"Ya ampun, galak banget. Cepat tua baru tahu rasa. Yang kalem dikit jadi cewek bisa nggak, sih. Masih untung tadi pagi saya nggak laporin ke guru piket karena situ mau bolos upacara," cibirnya.

"Beri--"

"Saya nggak berisik! Cuma banyak omong saja," potongnya.

Putri mendelik sebal, sama aja kali!

"Kayaknya saya nggak asing sama wajah Kakak. Kakak ini artis, ya?" tebaknya sambil meneliti wajah Putri.

Putri memilih untuk tidak menanggapi.

"Oh, saya ingat! Kakak ini pacarnya bang Adam, kan? Yang kata orang-orang nggak cocok sama bang Adam," ujarnya tampa rem.

Mendidih sudah darah Putri. Otak Putri terasa panas sampai rasanya ia ingin meledak saja. Pikiran Putri semakin sembrawut mendengar bacotan bocah yang satu ini.

Si ketua OSIS itu beberapa detik kemudian menyadari baru kesalahnnya. Melihat ekspresi wajah Putri sudah pasti ia telah menyinggung perasaan cewek itu.

"Maaf, saya salah ngomong," lirihnya pelan. "Tapi, fakta di lapangan memang begitu adanya. Kata orang-orang--"

"Iya! Gue memang nggak cocok sama Adam! Gue memang nggak masuk ke dalam lingkungan pertemanan Adam! Gue memang kalah segalanya untuk Adam! Gue memang terlalu biasa saja untuk Adam! Puas lo?! Puas?!" pekik Putri marah. Ia tatap tajam lawan bicaranya dengan napas memburu.

Putus! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang