23. What Is Lonely?

92 9 0
                                    

Dianjurkan sambil mendengarkan lagu Your Eyes Tell.....

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Di sebuah ruangan bercat putih dengan segala peralatan medis berjejer rapi dan bersih. Staf medis terdiri dari dokter spesialis disetiap bidang, perawat dan masih banyak lagi.

Di antara mereka Seokjin tidak mengenal satu pun. Sejak ibunya tiada dia sudah terbiasa hidup dalam kesepian. Kehadiran saudara dan teman-temannya tidak mampu menghilangkan rasa kesepian dalam hatinya.

Perasaan marah dan dendam telah mengerogoti hati dan jiwanya. Seolah kedua hal itu yang menjadi tonggak kehidupannya.

Hari ini, detik ini Seokjin entah mengapa kedua hal tersebut hilang begitu saja. Percakapannya kemaren sore bersama adiknya Taehyung telah memberikan efek luar biasa. Efek yang membawanya berada di ruangan ini.

Seokjin sudah berbaring tengkurap di sebuah tempat tidur tindakan. Seorang dokter mendekatinya.
"Annyonghaseo Seokjin-ssi, saya dokter Kang spesialis anestesi. Kami akan mulai proses pengambilan sample. Saya akan memberikan obat bius lewat alat pernafasan ini."

Seokjin tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan. Percaya sepenuhnya kepada si dokter.
Dokter Kang memasangkan kanula yang menutupi hidung dan mulut Seokjin. Lalu mulai menekan alat yang tersambung dengan kanula yang sudah terpasang pada Seokjin. Bersaman dengan itu keluar uap transparan melewati selang dan mengisi paru-paru Seokjin.

"Seokjin-ssi, bernafaslah perlahan dan hirup uap ini. Kemudian mulai berhitung dalam hati satu sampai sepuluh."

Seokjin mengikuti arahan sang dokter juga mulai menghitung.
Satu, dua, tiga, empat, lima...enam...tujuh.......... De..lapan...sembi...lan... Sepu....

Seokjin terlelap, suara nafasnya teratur. Dokter Kang memberi kode bahwa pasien sudah siap.

Dokter Cha spesialis bedah mendekat sudah siap dengan segala peralatannya. Dia di temani oleh dokter Lee spesialis syaraf.
Proses pengambilan sumsum tulang belakang pada Seokjin dimulai.

.
.
.
.
.
.
.

Flashback

Taehyung melihat Seokjin dengan kedua mata yang masih sembab. Sesekali masih sesegukan, menghapus air mata dengan punggung tangannya.

"Tae, kemarilah."
Dengan lembut Seokjin mengajak Taehyung duduk di sofa.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, dan jawablah dengan jujur."

"Apa hyung?"

"Apakah kau benar-benar memaafkan appa?"

"Hyung...?" Taehyung tidak nyaman dengan peetanyaan itu.

"Jawab saja Tae, aku tidak akan marah padamu."

"Hyung, mungkin kemarahan yang kau rasakan tak sebesar yang kumiliki. Karena, saat appa pergi meninggalkan kita, aku masih terlalu kecil. Dan kau melihat secara langsung bagaimana hancurnya eomma kala itu. Kalau saja aku sudah sedikit besar dan mengerti, aku pasti akan sangat membenci appa seperti mu."
Taehyung berhenti berbicara sejenak untuk melihat reaksi dari Seokjin. Dilihatnya hyung nya itu diam menunduk mendengarkan dengan tenang.

"Dalam ingatanku saat itu yang kutahu adalah eomma dan appa ku telah lama meninggal. Aku sangat iri dengan teman-temanku saat mereka di antar jemput oleh kedua orang tua mereka. Sejak kecil aku tidak pernah merasakan sentuhan lembut tangan eomma. Tidak pernah memiliki figur appa sebagai panutanku. Dan suatu mukjizat datang, ternyata appa masih hidup. Awalnya aku juga sangan kecewa padanya, tetapi aku juga merindukannya hyung."

What's Wrong With Secretary Kim? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang