"Put, tungguin," Adam memanggil Putri. Begitu sampai di parkiran sekolah Putri langsung melompat dari atas motor Adam dan berlari pergi meninggalkan Adam yang sibuk membuka helm.
"Buru-buru mau nyalin tugas," Putri setengah berteriak.
"Helm kamu belum dilepas," Adam balas berteriak.
"Oh iya." kaki Putri berhenti melangkah. Dia memutar tubuh dan kembali menghampiri Adam. Putri buka helmnya dengan terburu-buru, lalu menyerahkan pelindung kepala itu pada Adam.
"Lupa," kekeh Putri.
Adam menerima helm yang Putri sodorkan. "Ceroboh," balas Adam.
Putri kembali memutar tubuh setelah menampilkan senyuman tanpa dosa pada Adam. Langkah Putri bergerak ringan dengan senyuman mengembang di wajahnya. Membuat Adam ikut tersenyum melihat mood Putri yang bagus. Pacar Adam itu sangat cantik kalau moodnya bagus seperti sekarang.
Sebuah motor matic berwarna putih memasuki parkiran. Mengambil posisi pada sisi motor Adam. Tidak perlu memiliki pengetahuan yang tinggi untuk tahu bahwa pemilik motor itu adalah Junita, teman Safa. Seringkali safa dan Junita berangkat bersama ke sekolah, seperti hari ini. Dengan gerakan anggun Safa membuka helm dan tersenyum pada Adam.
"Baru sampai, Dam?" tanya Safa.
Adam mengangguk sambil menatap dua teman sekelasnya itu secara bergantian. "Iya."
"Tugas kelompok kita udah beres. Nanti tinggal dikumpul ke ibu Merry," cerita Safa tanpa diminta. Safa ingin memberitahu bahwa Adam tidak sia-sia mengantarnya membeli kertas gambar untuk tugas kelompok kesenian.
"Itu bagus," jawab Adam seadanya dan tidak ingin terlihat terlalu antusias. Adam takut Putri akan cemburu dan salah paham, ya, meski saat ini Putri tidak ada di sini. Tapi Adam ingin berusaha sebaik mungkin untuk menepati janji.
"Kita ke kantin bentar, yuk. Gue belum sarapan dari rumah," sela Junita.
"Gue juga belum sarapan. Adam, lo mau gabung bareng kita?" tawar Safa.
"Gue udah sarapan!" jawab Adam yakin. Walau pada kenyataannya Adam belum sarapan dari rumah. Tadi ibu Adam pagi-pagi sekali sibuk mengurus keuangan usaha konveksi. Menghitung berapa besar pemasukan yang didapatkan dari hasil foto yang menggunakan Adam sebagai model. Kata sang ibu, mereka untung besar.
"Gue ke kelas duluan kalau gitu," pamit Adam dengan nada cepat.
"Berengan aja. Kita satu kelas, satu arah. Ngapain jalannya harus pisah-pisah? Ayo!" Safa melangkah di sisi Adam, diikuti Junita di sisi kirinya.
Adam mendesah pasrah dan kehabisan akal untuk menolak. Berharap semoga Putri tidak melihatnya berada dalam radius dekat dengan Safa. Dan Adam berharap pula teman Putri bernama Mutia yang suka julid itu juga tidak melihat dia saat ini dengan Safa. Bukan bermaksud ingin menjadi pengecut, tapi bukankah mencegah pertengkaran lebih baik?
"Kak Safa," seorang adik kelas datang menghampiri. Adik kelas yang sama dengan yang kemarin memberikan Safa hadiah.
"Iya? Kenapa, Niki?" tanya Safa sambil tersenyum.
Adik kelas yang bernama Niki itu menyodorkan selembar undangan pada Safa. "Datang ya, Kak."
"Pesta ulang tahun?" tanya Junita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus! [END]
Teen FictionKonon katanya perempuan adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Tidak sesimpel itu menginginkan apa mau mereka. Memendam rasa dan menyampaikannya dengan kode yang para Adam sulit mengerti. Jika soal Aljabar adalah pelajaran yang sulit dipahami...