Aila menatap pantulan bayangannya di cermin. Wanita di cermin itu tampil sangat cantik dan menawan.
Dengan mengenakan gaun merah panjang yang membentuk tubuh indahnya membuatnya tampil anggun dan mempesona.
Aila meraih amplop yang tergeletak di atas meja riasnya, amplop yang tidak lain adalah laporan tes kehamilan miliknya.
Hari ini adalah hari ulang Yogi sekaligus juga hari ulang tahun pernikahan mereka. Mereka menikah di tanggal yang sama dengan ulang tahun Yogi.
Hari ini seperti biasa mereka berdua akan merayakan ulang tahun Yogi sekaligus ulang tahun pernikahan mereka bersama. Aila ingin memberitahukan berita kehamilanya sebagai hadiah ulang tahun Yogi.
Hari ini Aila ingin memperjelas segalanya, Aila ingin menanyakan pada Yogi semua kebenaran yang di lihatnya beberapa hari lalu. Aila ingin mendengarkan penjelasan pria yang menjadi suaminya.
Setelah tahu semua kebenaranya dia akan memutuskan apa yang akan di lakukan selanjutnya.
Jika kemungkinan terburuk terjadi dan Yogi suaminya benar-benar menghianatinya dengan Adinda, Aila ingin memberi kesempatan demi anak di dalam kandunganya dan membuat Yogi meninggalkan Adinda. Hingga mereka berdua bisa kembali seperti dulu dan dia akan memaafkan semua kesalahan Yogi.
Dan jika Yogi tidak bisa melakukanya, Aila akan pergi dari hidup Yogi dan tidak akan pernah membiarkan Yogi bertemu dengan anak mereka.
Hari ini Aila ingin memberi kesempatan, kesempatan untuk dirinya dan Yogi serta untuk rumah tangga mereka. Kesempatan untuk Yogi menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan apa hubungan antara suaminya itu dengan Adinda kakak angkatnya.
Aila mengambil tasnya dan beranjak pergi. Begitu menuruni tangga dia melihat sosok nyonya Herlina ibu mertuanya yang sedang mengobrol dengan seorang wanita.
Wanita yang tidak asing untuknya Liliana sepupu Yogi sekaligus sahabat baik Adinda. Karena orang tuanya meninggal saat kecil dia di besarkan oleh nyonya Herlina ibu mertuanya.
Liliana memang hanya sepupu Yogi namun nyonya Herlina sangat menyayanginya karena tidak memiliki anak permpuan. Nyonya Herlina yang hanya mempunyai satu anak lelaki memperlakukan Liliana seperti anak kandungnya sendiri.
"Ma aku akan keluar untuk makan malam bersama Yogi, mungkin kami akan pulang terlambat nanti." Pamit Aila menyela pembicaraan kedua wanita itu.
Liliana dan nyonya Herlina mengalihkan perhatian mereka begitu mengetahui kehadiran Aila.
"Ah pasti kak Yogi mau merayakan ulang tahunya denganmu ya, padahal aku mau bertemu dengan kak Yogi untuk menyampaikan berita bahagia tentang kehamilanku tapi sepertinya aku datang sia-sia." Liliana memasang wajah kecewa tapi matanya tidak bisa menyembunyikan rasa superioritasnya atas kehamilannya. Matanya menatap Aila sarat akan ejekan karena Aila tak kunjung hamil.
"Benarkah Li ? Kamu hamil? Sudah berapa bulan?" Tanya nyonya Herlina dengan antusias, sepertinya ibu mertuanya sangat bahagia mendengar berita kehamilan Liliana.
"Baru dua bulan, Ma. Meski mengalami morning sick yang sangat melelahkan tapi suamiku dan ibu mertuaku sangat baik dan memperhatikanku, mereka terlihat sangat bahagia dengan kehamilanku." Liliana terlihat sangat bangga memamerkan bagaimana suami dan mertuanya memanjakanya karena kehamilannya.
"Ya tentu saja mereka sangat bahagia, belum tiga bulan kamu menikah tapi bisa langsung memberi mereka cucu, tidak seperti seseorang sudah tiga tahun menikah tapi belum juga hamil bahkan sangat egois dan tidak membiarkan suaminya menikah lagi." Nyonya Herlina berkata pada Liliana, tapi matanya melirik Aila dengan penuh ejekan.
"Aku pergi dulu, Ma." Aila pamit meninggalkan kedua wanita itu. Aila tidak tahan saat melihat penghinaan yang terus-menerus di tunjukan oleh ibu mertuanya padanya. Yang dia bisa lakukan hanya menghindar.
Aila berharap semuanya akam berubah saat ibu mertuanya nanti tahu tentang berita kehamilanya.
********
Yogi menatap buket bunga mawar merah di tanganya, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Hari ini dia akan merayakan ulang tahunya dan Aila sama seperti biasa.
Dengan buket mawar kesukaan Aila dan juga kado spesial untuk istrinya. Yogi berharap hubungan mereka yang akhir-akhir ini berjarak dapat kembali dekat. Yogi sadar selama ini dia terlalu fokus pada kehamilan Adinda dan sedikit mengacuhkan Aila.
Malam ini dia berharap bisa menebusnya, merayakan ulang tahunnya dengan Aila menikmati waktu bersama milik mereka tanpa ada siapapun termasuk Adinda.
Malam ini Yogi menyiapkan kado istimewa sebuah kalung berlian yang khusus di pesanya untuk hadiah Aila.
Yogi memasuki mobil ferari merah miliknya. Yogi menyetir mobilnya menuju restoran, namun di tengah jalan ponselnya terus-menerus berdering.
Yogi mengerutkan kening melihat nama yang tertera di panggilan teleponya. Yogi menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu langsung menjawab telponya.
"Ada apa?" Tanya Yogi dingin pada orang di seberang telepon. Dia tidak suka di ganggu saat sedang menyetir.
Yogi terdiam beberapa saat sebelum ekspresinya berubah saat mendengar kabar dari orang yang meneleponya.
"Baiklah aku akan segera ke sana, sebaiknya kamu cepat panggil dokter untuk memeriksa keadaanya." Perintah Yogi.
Setelah menutup telepon, Yogi memutar balik mobilnya. Mobilnya melaju ke arah berlawanan dari restoran tempatnya berjanji makan malam romantis untuk merayakan ulang tahunnya dengan Aila.
********
Aila terus-menerus menatap pintu restoran. Sudah hampir dua jam berlalu dari waktu yang di janjikan Yogi padanya, namun sosok pria yang menjadi suaminya itu tak kunjung muncul.
Berkali-kali Aila mencoba menelepon Yogi tapi tak kunjung di jawab. Aila resah dan di liputi oleh kekhawatiran.
Aila takut sesuata yang buruk terjadi pada Yogi.
"Nyonya apakah sekarang pesananya sudah bisa di antar?" Seorang pelayan menghampirinya dan bertanya. Ini sudah beberapa kali pelayan bertanya padanya kapan pesanan makan malam mereka bisa di sajikan di meja.
Restoran ini telah di pesan Yogi malam ini khusus untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka. Namun hingga saat ini Aila belum juga melihat kehadiran Yogi.
"Tidak usah, aku akan menunggu suamiku dulu." Aila kembali mengulangi perkataanya. Jawaban yang sama setiap kali pelayan menanyakan hal yang sama.
Di tengah kekhawatiranya ponselnya berdering tanda bahwa ada pesan yang masuk. Dengan terburu-buru Aila meraih ponselnya, memeriksanya apakan itu pesan dari Yogi.
'Maaf Ai, hari ini ada pertemuan mendadak dengan klien dan mungkin aku juga tidak bisa pulang dan akan keluar kota, maaf tidak bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita bersama, aku janji begitu pulang kita akan merayakanya lagi, aku mencintaimu.' Mata Aila di penuhi dengan kekecewaan ketika membaca pesan Yogi.
Aila merasa sangat kecewa tapi dia juga lega karena Yogi baik-baik saja.
Aila meraih tasnya, berjalan lesu meninggakan restoran.
Aila menghentikan Taxi yang kebetulan lewat untuk mengantarnya pulang. Di dalam taxi Aila memainkan poselnya mengecek media sosial miliknya.
Sebuah status dari Adinda menarik perhatianya.
Sebuah gambar kue ulang tahun dan sebuah tulisan di bawah gambar itu. Tulisan yang berbunyi selamat ulang tahun suamiku aku bahagia bisa merayakan ulang tahunmu sebagai seorang isteri.
Hatinya tertohok begitu melihatnya. Kalimat-kalimat yang di tulis Adinda seperti jarum-jarum kecil yang di tusukan ke dalam hatinya.
Begitu perih dan sakit. Akhirnya dari sinilah dia tahu Yogi tidak keluar kota untuk urusan bisnis tapi ada bersama Adinda merayakan ulang tahunya bersama wanita itu.
Dan dia sendirian menunggu kehadiran Yogi seperti orang bodoh. Berharap semua akan sama seperti dulu, mereka akan merayakan ulang tahun bersama.
Tapi Aila lupa bahwa semuanya memang telah berbeda. Dan rasa sakit di hatinya menyadarkanya bahwa Yogi telah berubah.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama, Pernikahan kedua.
RomanceRepublish sementara. Bagi Aila hidupnya sempurna. Meskipun belum dikarunia anak selama 3 tahun pernikahan tapi suaminya Yogi tetap mencintainya. Namun semua berubah saat Aila mengetahui sebuah rahasia besar yang mengguncang rumah tangganya, rahasia...