14.Rahasia

7.3K 404 7
                                    

"Selamat pagi, Ma." Liliana masuk ke ruang makan dan melihat nyonya Herlina sedang menikmati sarapan di meja makan.

"Kenapa kau kesini pagi-pagi sekali? Kamu saudah sarapan?" Nyonya Herlina terkejut dengan kedatangan Liliana. Tidak biasanya keponakannya itu kemari pada pagi hari.

Seingatnya Liliana sangat susah bangun pagi jadi kalau datang kesini juga pasti di siang hari.

"Belum, Ma. Aku ingin pergi mengajak Mama menemui seseorang hari ini jadi aku terburu-buru ke sini takut mama pergi." Nyonya Herlina meletakan sendoknya dan meminum teh di depannya.

"Siapa yang ingin menemui Mama?" Tanya nyonya Herlina.

"Rahasia yang pasti Mama akan senang begitu melihatnya." Liliana tersenyum misterius. Nyonya Herlina mengangkat alisnya penasaran siapa yang sebenarnya yang akan di pertemukan denganya oleh Liliana.

"Oh ya ma di mana Papa?" Liliana melihat sekeliling tapi tidak menemuan sosok Tuan Dito.

"Papamu sedang berbicara dengan Aila, sepertinya baru sempat memberikan hadiah untuk ulang tahunnya." Jawab nyonya Herlina acuh tak acuh. Sepertinya dia sudah biasa dengan perlakuan suaminya pada Aila yang bahkan lebih baik dari anaknya sendiri.

"Begitu ya." Liliana menundukan kepalanya menyembunyikan kebencian di matanya. Ya, inilah salah satu penyebab kebencian Liliana pada Aila.

Tuan Dito yang merupakan papa kandungnya lebih mencintai Aila di bandingkanya. Ya, dia adalah anak kandung dari tuan Dito. Rahasia ini tidak sengaja di dengarnya dari pertengkaran kedua orang tuanya sebelum mereka meninggal dalam kecelakaan mobil.

Dia bukan hanya keponakan dari nyonya Herlina tetapi juga anak dari suaminya dan saudara kembarnya.

Itulah rahasia yang selama ini di simpanya.

"Kamu belum sarapankan? Kalau begitu kamu sarapan dulu sebelum kita pergi, bagaimanapun sekarang kamu sedang hamil jadi harus makan teratur, Mama akan memanggil Bibi untuk menyiapkan sarapan untukmu." Perkataan nyonya Herlina menyentakan Liliana dari segala lamunanya.

"Tidak usah, Ma. aku yang akan ke dapur menemui bibi, Mama di sini saja melanjutkan sarapan." Liliana mencegah nyonya Herlina yang hendak berdiri. Lalu dia berdiri dan berjalan ke dapur.

"Non Lili, ada yang bisa saya bantu?" Bi Lia pembatu rumah tangga keluarga Rahardian bertanya sopan saat menyadari kehadiran Liliana.

"Bi tolong siapkan aku bubur, aku ingin makan bubur." Pinta Liliana, matanya menjelajahi dapur dan berhenti begitu melihat sepiring nasi goreng dan segelas susu yang di letakan di meja dapur.

"Maaf non, pelayan di sini belum sempat berbelanja dan kehabisan bahan dan hanya ada nasi goreng."

"Kalau begitu bibi tolong belikan bubur di depan kompleks, aku sangat ingin makan bubur ayam, Bi."

"Ya sebentar non, saya akan mengantarkan sarapan untuk nyonya Aila dulu."

"Tidak usah biar aku yang menyuruh pelayan lain mengantarkanya, Bibi pergi saja belikan bubur ayam untukku." Pinta Liliana tegas sama sekali tidak menerima penolakan apapun lagi.

"Ini uangnya."

"Baik, non." Bi Lia meraih uang yang di berikan Liliana lalu pergi.

Begitu bi Lia pergi, mata Liliana melihat sekeliling dapur memastikan tidak ada orang lain selain dirinya yang berada di sini.

Setelah memastikan dapur sepi, Liliana meraih sesuatu di saku celananya.

Liliana memasukan sesuatu ke dalam susu milik Aila, Liliana lalu membuang bungkus obat yang di masukanya ke tong sampah di sampingnya. Setelah selesai dan mencapai tujuanya Liliana pergi meninggalkan dapur dan meminta pelayan yang di temuinya untuk mengantarkan sarapan Aila ke kamar.

Cinta Pertama, Pernikahan kedua.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang