🌸Chapter 46🌸

14.4K 451 17
                                    

  Beberapa jam menunggu kabar dari sang Dokter, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah memunculkan dirinya dengan berpakaian warna hijau lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Beberapa jam menunggu kabar dari sang Dokter, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah memunculkan dirinya dengan berpakaian warna hijau lengkap.

  "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Wisnu mewakili yang lain.

  Dokter itu menghela napas sejenak. "Operasinya berhasil, tapi ," ujarnya menggantung dengan raut berubah sendu.

  "Tapi, apa, Dok?" tanya Sinta. Wajahnya terlihat jelas begitu cemas.

  "Anak Bapak dan Ibu koma, " jawab Dokter Radit dengan nada bicara merendah.

  Hati Deon seakan tersambar petir. Dia yang sempat bahagia karena operasi Sara berjalan lancar, tetapi sekarang hatinya seperti ditusuk-tusuk setelah mendengar ucapan dari Dokter.

  "Kenapa jadi begitu, Dok? Bukankah operasinya lancar? Dokter jangan bercanda!" protes Wisnu tak terima karena seakan dipermainkan.

  "Anda jangan  main-main dengan kami!" Kerah baju yang dikenakan Dokter itu di cengkram kuat oleh Deon. Dengan cepat, Darma menahan Deon agar tidak berbuat kerusuhan.

  "Tenang Deon, biarkan dokter yang menjelaskannya." Deon membuang napas kesal, kemudian dia melepas kembali cengkraman itu. Seketika, air matanya luruh begitu saja. Beberapa kali juga dirinya mengusap wajahnya kasar guna menahan emosinya.

  "Jadi begini, memang benar operasinya berjalan lancar. Tapi, tusukan itu lumayan dalam melukai perutnya. Dan itu membuat kondisinya drop yang sudah pasti memerlukan banyak waktu untuk menyembuhkannya," jelas Dokter Radit berusaha menyakinkan.

  "Jadi, apakah anak saya dapat diselamatkan, Dok?" Tangan Sinta meremas kuat kerah bajunya sendiri.

  "Kalian semua sebaiknya mendoakan yang terbaik agar dia dapat diselamatkan."

  "Baiklah, Dok, terima kasih telah membantu kami," celetuk Luna berusaha memperbaiki suasana.

  "Sama-sama, karena memang inilah pekerjaan kami. Kalau begitu saya pergi dulu, bila ada apa-apa panggil saja saya. Para suster akan membantu memindahkan anak Bapak ke ruangannya," kata Sang Dokter seraya menepuk bahu Wisnu pertanda dia menyemangati pria paruh baya tersebut.

  Punggung Dokter itu menghilang dari pandangan mereka. Wajah mereka semua seperti seorang yang tidak punya niat hidup, bahkan Sinta meraung dengan tangisannya. Sesekali, Wisnu mengecup kening istrinya untuk tidak bersedih, walaupun hatinya juga ikut tersayat sakit dan rasa penyesalan tertancap di pikirannya.

  Bumi hanya diam, begitu pun juga Leon. Benar saja, mereka sangat menyesal karena selama ini mereka memperlakukan Sara layaknya seperti seorang budak.

Broken Home [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang