17.Konfrontasi (2)

7.2K 534 40
                                    

Aila menatap tak percaya setelah mendengar penjelasan dokter tentang obat yang di campurkan Liliana pada makananya.

Aila berjalan linglung keluar dari rumah sakit, tanganya mencengkeram erat pinggir gaun yang di kenakanya.

Ucapan dokter kembali terngiang dalam telinganya. Aila tersenyum miris, kini dia tahu semuanya.

Ternyata alasanya tidak kunjung hamil selama tiga tahun pernikahan adalah obat itu. Obat yang di campurkan Liliana dalam makananya, obat pencegah kehamilan.

Aila tidak mengerti mengapa Liliana tega melakukan hal kejam ini padanya. Padahal dia merasa tidak pernah mempunyai konflik dengan gadis itu.

Bahkan dia dan Liliana jarang berbicara, meski mereka tinggal di rumah yang sama.

Aila naik taxi, perlahan taxi yang di naikinya melaju. Sepanjang perjalanan pulang pikiranya mengembara.

Memikirkan semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini. Aila ingat semua bukti-bukti perselingkuhan Yogi dan Adinda serta hasil tes dari obat yang di campurkan Liliana ke makananya semua ada di dalam tasnya.

Hari ini Aila memutuskan untuk menuntut penjelasan pada mereka. Pada Yogi suaminya dan juga pada Liliana.

Aila harus mendapatkan jawaban kenapa mereka tega melakukan semua ini padanya.

Tanpa terasa akhirnya di sampai di rumahnya. Aila membayar taxinya dan turun. Perlahan dia melangkah masuk.

Tapi langkahnya terhenti ketika samar-samar mendengar suara pertengkaran di dalam. Aila memperlambat langkahnya, membuat langkahnya ringan nyaris tak terdengar.

Aila penuh rasa ingin tahu tetang apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa ada pertengkaran hebat malam-malam begini dan siapa yang sedang bertengkar.

Aila berjalan pelan menuju ruang tamu, sumber suara pertengkaran itu berasal. Semakin dekat ke ruang tamu, Aila mendengar semakin jelas perdebatan yang terjadi.

Dia mengenali suara dari orang yang berdebat itu. Suara itu tidak lain dari suara ibu mertuanya dan juga suaminya Yogi.

Aila penasaran sebenarnya apa yang telah terjadi hingga terjadi pertengkaran besar antara suaminya dan ibu mertuanya itu. Seingat Aila, nyonya Herlina ibu mertuanya sangat menyayangi Yogi karena Yogi merupakan anak tunggalnya.

Jadi kenapa nyonya Herlina terdengar sangat marah pada suaminya itu. Tubuh Aila terpaku begitu mendengar suara wanita lain yang turut andil dalam perdebatan suami dan ibu mertuanya.

Suara yang begitu akrab itu, tidak lain adalah suara yang pemiliknya di kenal baik olehnya. Suara milik Adinda orang ketiga dalam pernikahanya.

Kini Aila bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi saat mendengar kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh ibu mertuanya.

Kalimat yang menguraikan semua kekurangannya sebagai seorang istri dan mengharuskannya menerima Adinda.

Aila tersenyum sinis, dia ingin sekali berteriak pada nyonya Herlina ibu mertuanya itu. Bukan dia yang tidak bisa mengandung tapi keponakan yang sudah di anggap anak kandungnya sendiri yang mencegahnya hamil.

Aila mengelus lembut perut ratanya, mengingat kehadiran anak di rahimnya. Jika saja Liliana tidak pindah karena pernikahan, calon anaknya juga tidak akan pernah ada.

Saat membayangkan itu semua membuat Aila marah, dia ingin bertanya pada Liliana langsung kebencian apa yang sebenarnya di rasakan Liliana padanya hingga wanita itu bisa begitu kejam. Begitu kejam hingga mencegahnya menjadi seorang ibu.

"Tidak, Aila tidak boleh tahu, Aila tidak boleh tahu semuanya!" Suara Yogi menyentakan Aila dari semua kemelut yang di rasakannya.

Mungkin inilah saatnya dia menghadapi semuanya. Inilah waktu yang tepat untuk membecarakan semuanya hingga tuntas.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang