21.Pergi Dari Rumah.

14.1K 717 48
                                    

Aila bangun pagi itu, kepalanya terasa sangat pusing. Tubuhnya terasa begitu lemah. Aila bangun dari tempat tidur dan bergegas mandi.

Setelah selesai mandi Aila bersiap, menyiapkan semua kebutuhan dan barang yang akan dibawanya, Aila memasukan sebagian bajunya ke dalam kopernya. Hari ini Aila memutuskan kembali ke rumah orang tuanya.

Aila ingin menenangkan diri sekaligus membiarkan Yogi berpikir dan segera memutuskan semuanya. Mungkin sebaiknya dia memberikan waktu untuk mereka berdua untuk memikirkan semunya.

Setelah selesai Aila keluar dari kamarnya, saat itulah dia bertemu dengan Yogi.

Wajah tampan pria yang menjadi suaminya Itu tampak kuyu, ada lingkaran hitam dibawah matanya. Sepertinya Yogi sama dengannya tidak bisa tidur nyenyak tadi malam.

"Aila, kamu mau ke mana?" Yogi bertanya, pagi itu ketika dia melihat Aila keluar dengan membawa kopernya.

"Aku ingin ke rumah Mama dan tinggal di sana untuk sementara, sampai kau dapat memutuskan semuanya, Mas!" Jawab Aila datar lalu melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan kehadiran Yogi. Yogi meraih tangan Aila membuat langkah Aila terpaksa terhenti.

"Kamu tidak bisa pergi seperti ini, Aila. Dan aku tidak mengizinkan kamu pergi." Yogi berkata dengan tegas. Entah kenapa dia punya firasat di hatinya, jika dia membiarkan Aila pergi saat ini, mungkin Aila tidak akan pernah kembali lagi padanya.

Yogi tidak mau hal itu terjadi, jadi dia tidak akan membiarkan Aila meninggalkan rumah ini, dan pergi meninggalkannya.

"Kamu tidak berhak melarangku, Mas!"

"Aku suamimu jadi aku berhak melarangmu pergi!" Aila mencibir ketika mendengar kata suami dari mulut Yogi. Kata itu sekarang sama sekali tidak bisa mencegahnya untuk pergi. Karena setiap kali Yogi menyebutkan kata suami hanya akan membuat keputusannya untuk pergi semakin kuat.

Kata suami hanya mengingatkannya bahwa pria di hadapannya ini adalah suaminya tapi juga suami dari wanita lain, wanita yang tidak lain dari kakak angkatnya.

Dan saat ini Aila hanya ingin pergi dari sini, berharap Yogi bisa segera membuat keputusan untuk pilihan yang di ajukannya.

"Kamu memang masih suamiku, Mas. Tapi kamu juga suami Adinda, jadi jika kamu masih tidak bisa memilih di antara kami, maka kamu kehilangan hak untuk melarangku pergi. Kamu bisa datang menjemputku setelah kamu memutuskan pilihanmu. Siapa yang pada akhirnya tetap menjadi istrimu dan tentunya menjadi istri satu-satunya, karena aku tidak akan pernah mau di duakan." Aila melepaskan tangan Yogi yang menggenggam tangannya lalu melanjutkan langkahnya pergi.

Aila sama sekali tidak pernah menoleh lagi meski Yogi terus berteriak memanggil namanya. Aila memasuki taxi yang sudah menunggunya.

Untuk sementara Aila ingin pergi menjauh dari Yogi. menenangkan dirinya di rumah orang tuanya. Aila tidak bisa terus tinggal di sini sebelum Yogi bisa membuat keputusan. Tinggal di sini akan membuatnya merasa semakin tertekan.

Dengan tekanan nyonya Herlina dan juga Yogi yang berkali-kali meminta pengertiannya.

Aila membutuhkan tempat yang tenang agar tidak stress dan mengganggu perkembangan janin di rahimnya. Dan tempat ini sama sekali tidak bisa memberikan ketenangan untuknya.

Aila sengaja melakukan semua ini untuk memaksa Yogi segera membuat pilihannya. Aila berharap dengan cara ini Yogi bisa segera memutuskan semuanya. Hingga masalah mereka tidak berlarut-larut dan bisa segera berakhir.

Aila menatap rumah yang selama ini di tempati olehnya dan Yogi. Dia berharap dia bisa segera kembali, dan dia berharap saat itu hanya dialah satu-satunya ratu di sana.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang