Part 7 - Putus

9K 1K 56
                                    

"Dam, lo diundang ke pesta Niki?"

Adam yang asik mengerjakan tugas biologi meletakkan pulpen miliknya begitu Bian datang dan duduk di kursi kosong yang ada di sisi Adam.

"Iya," sahut Adam singkat, kemudian dia kembali menulis.

"Enggak mungkin juga lo nggak diundang. Well, Niki pandai juga milih tamu yang pantas diundang ke pesta dia," seloroh Bian.

"Gue nggak bakal datang," Adam tidak mengalihkan padangan, matanya fokus pada lembar buku tulis dan sesekali beralih pada buku paket biologi. Tugas minggu lalu yang akan dikumpulkan selepas jam istirahat kedua.

"Kenapa?"

"Males aja. Gue mau nonton film dokumenter kijang yang bertahan hidup di tengah hutan bersama hewan buas yang siap memangsanya kapan saja," kata Adam tanpa beban.

Bian mencibir pelan mendengar jawaban Adam yang menurutnya terlalu dibuat-buat. Hei, Adam itu tipe orang yang punya jiwa sosial tinggi. Tidak mungkin demi film dokumenter Adam sampai mengorbankan pergaulannya yang asik.

"Yakin lo nggak mau datang? Gue dengar pestanya digadang-gadang bakal jadi pesta ultah termewah tahun ini," rayu Bian.

"Film dokumenter gue lebih menggoda buat ditontom," Adam masih fokus pada tugas biologinya. Merangkum bab mengenai substansi genetik, yaitu bab yang membahas mengenai kromoson, gen dan alel serta DNA. Beruntung Adam dikarunia otak encer oleh yang Maha Kuasa, materi ini bukan hal sulit baginya.

"Lo bisa ajak Putri buat ikut. Sekalian malam mingguan. Gue juga rencananya mau ngajak Dita, kalau dia mau," suara Bian terdengar lirih diakhir. Ada keraguan dalam diri Bian bahwa sang pacar akan mau ikut.

"Kalau Dila nggak mau ikut, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Adam.

"Gue bakal minta izin buat pergi."

"Kalau nggak di kasih izin?" Adam bertanya lagi.

Bian tampak berpikir sejanak. "Hmmm, gue bakal pergi diam-diam."

Gerakan menulis Adam seketika terhenti. Matanya menatap dalam pada lembar buku tulis. Pergi diam-diam? Adam tidak pernah memikirkan itu sebelumnya.

"Sejujurnya Putri nggak mau datang ke pesta Niki. Dan Putri juga ngelarang gue buat ikut," akuh Adam.

"Udah gue duga! Nggak mungkin lo malas bergaul demi film dokumenter," Bian mencibir.

"Putri kurang nyaman di lingkungan gue. Lo sendiri ingatkan waktu gue ngajak Putri ke pesta ulang tahun Safa tahun lalu? Putri tersingkir dari obrolan karena memang apa yang kita bahas nggak satu frekuensi sama dia. Mungkin Putri rendah diri sama Safa. Diam-diam Putri selalu membanding-bandingkan dirinya dan Safa. Gue nggak mau Putri merasa insecure dengan terlalu memaksa dia," Adam menutup penjelasan panjangnya dengan pandangan merewang.

"Di mana lagi ada jenis cowok kayak lo, Dam? Gue aja sebagai cowok iri sama ketulusan yang punya lo terhadap pasangan sendiri," Bian bertepuk tangan, dia kagum.

"Tolong kalau mau muji gue jangan ketinggalan kata gantengnya," Adam memperbaiki jambul kebanggaannya dengan pulpen.

"Gue bakal jadi tim hore di pesta nikahan lo kalau memang lo benar-benar jodoh sama Putri."

"Kalau jodoh? Lo berharap gue sama Putri nggak jodoh." Mendadak Adam berubah sewot.

Bian mengangkat bahunya dengan gerakan tidak peduli. "Jodoh siapa yang tahu?"

"Kampret lo!"

"Tapi gue serius, Dam. Kalau lo mau, kita bisa pergi diam-diam ke pesta Niki," Bian mencoba peruntungan terakhirnya untuk membujuk Adam.

-o0o-

Meruntuhkan keputusan yang telah Adam ambil memanglah tidak mudah. Cowok yang satu itu cukup tegas pada kata-kata yang dia pegang. Misalnya A, ya sudah A. Tidak seperti para betina yang suka labil.

Maka dari itu di sinilah Bian sekarang. Jam istirahat pertamanya Bian korbankan untuk menemui Putri. Dia ajak Putri bertemu di lorong UKS yang cukup sepi, tujuan Bian kali ini untuk meminta Putri meyakinkan Adam agar mau datang ke pesta Niki.

"Bian," Putri berdiri tepat di hadapan Bian.

"Gue kira lo nggak bakal datang."

"Lo mau bicara apa sama gue?" Putri langsung pada inti permasalahan.

"Gue dengar Adam nggak bakal datang ke pesta ulang tahun Niki," Bian juga memulai tanpa basa-basi.

Putri angkat satu alisnya, "terus?"

"Bisa lo bujuk Adam untuk datang? Rasanya aneh banget Adam nggak mau datang demi nonton film dokumenter." Dan Bian memilih untuk pura-pura bodoh bahwa alasan utama Adam tidak ingin menghadiri pesta adalah karena Putri. Bagaimanapun dia tidak ingin melukai ego Putri.

Mata Putri bergerak tak tentu untuk sesaat. Putri tidak menerka sebelumnya bahwa pembicaraan ini mengenai Adam yang tidak akan datang ke pesta Niki, si anak orang kaya itu. Orang-orang yang diundang adalah mereka yang menjadi pilihan. Akan sangat sayang memang jika melewatkan pesta itu.

"Adam bukan tipe orang yang lebih suka berkurung di rumah saat ada kesempatan untuk bergaul di luar. Lo tahu sendiri Adam itu orang yang supel," nada suara Bian terdengar penuh sesal.

"Kalaupun Adam datang ke pesta itu, nggak ada juga untungnya bagi Adam. Pesta Niki bukan sesuatu yang bermanfaat. Hanya buang-buang waktu," Putri menyuarakan pemikirannya.

"Apa menurut lo berteman itu sesuatu yang hanya buang-buang waktu?" tanya Bian sakratis.

Putri membuang pandangan pada lorong UKS yang sepi. Bukan itu maksud yang ingin Putri sampaikan.

"Gue ngerasa Adam agak membatasi diri dalam pergaulan, padahal lingkungan pergaulannya memberi dampak positif. Teman-teman Adam bukan pemakai narkoba. Bukan tukang minum. Bukan jambret. Sayang sekali kalau dia harus membatasi diri demi film dokumenter," Bian sengaja menekankan kata film dokumenter.

"Gue juga punya hobi. Punya kesukaaan. Dan punya pacar. Tapi berkumpul dengan teman-teman dalam pergaulan beda rasanya. Bukan berarti hobi, kesukaan dan pacar sesuatu yang nggak penting. Semua penting, tapi pada porsi yang berbeda-beda. Ada yang porsinya kecil, ada yang porsinya besar. Tapi tidak boleh dihilangkan," jelas Bian dengan nada yakin, namun tidak bermaksud menggurui.

Putri tertengun sejenak. Walau tidak secara gamblang, Putri tahu kemana arah pembicaraan ini. Bukankah inti dari semua penjelasan Bian adalah Putri yang terlalu mengekang Adam?

"Lo pahamkan maksud gue, Put," Bian tersenyum sambil menepuk bahu Putri. "Ini bukan hanya soal pesta, tapi ini tentang jati diri seorang Adam."

TBC

Cerita ini aku ikut sertakan dalam challenge 30 hari menulis selama ramadhan bersama glorious publisher 😊😊Minta dukungannya teman-teman dengan vote dan komen yang buanyaaak 😁

Wish me luck gaess 😉

Ceritanya bakal aku up tiap hari, hayuk di vote dan komen makanya.

Spam next di sini 👉

❤ Awas ada typo ❤

#Challenge30GP

Putus! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang