13.Konspirasi

7.7K 443 12
                                    

Aila merasakan tubuhnya begitu lemah, kepalanya terasa berat dan sangat pusing sebelum akhirnya dia kehilangan kesadaran.

Hal yang terakhir di lihatnya sebelum kehilangan kesadaran adalah wajah yang tidak asing dalam ingatanya.

Entah berapa lama waktu berlalu. Aila perlahan membuka matanya.Aila mentap sekeliling ruangan tempatnya berada.

Sepertinya dia berada di rumah sakit.

"Kau sudah sadar?" Sebuah suara bariton mengalihkan perhatian Aila.

Aila menoleh ke sumber suara dan menemukan sosok yang tidak asing baginya.

Fujimiya Takahasi pria yang pernah singgah di hatinya itu kini tengah berdiri di hadapanya.

"Apakah kamu merasa lebih baik?" Fuji berjalan menuju ranjang tempat Aila berbaring. Dia baru saja ke toilet sebentar ternyata saat dia selesai Aila sudah sadar.

Kedua pasang mata mereka bertemu sebelum Aila terlebih dulu mengalihkan pandanganya.

Aila tidak sanggup menatap sepasang iris obsidian yang mempesona itu. Melihat mata Fuji hanya mengingatkanya betapa indah kenangan masa lalunya bersama pria itu.

"Terima kasih telah menolongku, aku ingin segera pulang." Aila berusaha berdiri namun kepalanya pusing membuat tubuhnya nyaris jatuh, tapi sesosok tubuh kokoh menopang tubuhnya mencegahnya terjatuh.

Fujimiya memeluknya, Aila bisa mencium aroma akrab khas pria itu.

"Berbalinglah dulu, dokter bilang kau harus menghabiskan cairan infus dulu sebelum bisa pulang." Fuji membantu Aila kembali berbaring di tempat tidur.

"Terima kasih." Aila berkata sopan. Aila mulai memejamkan matanya berusaha mengurangi rasa pusing di kepalanya.

"Istirahatlah!" Setelah berkata begitu Aila mendengar suara langkah kaki Fujimiya perlahan menjauh dan suara pintu yang tertutup.

Begitu pintu tertutup kelopak mata Aila mulai terbuka. Aila menghela nafas, kepergian Fujimiya dari ruang rawatnya membuatnya lega.

Aila tidak tahu apa yang akan di katakan setelah lama tidak bertemu. Lagi pula hubungan mereka akan terasa canggung mengingat kisah masa lalu di antara mereka dulu.

Setelah tenang Aila mulai kembali memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Aila tidak bisa terus diam, dia ingin menyelesaikan semua masalah dalam rumah tangganya dan mendengar penjelasan Yogi suaminya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Sikap Yogi nanti akan berperan penting dalam langkah yang akan dia lakukan selanjutnya.

Akankah mempertahankan rumah tangganya atau berpisah.

Aila tersentak begitu mendengar suara pintu ruang rawatnya terbuka.Pandanganya tertuju ke arah pintu dan matanya menemukan sosok Fujimiya yang telah kembali dengan membawa makanan.

"Makanlah!" Fujimiya datang dan menyerahkan bubur padanya.

"Terima kasih." Ucap Aila sambil meraih makanan yang di berikan Fuji.

Aila belum sempat makan sejak tadi, dia harus mengisi perutnya untuk mengumpulkan tenaga menghadapi semua masalah yang di alaminya.

Lagi pula sekarang dia tidak sendiri, dia tidak boleh egois dan menyakiti calon anaknya.

Mengingat calon anak di rahimnya membuat Aila merasa lebih baik. Setidaknya dengan kehadiran anak ini Aila punya kekuatan baru dalam menghadapi segalanya.

Fujimiya menatap Aila yang sedang makan. Sejak tadi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun hanya menatap Aila hingga Aila menyelesaikan makananya.

"Apakah kau masih lapar?"

"Tidak semuanya sudah cukup, terima kasih." Aila berkata canggung. Dia benar-benar merasa tidak nyaman berdua bersama Fujimiya setelah lama tidak bertemu.

Aila juga merasa malu karena bertemu Fujimiya justru dalam keadaan seperti ini.

"Terima kasih karena telah menolongku dan maaf karena merusak mobilmu." Aila berkata sopan.

Fujimiya tidak menjawab perkataan Aila dan mata obsidian miliknya hanya menatap wanita cantik itu.

"Nyonya Aila anda sudah sadar?" Suara dokter yang tiba-tiba datang memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Ya, dok."

"Sepertinya keadaan anda sudah baik dan anda boleh pulang." Dokter berkata begitu selesai memeriksa Aila.

"Terima kasih, dok."

"Sama-sama." Dokter itu kemudian pergi setelah melepas infus di tangan Aila.

"Sekali terima kasih telah menolongku dan ini kartu namaku, kamu bisa menghubungiku setelah memperbaiki kerusakan mobilmu dan aku akan menanggung biaya perbaikanya." Aila bangkit dari tempat tidur, lalu meraih tasnya dan menyerahkan kartu namanya kepada Fuji.

Aila berdiri dan hendak melangkah pergi. Ponselnya bergetar, Aila mengambil ponselnya. Melihat pesan di ponselnya ekspresi Aila berubah, tanganya terkepal erat.

Pesan itu berisi foto-foto Yogi dengan seorang wanita, tapi wajah wanita itu sengaja di kaburkan. Meski begitu Aila bisa mengenali dengan sekilas bahwa wanita itu adalah Adinda.

Aila bingung siapa yang tiba-tiba mengirimkan foto-foto ini padanya dan apa niat sebenarnya.

Apakah itu Adinda yang dengan sengaja melakukanya ataukah ada orang lain.

"Kau baik-baik saja?" Suara Fuji menyentakan Aila dari segala kemelut yang di alaminya.

"Aku tidak apa-apa." Aila melanjutkan langkahnya.

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" Fuji kembali bertanya membuat langkah Aila kembali terhenti.

"Ya suamiku memperlakukanku dengan baik." Jawab Aila datar menutupi semua emosinya.

"Itu bagus, tapi kalau dia memperlakukanmu dengan buruk aku akan memperjuangkanmu kembali tidak perduli meskipun kau adalah isteri orang." Jantung Aila berdebar kencang saat mendengar pernyataan yang di ucapakan oleh Fuji.

Aila diam tak mampu berkata-kata.

"Kesempatan itu tidak akan ada." Aila berkata setelah menenangkan emosinya. Dia berkata untuk meyakinkan Fuji tapi juga untuk dirinya sendiri. Dia berharap itu tidak akan terjadi.

Aila segera pergi meninggalkan Fuji. Jika bisa dia tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi.

"Kau masih sama Ai, sangat suka berbohong tapi aku tidak akan menyerah karena kebohonganmu." Fuji berbisik lirih setelah kepergian Aila. Pria berdarah Jepang itu memutuskan untuk menyelidiki semuanya.

Jika rumah tangga Aila bahagia dia akan menjauh namun jika Aila tidak bahagia dia akan melakukan segala cara untuk merebut kembali Aila.

Karena dia menyadarinya hidup tanpa Aila tidak ada bedanya dengan kematian begitu hampa dan tak berarti.

Sementara itu di sebuah kamar dalam rumah mewah, Liliana tersenyum puas setelah mendapati pesan yang di kirimnya sampai pada Aila.

Dia sangat puas, dia harap dengan ini Aila wanita itu sadar dan menceraikan kakaknya Yogi.

Baginya hanya Adinda yang pantas bersama Yogi bukan Aila wanita menyebalkan itu.

Bersambung.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang