8.Hadiah Ulang Tahun

6.5K 406 8
                                    

"Adinda" Suara Anita yang memanggil namanya menyadarkan Adinda dari bayangan masa lalunya.

"Jika tidak ada yang akan kau katakan lagi, aku akan pergi, ingat jangan menemuiku lagi jika tidak ada yang mendesak, aku tidak ingin Mama dan Papa tahu aku telah mengetahui siapa dirimu." Adinda memperingatkan Anita dengan wajah serius. Dia tidak ingin orang tua angkatnya tahu bahwa dia telah mengetetahui tentang Anita dan berhubungan dengannya.

Waktu ini belum tepat. Setidaknya dia harus memastikan Yogi harus memilihnya sebelum mereka semua tahu kebenarannya.

**********

Sementara itu di sebuah restoran.

Aila berjalan memasuki restoran mewah. Matanya menatap sekeliling mencari keberadaan sahabatnya.

"Aila di sini!" Aila melihat sosok Karin sahabatnya melambai padanya dari meja di dekat jendela.

Aila menghampiri Karin, meletakan tasnya dan duduk di kursi berhadapan dengan Karin.

"Maaf apa kamu menunggu lama?" Aila berkata dengan wajah menyesal tadi dia sempat mampir ke Mall untuk membeli hadiah ulang tahun Yogi, jadi dia sedikit terlambat datang ke tempat dia berjanji bertemu dengan Karin sahabatnya.

"Tidak aku juga baru sampai, oh ya kamu mau pesan apa?"

"Terserah kamu saja."

"Pelayan!" Karin berteriak memanggil pelayan. Pelayan itu datang menghampiri mereka.

"Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan itu sopan.

"Aku mau memesan makanan khas di retoran ini."

"Lalu Nona mau minum apa?"

"Hm bawakan kami dua jus jeruk saja."

"Baikalah, tolong tunggu sebentar." Pelayan itu kemudian pergi.

"Karin sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajaku bertemu?" Tanya Aila penasaran.

"Kenapa? Aku tidak boleh bertemu denganmu kalau tidak ada sesuatu?" Karin berpura-pura marah.

"Tentu saja tidak."

"Aku hanya bercanda Aila, jangan terlalu serius." Kata Karin saat melihat wajah Aila yang tampak merasa bersalah.

"Kau ini."

"Sebenarnya aku sangat merindukanmu, sudah lama sekali kita bertiga tidak bertemu, sekarang Ara sedang di cina sementara aku sibuk bekerja dan kamu sendiri sangat sibuk dengan suamimu bahkan tidak ingat lagi padaku, hatiku sakit sekali." Karin meletakan tanganya di dada sebelah kirinya memasang wajah terluka. Aila hanya tersenyum tipis melihat kelakuan Karin yang tidak pernah berubah.

"Baiklah aku minta maaf, jadi kenapa tiba-tiba mengajakku bertemu?"Aila bertanya dengan serius. Karin mengambil sesuatu di dalam tasnya dan memberikannya pada Aila.

"Aku dan Radit akan menikah, ini undangan untukmu, kamu harus datang ke pesta pernikahan kami." Karin berkata dengan wajah bahagia. Aila dapat melihat dengan jelas wajahnya bersinar dengan senyuman indah selalu terpatri di wajah cantiknya. Aila turut merasa bahagia melihat akhirnya sahabatnya mendapatkan kebahagian dengan pria yang di cintai oleh sahabatnya itu.

Aila masih ingat bagaiman perjalanan panjang kedua orang itu sebelum akhirnya sampai pada saat ini. Dan Aila merasa bahagia saat melihat kisah cinta mereka berakhir bahagia dalam pernikahan.

"Selamat, aku pasti akan datang. Aku ingin melihat nanti bagaimana tampannya Radit saat menjadi pengantin." Aila tersenyum menggoda. Sebuah ingatan akan masa SMA nya kembali terbayang. Saat-saat paling indah dalam hidupnya. Dia tersenyum begitu mengingat bagaimana perjuangan Karin mengejar Radit sang pangeran sekolah.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang