35 : don't [end]

8.2K 1.5K 585
                                    




VOTE DULU DONG SEBELUM BACA
Typo(s) everywhere⚠
———
Enjoy!
———











"Park Jisung!!"



Gue baru aja sampai di rumah Jisung setelah berhasil ngendaliin kaki gue sedikit. Gue gak berhenti nangis selama perjalanan gue ke sini, bukan karena kaki gue sakit atau semacamnya, gue cuma takut gak bisa nemuin Jisung.

Saat gue ngelangkahin kaki ke rumah Jisung, gak ada tanda-tanda Jisung ada di rumah. Rumahnya gelap, cuma agak terang saat cahaya petir nembus tirai ruang tengah Jisung.

Tapi lantai rumah Jisung keliatan basah sebelum gue kemari, yang tandanya pasti Jisung udah pergi duluan sebelum gue sampai.

Gue berniat buat jatuh ke lantai yang dingin dan nyerah, tapi gue gak ada waktu.

Gimanapun caranya gue harus nemuin Jisung kan? Gue gak bisa langsung pergi gitu aja kan? Setidaknya gue harus bilang ke dia kalau dia harus lupain gue.

Gue harus.

"Minji."

Sosok yang serupa sama gue tiba-tiba muncul di depan gue. Emang agak serem kalau aja orang lain yang liat, tapi gue udah gak asing sama dia.

"Hana?" gue sebisa mungkin berdiri tegak, Hana dengan cepat bantuin gue berdiri.

"Lu masih di sini, Han?" tanya gue bingung.

Dia senyum. Gue ngerasa senyumannya itu senyuman yang sambil ngeliat gue dengan rasa kasihan dan sedikit rasa bersalah.

Selama ini ternyata Hana itu gak sebaik yang gue pikir, tapi itu udah berlalu dan gue maafin dia. Dia temen gue.

"Han?"

"Iya, gue masih di sini untuk nolongin lu, Minji." ujar Hana.

"Lu.. Kenapa? Gue kira lu udah kembali..?"

"Gue gak bisa." jawabnya masih setia dengan senyuman kecut di wajahnya.

"Gak bisa? Maksudnya?"

"Ini hukuman buat gue, karena udah jadi roh yang jahat, hehehe."

Hehehe katanya? Gue ngerasa sedih denger itu tapi dia masih bisa terkekeh kayak gitu?

"Hana.."

"Ck, udah gak usah khawatirin gue." sahutnya cepet karena ngerti gue gak terima sama keadaannya. "Lu harus ke tempat Jisung kan?"

Gue gak ngejawab. Tapi Hana langsung naruh lengan gue ke pundaknya.

"Kita ke sana sekarang, pegangan ya."












Hujan turun dengan lebat dibarengi sama angin kencang. Langit gelap sesekali keliatan terang karena petir terus aja menyambar. Suara gelegar petir itu nambahin suasana kelam malam itu.

Cowok tinggi yang masih pakai seragamnya itu lari kayak gak tentu arah sambil ujan-ujanan. Dia teriak daritadi, neriakin nama orang yang dicarinya. Tapi suara petir dan hujan ngeredam suaranya.

"Minji!!!!!" teriaknya.

Tangannya yang tadinya udah penuh sama amplop-amplop berisi surat dipakenya buat nutup telinga juga. Setiap kali ada cahaya petir, dia berhenti dan nutup mata sama telinganya kuat-kuat karena pasti cahaya itu disusul sama suara gelegar yang ditakutinya.

Walaupun setakut itu, dia gak nyerah dan tetap neriakin nama cewek yang dicarinya.

"Minji! Lu dimana?!?!"

ghost  • park jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang