Story 1
Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya.
Pukulan demi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Syuuuut-----oi ! "
"Uwis, lo kenapa jadi bisa ada di sini?" akibat panggilan dari suara yang sangat familiar baginya, lantas saja Sara segera membalikkan badan dan menjumpai Uwis yang lagi memakai baju berwarna merah muda serta rambut yang di kuncir itu hanya menyengir kuda.
"Tadi gue sempat nanya ke Saras di mana lo berada, terus dia kasih tau lo ada di gudang lantai dua. Yak gue ijin sama dia buat ketemu lo, terus katanya gue jangan sampai ke tahuan sama Tante Sinta. Lalu ya gitulah, gue dikasih kunci. Emmm---ternyata Saras itu baik ya," keterangan sahabatnya itu hanya di balasi Sara dengan hembusan nafas panjang.
"Jadi maksud lo yang di sekolah tadi Tante Sinta sengaja ngurung lo di gudang ini gitu? Lo ini ya bukannya keluar! Lagi pula di sini banyak laba-labanya. Emangnya lo nggak geli apa?" lanjutnya seperti sedang berceramah. Seluruh badannya bergedik ngeri karena tempat yang dia pijaki banyak sekali terdapat sarang laba-laba.
"Gue sebenarnya juga mau keluar, tapi ya gitulah. Orang dikunci dari luar, bagaimana bisa keluar?" Wajah Sara melesu seketika.
"Lo takut sama Tante Sinta?"
Tidak ada sahutan dari pihak yang ditanya, malahan dia kembali menatap orang-orang yang ada dibawah. Uwis memutar kedua bola matanya, lalu dia menarik lengan sahabatnya secara tiba-tiba.
"Wis, lepasin. Gue di sini aja." gertaknya tak ingin mencari keributan.
"Lo tenang aja, kalau Tante Sinta marah biar gue yang hadapin! Lo tenang aja ada gue kok." tegas Uwis menyakinkan.
"Tapi percuma juga gue ke luar, masa gue pakai baju tidur," cicit Sara dan di balasi senyum sumringah oleh Uwis.
"Kita ke kamar lo sekarang." perintah Uwis kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju keluar di iringi oleh Sara dari belakang.
"Ngapain?"
Uwis mengabaikan pertanyaan Sara, dia cuma diam saja. Setelah berada di kamar, Uwis membuka tas berukuran sedang dan mengeluarkan benda yang ada di dalamnya yaitu baju yang sama dengan dirinya serta alat make up.
"Nih pake." Selembar baju berwana merah muda disodorkannya ke Sara yang masih saja tidak mengerti apa niatnya.
Karena tak ingin banyak tanya, Sara lebih memilih untuk mengikuti saja perkataan sahabatnya. Hingga diapun mengambil alih baju dari tangan Uwis, dan memakainya.
Seusai itu, Uwis menarik sebuah kursi dan menepuk-nepuk tempat dudukan tersebut. Memberi kode supaya Sara duduk di tempat yang di pintanya.
"Duduk."
Tak mengeluarkan suara sedikitpun, Sara hanya menuruti perintah sahabatnya dan mendudukan dirinya setelah memakai baju tadi. Pantulan wajahnya dari cermin terlihat sekali wajah yang kusam serta rambut amburadul.