20.Pilihan

11.3K 632 24
                                    

" Kalau begitu tinggalkan Adinda!"  Tubuh Yogi langsung  membeku. Lidahnya terasa kelu saat mendengar permintaan Aila. Dia tidak menyangka, Aila akan mengajukan permintaan itu. Permintaan yang begitu sulit di penuhi olehnya.

Dia merasa berada dalam dilema. satu sisi dia takut kehilangan Aila tapi di sisi lain juga tidak mungkin meninggalkan Adinda begitu saja, apalagi  Adinda kini tengah mengandung anaknya.

Anak yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya oleh Yogi. Dia sudah jadi suami yang jahat karena menghianati Aila, jadi dia tidak ingin kembali menjadi pria brengsek yang tidak bertanggung jawab dan meninggalkan Adinda di saat seperti ini. Di saat Adinda tengah mengandung darah dagingya.

Aila tersenyum melihat reaksi suaminya. senyuman miris. Aila tertawa, mentertawakan dirinya yang sempat percaya dengan kata-kata pria di hadapannya. Ternyata benar kata-kata seorang pria sama sekali tidak bisa di percaya. Apalagi kata-kata seorang pria yang pernah berhianat seperti Yogi.

"Kau tidak bisa melakukannyakan, Mas?" Tanya Aila sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis. Matanya menatap Yogi dengan penuh penghinaan.

"Aila aku... " Yogi tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasa bingung. Aila  sudah bisa menebak sejak awal Yogi  tidak akan mengabulkan permintaannya dan meninggalkan Adinda begitu saja, namun hatinya tetap saja merasa kecewa.

Ternyata posisinya di hati Yogi tidak sekuat yang dibayangkannya. Bahkan Yogi tidak bisa memutuskan dengan cepat dan merasa ragu saat ia memintanya meninggalkan Adinda. Mungkin benar kata Liliana, Yogi masih mencintai Adinda. Kalau tidak Yogi tidak akan terlihat begitu bimbang saat dia meminta suaminya itu meninggalkan Adinda.

"Maaf Aila, aku tidak mungkin meninggalkan Adinda apalagi di tengah mengandung anakku sekarang, jadi..." Yogi tidak mampu melanjutkan perkataannya dia tidak tahu apa yang harus di katakannya lagi pada Aila.

"Jadi aku harus menerimanya begitu?" Aila memotong ucapan Yogi dengan dingin. Sudut mulutnya terangkat ke atas, mencibir Yogi.

"Aila ku mohon mengertilah!" Bujuk Yogi sambil menggenggam erat tangan Aila. Matanya menatap Aila penuh permohonan. Berharap Aila bisa mengerti posisinya, berharap Aila menerima kehadiran Adinda.

Aila menarik tanganya melepaskan genggaman tangan Yogi.

"Aku tidak mengerti dan aku sama sekali tidak mau mengerti Mas, aku adalah wanita egois dan aku tidak mau berbagi suamiku dengan siapapun apalagi dengan wanita seperti dia." Kata Aila tegas tanpa kompromi. Baginya dia hanya ingin menjadi satu-satunya istri Yogi, sama seperti wanita lainnya dia tidak akan pernah rela berbagi. Apalagi orang ketiga itu adalah Adinda wanita yang merupakan kakak angkatnya sendiri. Itu tidak akan mungkin. Dan tidak akan pernah.

"Aila  jangan menghina Adinda, dia sama sekali tidak bersalah, yang bersalah adalah aku, bagaimanapun dia juga kakak angkatmu." Yogi menaikan nada suaranya. Pria yang menjadi suami Aila itu tampak tidak suka saat mendengar nada bicara Aila saat membahas tentang Adinda yang sarat akan ejekan dan nada merendahkan.

"Bahkan saat seperti ini kamu masih membelanya, ternyata kamu sangat mencintainya ya Mas, bahkan mungkin kamu lebih mencintainya dari pada kamu mencintaiku." Kata Aila sarkastik. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman,  senyuman untuk mencela dirinya sendiri.

"Aila aku..."

"Cukup, Mas!, Aku sama sekali tidak mau mendengar apapun lagi dari mulutmu. Sekarang  kamu hanya punya dua pilihan. Pertama kamu meninggalkannya dan kita bisa tetap bersama dan aku akan melupakan semuanya dan mencoba mau memaafkanmu, atau kamu bisa terus bersamanya dan kita akan bercerai hingga kalian bisa bahagia bersama." Kata Aila tegas. Dia merasa sudah cukup, dan ini saatnya Yogi menentukan pilihannya.

Aila tahu dia egois, namun dia hanya wanita biasa. Dia bukan wanita sempurna  yang akan rela berbagi suami dengan wanita lain. Dia hanya ingin menjadi satu-satunya.

Aila  hanya bisa melakukan ini, dia ingin Yogi memilih. Jika Yogi memilihnya dan meninggalkannya Adinda, mungkin dia bisa tetap bersama Yogi dan memaafkan semuanya. Dia juga bersedia menerima anak Yogi dari Adinda dan berusaha menyayanginya seperti anaknya sendiri.

Tapi jika Yogi memilih bersama Adinda, dia akan pergi bersama calon anaknya meninggalkan Yogi selamanya.

Aila  juga sengaja tidak memberitahukan Yogi tentang kehamilannya karena dia ingin memilihnya karena benar-benar mencintainya dibandingkan karena anak yang dikandungnya.

"Aila ku mohon jangan memberikan pilihan yang begitu sulit untukku." Yogi berkata dengan penuh permohonan namun Aila menghiraukannya.

Aila tidak bisa bersikap lunak, Aila tidak mau terus berada dalam ketidakpastian. Menahan sakit dan kekecewaan karena di duakan.

"Sekarang aku memberikan waktu bagimu untuk berpikir, Mas. Sebelum kamu bisa membuat pilihan, jangan pernah menemuiku. Jadi tolong keluar dari sini, jika kamu tidak keluar aku yang akan pergi."  Perintah Aila sambil menujuk pintu keluar. Mengusir Yogi pergi, dia ingin sendiri. Untuk sementara dia tidak ingin melihat Yogi, melihat suaminya sekarang hanya akan memancing emosinya.

Yogi akhirnya bangkit berdiri, berjalan lunglai keluar dari kamar itu.

Sebelum menutup pintu Yogi berbalik untuk melihat Aila, berharap Aila berubah pikiran dan memaafkanya.

Namun harapannya tidak pernah terwujud, Aila segera membuang muka saat tahu Yogi menatapnya.

Setelah mendengar pintu kamar yang tertutup. Tubuh Aila terduduk di lantai. Aila menangis tersedu-sedu, mengungkapkan semua rasa sakit yang di rasakannya.

Aila menepuk-nepuk dada sebelah kirinya, rasanya begitu menyesakan. Begitu sakit hingga terasa sulit untuk bernafas.

Begitu sakit mengetahui semuanya, mengetahui kalau selama ini ternyata Yogi  suaminya menikah dengannya tanpa cinta dan lebih menyakitkan untuknya saat tahu orang yang di cintai suaminya adalah Adinda, kakak angkatnya sendiri.

Hidupnya terasa seperti lelucon, dia bahkan tidak memiliki hak untuk marah karena sejak awal mungkin dialah orang ke ketiga di antara Yogi dan Adinda.

Aila merasa sakit hati, marah dan juga kecewa. Jika mereka berdua saling mencintai kenapa tidak sejak awal mereka bersama.

Mengapa mereka tidak jujur sejak awal hingga dia dan Yogi tidak akan pernah menikah.

Aila kini sadar mungkin inilah alasan kenapa saudari kembarnya Alya memilih pergi di hari pernikahannya dan Yogi.

Mungkin selain sudah punya seorang kekasih , Alya juga tahu hubungan antara Yogi dan Adinda hingga dia kabur di hari pernikahan.

Dan membuat Aila menggantikannya dan menikah dengan Yogi.

Jika Aila tahu semuanya sejak awal mungkin dia juga akan menolak menikahi Yogi.

Penyesalan selalu datang terlambat. Dalam kesunyian malam Aila hanya bisa berdo'a, agar besok menjadi hari yang lebih baik. Agar Yogi bisa segera menentukan pilihan dan keputusannya.

Agar semuanya bisa cepat berlalu dan rasa sakit di hatinya bisa berkurang dan sembuh seiring bergulirnya waktu.

Aila tidak pernah berharap rasa sakit dan penderitaannya baru saja di mulai dan ini baru awal bukan akhir semuanya.

Bersambung...

Maaf ya kalau masih ada typo.

Jangan lupa vote dan komen ya, jika vote dan komenya bisa mencapai 100 maka aku bakal updet satu part lagi.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang