"Enaknya rasa pedas banget atau pedas manis?" Safa mengangkat keripik kentang dengan rasa yang berbeda. Menunjukkannya pada Adam untuk dimintai pendapat.
"Rasa yang dulu pernah ada," jawab Adam ngawur.
"Ya elah, si Bambang," Safa berdecak pelan sambil memasukkan dua bungkus keripik tersebut ke dalam keranjang belanjaan. Mereka melanjutkan langkah mengelilingi super market untuk berburu cemilan sebagai teman nongkrong di rumah Bian.
Safa melihat-lihat makanan ringan, memilih yang terbaik untuk teman-temannya. Sementara Adam mengekor dari belakang sambil membawa keranjang belanjaan, sesekali dia menyentuh makanan dengan kemasan yang terlihat menarik. Hingga Adam tidak sengaja melihat salah satu cemilan kesukaan Putri. Mata Adam terpaku di sana selama beberapa detik, kemudian dengan wajah datar ia mengalihkan pandangan.
"Lo masih ada rasa sama Putri?" tanya Safa sambil menarik sekotak biskuit dari rak.
"Lo mau tau aja atau mau tau banget?" Adam balas bertanya.
Safa meletakkan biskuit kembali ke dalam rak. Biskuit itu tidak masuk dalam selera Safa. "Gue udah susah-susah ngehibur lo selama patah hati. Ya kecewa aja kalau sampai saat ini lo masih gagal move on."
"Gue baik-baik aja. Kalau gue nggak baik, nggak mungkin performa gue bagus selama turnamen. Omong-omong makasih udah jadi teman yang baik buat gue dan teman-teman yang lain. Lo selalu totalitas dalam pertemanan," puji Adam.
Safa tertawa renyah, "udah banyak yang bilang gue baik. Mau yang permen karet atau permen hisap aja?"
"Gue pemakan segalanya," jawab Adam enteng.
"Permen karet aja," putus Safa, dia memasukkan sebungkus permen karet ke dalam keranjang yang dibawa Adam. "Gue ngerasa kita kayak suami-istri yang lagi belanja bulanan," Safa terkekeh geli. Disambut gelak tawa oleh Adam.
"Jangan baper lo," ujar Adam.
Safa mencibir seolah merasa terganggu akan perkataan cowok itu. "Ck, sok iya banget. Pertandingan berikutnya kapan?"
"Sabtu sore. Di arena olahraga yang ada di jalan Patimura."
"Gue boleh datang?"
"Apa?" Adam sedikit kaget.
"Ma-maksud gue, gue boleh datang bareng teman-teman yang lain? Sejak turnamen gue sama yang lain nggak pernah kasih dukungan ke lo secara langsung. Ke Bian juga," jelas Safa.
Adam mengangguk. "Iya, bolehlah! Nggak ada larangan, kalian semua boleh datang. Lo nggak perlu izin gue untuk itu. Apalagi lo mantan ketua tim cheers, ya pasti teriakan lo paling keras nanti."
Senyuman Safa mengembang lebar. Binar matanya memancar lembut, yang mampu menghipnotis siapa saja untuk berlama-lama menatap mata Safa yang teduh. Tidak salah Safa menjadi definisi cantik menurut cewek-cewek di SMA Panca Dharma.
"Gue bakal teriak paling keras untuk kasih dukungan nanti," janji Safa.
-o0o-
"Teman gue ini anak SMA sebelah. Sesuai kriteria lo dia orangnya biasa aja, kalem dan yang pasti hidup,"si ketua OSIS berorasi di hadapan Putri dan kawan-kawan, persis seperti ia kampanye saat pemilihan ketua OSIS beberapa waktu lalu. Memperkenalkan seorang temannya pada tiga sekawan itu sebagai calon PDKT Putri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus! [END]
Teen FictionKonon katanya perempuan adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Tidak sesimpel itu menginginkan apa mau mereka. Memendam rasa dan menyampaikannya dengan kode yang para Adam sulit mengerti. Jika soal Aljabar adalah pelajaran yang sulit dipahami...