Terus bertengkar hingga kehilangan jalan keluar, seperti itulah hubungan Adam dan Putri. Dan untuk kesekian kalinya Adam akan menurunkan harga diri demi Putri. Dia minta bertemu dengan Putri di taman samping perpustakaan sekolah.
Lima menit berlalu dengan sia-sia. Putri tidak kunjung datang dari waktu yang adam tentukan.
"Aku pikir kamu nggak bakal datang," sindir Adam begitu Putri muncul.
Putri diam saja tidak menanggapi sindiran dari pacarnya dan lebih memilih untuk duduk di kursi yang sama dengan Adam. Sejenak hening menguasai, hanya terdengar nyanyian angin yang berhembus sekitar taman. Taman ini tidak begitu ramai karena letaknya yang tidak strategis.
"Aku salah apa, Put?" Adam langsung pada inti permasalahan.
Putri tidak langsung memberi jawaban. Dia masih bergelut dengan rasa egois yang dimiliki. Mengakui kecemburuan pada Safa atau memilih bertahan dalam situasi rumit ini.
"Kamu sadar nggak sih kalau kita semakin jauh akhir-akhir ini? Jujur aku sedih, Put. Aku masih mau bareng-bareng sama kamu. Tapi keadaan seolah membawa kita berjalan ke arah yang belawanan. Kalau kamu mau, ayo kita perbaiki. Kita jalan bareng lagi ke satu tujuan," Adam menatap lamat-lamat pada pohon jati yang tumbuh sekitar tujuh meter di depannya.
"Kalau aku ada salah yang bikin kamu sakit hati aku minta maaf. Tapi akan lebih baik lagi kalau kamu terbuka sama aku, sikap aku yang mana yang bikin kamu sakit hati?" lanjut Adam.
Putri diam, bahkan dia enggan untuk menatap wajah Adam.
Adam menghela napas dengan kasar. Keinginan Adam yang besar untuk berbaikan, tidak sebesar keingan yang Putri miliki.
"Aku paham, mungkin lebih baik kita ambil jalan--"
"Safa!" potong Putri.
Adam menoleh pada Putri. "Safa?"
"Aku marah karena kamu terlihat serasi sama Safa," cicit Putri pelan.
Tanpa sadar dan dapat Adam cegah senyumannya mengembang lebar. Inikah akar dari permasalahan mereka? Kecemburuan Putri. Dan kecemburuan itu Adam anggap sebagai tanda cinta perempuan itu yang takut kehilangannya.
"Jadi karena itu," Adam tertawa ringan.
"Dih, nggak yang ada lucu!" sentak Putri kesal. Ini yang dia takuti kalau mengakui kecemburuan di depan Adam, pacarnya itu akan menggoda Putri habis-habisan.
"Kan aku udah pernah bilang kalau Safa itu teman aku. Lagi pula kamu tahu sendiri sifat aku, Put," jelas Adam halus. Entah mengapa kini perasaannya sedikit melega.
"Iya, kamu orang yang kelewat ramah," nyinyir Putri.
"Kamu nggak suka?" tanya Adam.
Putri melirik Adam sekilas. "Bukan maksud aku mau membatasi pergaulan kamu, Adam. Tapi aku nggak suka aja kamu terlalu ramah sama cewek lain, terlebih lagi dia Safa yang lebih segalanya dari aku."
"Tapi kan bagi aku kamu segalanya," goda Adam dengan nada ceriwis khasnya.
"Nggak lucu!" sentak Putri kesal. Bukan hal mudah bagi Putri untuk mengakui isi hatinya.
"Ya udah kalau gitu," nada ceriwis Adam berubah menjadi dengusan sesal.
"Ya udah apa?" tanya Putri tak paham.
"Ya udah, aku bakal jaga jarak dari Safa. Nyonya bilangnya begitu, ya maka harus begitu." Adam melihat Putri dengan lembut, bermaksud menenangkan hati Putri bahwa Safa bukan apa-apa untuknya.
Putri balas menatap, menyelami kedua bola mata Adam yang menenangkan. Cowok yang satu ini, kenapa pandai sekali meluluhkan hati Putri? Bahkan hanya dengan tatapan saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus! [END]
Genç KurguKonon katanya perempuan adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Tidak sesimpel itu menginginkan apa mau mereka. Memendam rasa dan menyampaikannya dengan kode yang para Adam sulit mengerti. Jika soal Aljabar adalah pelajaran yang sulit dipahami...