Part 22 - Putus

9K 1K 80
                                    

"Gue bakal koordinasikan dulu sama bendahara OSIS. Oke, nanti gue hubungi lo kalau memang proposal anak PMR diacc untuk ganti kasur sama tempat tidur UKS."

"Oke, gue tunggu kabar baiknya."

"Gue duluan kalau gitu.

"Makasih, Dam."

Ketua OSIS itu mengangguk, kemudian ia bergerak meninggalkan ruangan UKS. Berniat menuju kantin untuk mengisi perut sebelum jam istirahat pertama selesai. Membayangkan es teh yang dingin membuat ia semakin cepat memacu langkah, tidak sabar untuk memuaskan dahaya di siang yang cukup terik.

"Mau ke mana lo?"

"Lo harus tanggungjawab atas apa yang terjadi kemarin!"

"Dasar pembohong! Lo dan kenalan lo itu bakal mati di tangan gue."

Si ketua OSIS dicekat oleh tiga kakak kelas saat berbelok di ujung koridor UKS. Ketiganya memasang tampang garang seolah siap menerkam kapan saja, persis seperti singa betina. Dan si ketua OSIS adalah rusa imut yang lemah dan butuh perlindungan.

"Gue salah apa?" tanya ketua OSIS itu polos. Pura-pura tidak tahu di mana letak kesalahannya.

"Sebagai cowok lo selalu salah!" jawab salah satu kakak kelas, dia Mutia.

"Satu-satunya yang salah di sini adalah gue yang terlalu tampan," ketua OSIS itu berujar narsis. Membuat ketiga kakak kelasnya melayangkan tangan di udara siap untuk meninju, namun pergerakan mereka hanya sampai disana. Ketiganya tidak benar-benar melayangkan tinju ke wajah ketua OSIS yang lumayan, hmmm, ya tampan.

"Kenapa teman lo nggak datang kemarin sore? Gara-gara dia gue jadi ketemu dua makhluk astral. Dan karena nungguin teman lo itu gue nggak jadi makan bakso, cuma minum es teh. Sialnya lagi, gue lupa bayar es tehnya," suara Putri memelan diakhir.

Ketua OSIS itu tersenyum tidak enak sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf, kemarin sore gue rapat OSIS jadi nggak cek HP. Padahal teman gue udah kasih kabar kalau dia nggak bisa datang karena neneknya sakit."

"Dan lo nggak ngabarin gue?" tanya Putri sengit. Dibalas anggukan oleh si ketua OSIS. Putri semakin meradang melihat wajah tanpa dosa ketua OSIS menyebalkan ini. Ditambah lagi mengingat kejadian kemarin sore saat bertemu mantan dan sang gebetan baru, ambyar sudah.

"Lo tahu apa yang terjadi kemarin sore?" tanya Mutia tajam.

Si ketua OSIS menggeleng.

Acha menghela napas. "Nggak ada gunanya diperdebatkan. Adam yang ini nggak bakal ngerti, sama kayak Adam yang di sana."

Putri cemberut mendengar penuturan Acha. Seharusnya Acha tidak menyebut nama Adam secara terang-terangan, Putri phobia terhadap nama Adam entah Adam siapapun itu.

"Tenang saja, saudara-saudara. Gue bakal jadwalkan ulang pertemuan antara Putri dan teman gue," janji ketua OSIS.

"Nggak perlu!" sahut ketiganya berbarengan.

"Mulai saat ini lo dan kita, end!" Mutia menutup perdebatan mereka dengan gerakan memotong leher.

-o0o-

Putus! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang