Part 25 - Putus

10.1K 1.1K 152
                                    

"Putar balik aja, yuk?" ajak Putri. Matanya menatap ragu pada Adam dan teman-teman yang duduk di kursi depan kelas mereka. Putri malas melintas dari hadapan orang-orang itu.

"Udah tenang aja," Mutia meyakinkan. Mereka berdua ingin ke toilet, sementara Acha menunggu di kelas. Jalan menuju toilet yang Putri dan Mutia akan tuju harus melewati kelas Adam.

"Kita ke toilet dekat Perpus aja."

"Nggak mau! Di sana seram," Mutia menolak mentah-mentah saran dari Putri.

"Ya sudah, kita lewat dari depan mereka!" Putri meyakinkan diri. Memantapkan hati sebelum mulai melangkah. Lagi pula apa yang harus ditakutkan, itu hanya Adam dan kawan-kawannya.

Putri dan Mutia berjalan beriringan. Wajah Putri tampak tegang, berbanding terbalik dengan Mutia yang terlihat santai. Bahkan saat akan melintas dari depan teman-teman Adam, Mutia mengangkat tinggi dagunya.

"Putri," seseorang memanggil.

Ingin menulikan telinga, tapi sepertinya itu bukanlah pilihan yang tepat. Dengan terpaksa Putri menoleh, matanya tertuju pada seorang cewek yang tadi memanggil. Cewek yang tampak modis dengan aksesoris mahal yang menambah poin penting penampilannya. Membuat cewek itu terlihat kaya.

"Lo mau jalan ke sana, kan?" Ia menunjuk arah toilet.

Putri melirik sekilas pada Mutia, seolah meminta pendapat dia harus bersikap seperti apa. Melalui tatapan mata Mutia memberi isyarat santai saja.

"Ya, gue mau ke toilet," kata Putri lirih. Dari sudut matanya Putri menerka Adam sedang mengawasi gerak-geriknya.

"Tolong buangkan bungkus makanan gue ke tong sampah, dong. Sekalian maksud gue. Lo kan nanti lewat tong sampah yang ada di sana." Tunjuknya pada tong sampah kecil yang terletak di pinggir koridor yang akan Putri lalui.

"Hei, lo nggak punya sopan santun atau bagaimana? Itu sampah bungkus makan lo. Buang sendiri! Gue lihat anggota tubuh lo lengkap buat jalan ke arah tong sampah. Ngotak dikit jadi orang!" sembur Mutia kesal. Dia tidak terima Putri diperlakukan begitu.

"Gue ngomong sama Putri! Bukan lo," cewek itu tidak mau kalah.

"Putri itu teman gue! Gue nggak terima dia diperlakukan begini," Mutia bergerak maju siap untuk memberi serangan, namun terlebih dahulu tangan Putri meraih pergelangannya. Itu isyarat untuk mengatakan jangan.

"Oh ayolah, kenapa kalian berdua lebay begini? Uci cuma minta tolong dibuangkan sampah. Kata-kata yang Uci gunakan juga sopan. Jangan memperpanjang masalah," bela seorang murid laki-laki yang duduk tepat di samping Adam.

"Putri bukan tukang suruh kalian!" desis Mutia.

"Gue minta tolong, ya," sambar cewek itu.

Putri melirik pada Adam yang tampak diam tanpa ekspresi. Cowok itu sama sekali tidak berbuat apa-apa. Tidak dapat Putri tebak apa yang sedang dipikirkannya. Apakah Adam senang Putri diperlakukan begini? Oh jelas, siapa Putri bagi Adam untuk saat ini. Adam pasti akan berpihak pada teman-temannya.

"Udah, Mut," sela Putri. "Jangan diperpanjang lagi. Lagi pula dia memang minta tolong. Dia orang yang lemah, sebagai orang yang mampu kita harus menolongnya."

Putus! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang