6. Park Sojeong

173 17 1
                                    

Sojeong Pov

Saat ini aku sedang memeriksa laporan keuangan beberapa cabang dari cafe milik keluargaku. Setiap bulan manager disetiap cabang akan menyerahkan laporan pengelolaan cafe. Sudah menjadi tugasku untuk mengevaluasi. Sungguh sejak satu jam yang lalu aku merasa lelah. Tapi mau bagaimana lagi, selain aku tidak ada yang bisa membantu appa ku. Adikku si Jimin itu hanya bisa bermain-main saja.

Aku menghentikan kegiatan ku dan kembali melihat jam di pergelangan tangan yang sudah menunjuk angka 8 malam. Dan sekarang perutku juga menyiksaku. Tentu saja, tadi siang aku tidak sempat makan. Di kantor sudah mulai sepi, beberapa pegawai sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

Kuputuskan menutup laptopku dan pulang ke rumah. Namun, perutku sepertinya tidak bisa menunggu sampai rumah. Aku menghentikan mobilku di sebuah kedai roti yang masih buka. Begitu aku turun dari mobil dan akan menyebrang tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju kencang ke arahku. Aku tidak sempat menghidar sehingga yang kurasakan aku sudah terjatuh di pinggir trotoar.

Sekujur tubuhku seakan terasa sakit semua. Bahkan orang yang menyerempetku pun tidak berhenti hanya sekedar melihatku. Kondisi jalan yang mulai sepi, hingga tak ada orang yang menolongku.

Aku meringis merasakan telapak tangan dan lututku yang terasa perih. Sebisa mungkin kucoba berdiri, hingga...

"Kau tidak apa-apa?"
Suara seorang pria yang memakai hoodie abu dan masker menutupi sebagian wajahnya mendekatiku dan membantuku berdiri.

"Kau tidak apa-apa?"Suara seorang pria yang memakai hoodie abu dan masker menutupi sebagian wajahnya mendekatiku dan membantuku berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo kubantu." katanya lagi.
Dia memapahku duduk di sebuah kursi di depan kedai roti yang akan kudatangi.

"Apa kau terluka?" tanyanya. Aku terdiam terpaku saat tangannya menurunkan hoodie dan melepaskan masker putih. Entah berapa detik aku hanya diam saja memandangi wajahnya.

"Hai, aku bertanya padamu? Kau baik-baik saja kan?"
Tangannya menepuk pundakku mengembalikan pikiranku ke realita.

"Ah, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku." jawabku.

"Apa kau yakin? Kakimu sepertinya terluka." dia menunjuk celana panjangku di bagian lutut yang terkoyak karena gesekan dengan aspal.

"Ah ini..."

"Tunggu disini."
Dia tiba-tiba pergi entah kemana. Aku hanya memandanginya yang sedikit berlari.

Sekitar 15 menit pria tadi kembali lagi dengan membawa kantong plastik berwarna putih. Dia duduk berjongkok di depanku.

"Eh eh apa yang kamu lakukan?" aku sedikit panik saat dia menggulung celana panjangku.

"Aku akan mengobati lukamu."

"Tidak perlu, nanti aku akan mengobati sendiri."

"Lukamu cukup dalam, bisa infeksi kalau tidak segera dibersihkan."

What's Wrong With Secretary Kim? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang