15.Rencana.

6.8K 421 5
                                    

Suasana di ruang tamu itu menegang. Tidak ada yang berbicara.

Nyonya Herlina hanya menatap Adinda menuntut jawaban yang di tanyakannya tadi.

Matanya tidak lepas dari perut Adinda yang membuncit karena kehamilan.

"Jadi, apa kamu hamil?" Nyonya Herlina mengulangi pertanyaannya kembali.

"Tidak maksudku siapa ayah dari anak dalam perutmu?" Nyonya Herlina menatap Adinda menuntut jawaban. Dari matanya orang bisa melihat emosi yang bercampur aduk, antara kegelisahan dan juga harapan.

"I..itu..." Adinda menundukan kepalanya. Dia tampak gugup.

"Ma jangan menakuti Adinda, itu tidak baik untuk calon cucu Mama." Liliana memperingatkan nyonya Herlina tapi wajahnya sama sekali tidak terlihat marah tapi justru tersenyum cemerlang.

Nyonya Herlina membeku, terkejut bukan main dengan ucapan Liliana. Meskipun dia sempat menduganya tapi mendengar konfirmasi langsung dari keponakanya tetap saja mengejutkannya.

Tidak pernah dia harapkan Yogi putranya yang berulang kali menolak permintaannya untuk menikah lagi agar memperoleh keturunan, ternyata sudah akan menjadi seorang ayah dari anak wanita lain.

"Benarkah itu? Apakah benar itu cucuku?" Nyonya Herlina tidak bisa tenang. Suaranya bergetar ketika menanyakan kepastian.

Dan anggukan Adinda yang menjadi jawabannya. Perasaannya bercampur aduk, satu sisi dia senang karena sebentar lagi bisa mendapatkan cucu yang di nantikannya tapi di sisi lain dia terkejut karena wanita yang mengandung cucunya adalah Adinda.

Wanita yang pernah menjalin hubungan asmara dengan putrannya, wanita yang dulu tidak mendapat restunya untuk menikah.

"Ma, tidakkah Mama senang?" Liliana menegur nyonya Herlina saat melihat mamanya tak kunjung berbicara. Dan Adinda menatap cemas sosok nyonya Herlina, Adinda harus mendapatkan dukungan nyonya Herlina sebelum melaksanankan rencananya selanjutnya.

Peran dan bantuan nyonya Herlina sangat di butuhkan oleh Adinda agar jalannya menjadi nyonya Rahardian dan menyingkirkan Aila dari posisi istri Yogi bisa berjalan mulus.

"Ayo kita ke rumah sakit." Perintah nyonya Herlina.

"Ma apa yang akan di lakukan di rumah sakit? Mama tidak akan membahayakan calon anak Adinda kan?" Liliana berkata dengan ekspresi cemas.

"Nyonya kumohon jangan sakiti anakku, bagaimana pun dia adalah cucumu." Adinda dengan gugup memohon. Dia sangat cemas melihat reaksi nyonya Herlina yang sulit di prediksi, apalagi tiba-tiba mengajaknya ke rumah sakit.

Adinda sangat takut nyonya Herlina memintanya agar menggugurkan kandungannya. Bagaimanapun tidak boleh terjadi apa-apa pada anaknya, anak ini adalah harapannya agar bisa menjadi istri Yogi satu-satunya.

"Apa yang kalian berdua pikirkan? Mana mungkin aku menyakiti cucuku. Aku hanya ingin ke rumah sakit untuk memastikan keadaan cucuku." Adinda dan Liliana lega. Ternyata semua tidak sesuai dengan dugaan mereka.

"Ya ma ayo kita ke rumah sakit, aku juga akan memeriksakan kandunganku."

Mereka bertiga akhirnya pergi ke rumaha sakit untuk pemeriksaan.vDalam perjalanan menuju rumah sakit, Adinda mengirimkan pesan pada Andre. Meminta pria yang diam-diam mencintainya itu kembali membantunya.

Membantu agar semua sesuai rencananya. Adinda harus memanfaatkan kehamilan dan keadaan calon anaknya dengan baik.

***********

Di ruang kantornya Yogi sibuk mengerjakan semua dokumennya. Belakangan ini dia sibuk mengurus Adinda hingga pekerjaannya menumpuk.

"Apakah kau masih sibuk?" Sebuah suara pintu ruangan terbuka dan suara teguran seorang pria mengalihkan perhatian Yogi dari dokumen yang di bacanya.

Yogi mengangkat kepalanya dan menemukan Gavin sahabatnya.

"Kenapa kau ada di sini?"

"Kenapa aku tidak boleh ada di sini?" Gavin balas bertanya. Dia duduk di sofa di ruangan Yogi.

"Kalau tidak ada yang penting pergilah! Jangan ganggu aku! Aku sedang sibuk." Perintah Yogi datar.

"Aku juga sibuk, tapi aku ingin mengajakmu makan siang sudah lama kita tidak berkumpul bersama."

"Hari ini tidak bisa, aku harus menemani Adinda." Tolak Yogi.

"Kau masih berhubungan dengan wanita itu?" Gavin bertanya dengan terkejut. Dia adalah sahabat Yogi sejak dulu dan dia juga tahu Yogi pernah menjalin hubungan dengan Adinda saudari angkat Aila.

Tapi dia tidak pernah tahu ternyata Yogi masih menjalin hubungan dengan Adinda sampai kini walau sudah menikah dengan Aila.

"Bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan wanita itu? Lalu bagaimana dengan Aila? Apakah dia tahu? Atau kalian sudah bercerai?" Tanya Gavin lagi. Ekspresi Yogi berubah saat Gavin menyebut soal perceraiannya dengan Aila

Yogi menatap tajam sosok sahabat baiknya itu, dia jelas tidak suka perkataan yang Gavin ucapkan. Tatapan Yogi yang begitu dingin membuat Gavin merinding,vmendapati reaksi Yogi yang seperti ingin membunuhnya membuat Gavin sadar pasti dia salah berbicara.

"Aku tidak akan menceraikan Aila dan hal itu tidak akan pernah terjadi." Jawab Yogi tegas.

"Kalau kau tidak mau menceraikan Aila lalu apa yang kau lakukan dengan Adinda?"

"Adinda mengandung anakku"

"APAA?" Mata Gavin terbelalak, menatap Yogi tak percaya.

Yogi hanya diam tak menjawab. Tapi kebisuan Yogi cukup untuk menjadi jawaban dari semua pertanyaan Gavin. Kebisuan sahabatnya membuat Gavin mengambil kesimpulan bahwa apa yang baru saja di dengarnya tadi adalah benar.

"Kau gila, kau benar-benar gila!" Gavin menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan apa yang ada di otak sahabatnya hingga menghianati istri sebaik Aila.

"Yogi sebagai sahabat aku hanya ingin menyarankanmu, kalau kau mencintai Aila tinggalkan Adinda sebelum Aila tahu semuanya."

"Aku tidak bisa, dia mengandung anakku."

"Jangan terus katakan itu sebagai alasan, apa kau masih memcintai wanita itu?" Yogi tak menjawab membuat Gavin merasa marah. Gavin sama sekali tak menyukai Adinda, wanita itu terlalu palsu, sebabnya dia senang begitu mendengar Yogi putus dengan Adinda dam menikahi Aila.

"Kau benar-benar brengsek!" Maki Gavin. Saat kebisuan Yogi di anggapnya sebagai persetujuan bahwa sahabatnya masih mencintai Adinda.

"Aku hanya ingin menasehatimu untuk menghentikan semua kegilaanmu ini, jangan sampai menyesali semuanya nanti." Gavin menepuk pundak Yogi lalu pergi.bMeninggalkan Yogi yang termenung sendiri.

Termenung mempertanyakan apakah keputusan yang di ambilnya salah, apakah membiarkan kembali Adinda hadir dalam kehidupanya suatu kesalahan dan apakah benar yang di katakan Gavin sahabatnya bahwa suatu hari dia akan menyesal.

Bersambung.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang