CM - fourty-one : Bunglon

357 22 15
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

"Gimana?"

Paketu masih diam, belum menyaut ucapan Galang. Harya yang berada di samping Galang masih terkejut. Tidak menyangka ketua Arlak sesungguhnya itu adalah dia?

Paketu menatap Harya datar, Harya yang di tatap seperti itu kikuk sendiri, ia bingung apa kah ada yang salah dengan dirinya?

Galang yang mengetahui isi kepala dia, ia berujar "Sans, dia gak bakal bocorin identitas lo."

Paketu balik natap Galang, "Gue pantau." jawabnya pelan.

Harya menghembuskan nafas lega, awalnya ia tidak takut dengan orang di depannya ini. Tapi begitu ia tahu siapa sesungguhnya orang ini, nyali nya ciut. Harya tahu, orang di depannya ini bukan lawan sepadan dengan dirinya.

"Jadi gimana? Please lah, udah gue bilang, waktu gue gak banyak. Hargai." Selalu seperti ini jika bertemu dengan Paketu. Susah sekali ngomong, dan selalu banyak menghabiskan waktu, padahal dia hanya berucap beberapa kata saja, itupun sangat lama.

"Gue setuju." jawabnya setelah sepuluh menit.

Galang mengangguk, "Gue serahin bagian umum ke Harya, karena gue gak bisa ngurus dua langsung. Keberatan?"

Diam lagi.

Memikirkan ini bukan masalah yang mudah dan tidak bisa dianggap sepele. Karena ketika sudah memutuskan, kita juga harus menanggung semua resiko yang ada nanti.

"Ayolah, lo lama ba-"

"Lo kira gampang!?" sela Paketu. Ia menatap tajam Galang. Galang ini memang bukan orang yang sabaran. Apalagi ketika berbicara dengan nya.

"Oke, sorry." jawab Galang.

"Gue harus pastikan kalau dia gak bakal berhianat."

Harya terdiam mendengar ucapan paketu.

"Lo tahu Gal, orang yang berhianat akan di hukum seperti apa."

"Di gantung atau merasakan tidak bebas hidup di dunia." Galang memang tahu hukuman apa yang di maksud Paketu.

"Gue tambah. Keluarga kalian jadi taruhannya." Harya meneguk ludah nya dengan susah payah.

Paketu tersenyum smrik, ia selalu mengetahui kelemahan lawan. Sangat mudah sekali.

"Masih mau lanjut?" tanya Paketu pada Harya.

Harya mengangguk patuh, "Gue terima apapun resiko nya. Gue tanggung jawab atas semua yang nanti gue perbuat. Gue juga gak akan balapan lagi." Harya sudah memikirkan semuanya dengan matang. Ia yakin atas semua yang diucapkannya.

Paketu mengangguk, "Gue tambah peraturan." lanjutnya.

"Gak bisa gitu-"

"Pertama, patuh. Kedua, tidak narkoba. Ketiga, tidak balapan. Keempat, tidak menyerang tanpa ijin ketua." Paketu berhenti sejenak, ia menatap Galang tajam. "kelima, akur. Gue gak mau lihat anggota gue gak akur dengan sesama anggota lainnya."

Galang berfikir sejenak, "Oke, gue terima."

"K--kalau tentang anggota? Maksudnya batas maksimal nya berapa?" Harya buka suara.

"Gue saran ya, kalau pake batas maksimal, kita gak akan bisa melawan musuh tanpa bantuan orang lain. Jujur aja, gue sebenernya malu minta bantuan geng Motor nya Harya. Ya walaupun Devan juga meminta bantuan kemabarannya. Tapi gue ngerasa, kita gak beda sama Devan. Walaupun Arlak yang menang, tapi gue ngerasa menang kali ini kurang berarti." ucap Galang.

"Oke, gue gak pake batas maksimal. Bebas kalian mau berapapun rekrut anggota." Galang dan Harya tersenyum puas.

"Tentunya dengan beberapa tes dan seijin gue. Gue gak mau geng Arlak isinya banci semua." lanjut paketu.

Cowok MaskerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang