"Apa kau kemari hanya untuk menunjukan ini?" Tanya Yogi setelah kembali memasukan gambar USG ke dalam amplop dan meletakanya di meja.
"Aku telah berpikir keras beberapa hari ini, dan aku menyadari bahwa sikapku pada pertemuan terakhir kita itu terlalu berlebihan." Adinda berkata dengan raut wajah bersalah.
"Aku tahu aku sudah sangat egois, aku terlalu mencintaimu Mas jadi aku..." Suara Adinda tercekat, air mata berjatuhan dari matanya.
"Maafkan aku Mas karena membuatmu kesulitan, kamu juga pasti sangat sulit untuk memutuskannya. Jadi setelah berpikir aku setuju dengan perceraian kita." Lanjut Adinda dengan suara parau. Sorot matanya menampilkan keengganan namun wajahnya menunjukan keteguhan.
Menatap Adinda yang seperti itu, membuat Yogi merasa semakin bersalah. Sejak awal dialah yang paling bersalah di antara mereka bertiga. Dia terlalu serakah karena menginginkan keduanya, baik Adinda maupun Aila.
Namun dia baru sadar saat Aila tahu semuanya dan pergi dari rumah. Dia baru sadar ternyata sikapnya menyakiti hati Aila dan kini dia juga menyakiti hati Adinda.
Tapi dia tidak bisa berbuat apapun, yang dia bisa hanya memberikan kompensasi untuk Adinda nanti. Karena dia memutuskan bersama Aila.
"Jangan menangis Din, kamu sama sekali tidak bersalah. Sejak awal akulah yang salah." Yogi mendekati Adinda dan duduk di sampingnya. Tangannya menepuk bahu Adinda.
"Tidak, Mas. Mas sama sekali tidak bersalah. Akulah yang salah karena egois ingin mas bersamaku sampai aku menyakuti hati Aila."
"Kita sama-sama bersalah, dan aku harap Aila mau memaafkan kita."
"Aila masih belum memaafkan, Mas?"
"Ya, dia sama sekali tidak mengangkat telepon Mas sejak dia pergi meninggalkan rumah." Jawab Yogi dengan ekpresi tak berdaya. Mata Yogi begitu redup dengan sorot penyesalan dan keputusasaan. Dia bisa saja ke rumah orang tua Aila untuk menjemput isteri pertamanya itu. Namun dia merasa takut, kalau sampai kedua mertuanya tahu masalahnya dengan Aila. Jadi dia berusaha keras agar Aila mau bertemu dengannya dan berbicara dulu pada Aila memohon pengertian dan kata maaf dari isteri pertamanya itu.
Hati Adinda terasa tercekik saat melihat Yogi yang tampak sangat frustasi karena kepergian Aila dari rumah.
Hatinya terbakar cemburu, mengapa Aila mendapatkan segalanya. Bukan hanya kasih sayang dari orang tua yang lengkap, tapi kini juga cinta dari Yogi. Adinda menundukan kepalanya menyembunyikan sorot kebencian di matanya.
"Apa perlu aku menemui Aila untuk memintanya memaafkan, Mas? Lagi pula semua ini salahku." Tawar Adinda dengan wajah penuh perhatian. Ekpresi kebenciannya hilang tanpa bekas saat dia mengangkat kepalanya untuk berhadapan dengan Yogi.
"Tidak usah Din, aku tidak ingin Aila semakin marah nanti." Tolak Yogi.
"Mungkin Aila hanya ingin menenagkan dirinya Mas. Nanti dia juga pasti akan menghubungi Mas lagi."
"Ya aku harap begitu." Kata Yogi sambil menghela nafas panjang.
"Terima kasih, Din. Terima kasih karena kamu mau mengerti, meskipun aku tahu ini berat bagimu."
"Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti. Bukankah cinta tak harus memiliki." Adinda tersenyum lirih. Yogi menjadi semakin bersalah melihat Adinda yang berusaha bersikap tegar.
"Terima kasih Din." Yogi menarik Adinda ke dalam pelukannya. Mungkin ini adalah pelukan terakhirnya bersama Adinda.
Sementara itu dalam pelukan Yogi. Adinda tersenyum, namun senyum itu tidak mencapai matanya.
Berbanding terbalik dengan senyuman di bibirnya matanya memancarkan kebencian yang dalam. Dalam benaknya terdapat banyak rencana dan perhitungan.
Adinda menikmati kehangatan pelukan Yogi dan itulah sebabnya dia tidak ingin kehilangan ini semua. Dia akan mempertahankan semua ini dengan segala cara.
************
Matahari kembali terbit, pagi ini cerah dengan Aila terbangun oleh sinar hangat matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya.
Aila bangun dari tempat tidurnya, lalu ke kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi. Aila turun ke lantai bawah untuk sarapan.
Di meja makan sudah ada mamanya yang tersenyum menyambut kedatangnya.
"Sayang ayo cepat sarapan, Mama memasak nasi goreng kesukaanmu." Kata Nyonya Clarissa sambil menghampiri Aila dan memintanya segera duduk.
"Terima kasih, Ma. Sudah memasak untukku, nasi goreng buatan mama masih yang paling enak." Aila tersenyum memuji setelah mencicipi masakan mamanya. Aila mengancungkan jempolnya sambil tersenyum.
"Syukurlah kalau kamu menyukainya, jadi ayo makan yang banyak. Akhir-akhir ini kamu bertambah kurus." Kata nyonya Clarisya sambil menatap puterinya.
Aila hanya tersenyum sebagai jawaban. Aila sama sekali tidak mengerti dimana mamanya melihat bahwa di lebih kurus padahal berat badanya bertambah karena kehamilannya.
"Sayang, kapan Yogi kemari menjemputmu?" Gerakan tangan Aila yang sedang menyuap makanan terhenti. Aila meletakan sendoknya.
"Yogi sedang sibuk, Ma. Kenapa Mama menanyakan itu? Apa Mama tida suka kehadiranku di sini?" Aila menatap mamanya dengan manja. Pandangan matanya seperti kucing kecil yang di tinggalkan membuat nyonya Clarisya nyaris tertawa karena tingkah puterinya itu.
"Tentu sja Mama suka kau di sini, tapi Mama juga ingin kamu menceritakan semuanya pada Mama jika memang kamu sedang memiliki masalah. Mama selalu ada untukmu"
"Terima kasih, Ma. Aku pasti akan menceritakan semuanya jika aku punya masalah."
"Tapi tidak sekarang Ma." Lanjut Aila dalam hati.
"Baguslah kalau begitu." Aila dan Nyonya Clarisya kemudian mengobrol hingga akhirnya ponsel Aila yang berada di atas meja menyita perhatian mereka.
Aila menemukan ponselnya berdering. Aila meraih ponselnya.
Kening Aila berkerut begitu melihat nama orang yang meneleponnya. Dia terdiam sambil menatap ponselnya yang terus berdering.
Aila tidak tahu apakah dia harus mengangkat teleponnya atau mengabaikannya.
Saat ponselnya berdering untuk ketiga kalinya akhirnya Aila memutuskan untuk mengangkat teleponya.
"Ma aku akan mengangkat telepon dulu" Aila berjalan menjauh daru Mamanya. Aila tidak ingin Nyinya Clarisya mendengar pembicaraannya.
Aila menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, menenagkan emosinya.
"Halo...."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama, Pernikahan kedua.
RomanceRepublish sementara. Bagi Aila hidupnya sempurna. Meskipun belum dikarunia anak selama 3 tahun pernikahan tapi suaminya Yogi tetap mencintainya. Namun semua berubah saat Aila mengetahui sebuah rahasia besar yang mengguncang rumah tangganya, rahasia...