🌸Chapter 28🌸

8.7K 416 1
                                    

  Tidak terasa, akhirnya pagi telah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Tidak terasa, akhirnya pagi telah tiba. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.50 WIB. Untuk mengelabui yang lain, Sara bergegas pergi kembali ke kediamannya dengan diantarkan oleh yang memberinya tumpangan tidur semalam.

  "Makasih, Deon." Sesampainya di depan pagar, wajib baginya mengucapkan terima kasih.

  "Nggak masalah. Em ... Sar, lo mau nggak temenin gue ke toko buku? Soal waktu, nanti gue kirim pesan ke lo." Sedikit ragu, tetapi ditepisnya dengan cepat.

  "Ta--" Belum sempat Sara meneruskan pembicaraannya, seperti biasa laki-laki itu memotong ucapannya.

  "Nanti gue yang jemput. Ya udah, gue balik dulu." Tidak ingin mendengar penolakan, Deon tersenyum, lalu menancapkan gas mobilnya dengan perasaan gembira.

  Sara membalikkan dirinya setelah mengembuskan napas pasrah. Di saat itu juga, dia dikejutkan dengan kehadiran Bumi yang tengah menyandarkan tubuhnya di pagar sembari bersedekap dada. Di mana ekor matanya memandang mobil Deon yang mulai hilang dari pandangannya. Lalu, dirinya kembali menatap sang adik.

  "Wow! Nyonya kita baru sampai rupanya," ujarnya alih-alih ingin mencari keributan.

  'Bagaimana bisa Kak Bumi tiba-tiba ada di sini?' Sara bertanya-tanya dalam hatinya. Seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Sara menundukkan kepalanya ke bawah sembari meremas ujung bajunya.

  "Gue tahu, kok, lo itu nginap di rumah, tuh, cowok. Dasar nggak punya urat malu. Cewek yang nggak punya status apapun menginap di rumah cowok. Emang cocok dibilang cewek murahan." Perkataan yang dibumbui sindiran keras diakhir membuat Sara segera mendongakkan wajahnya ke arah Bumi yang menaikkan salah satu alisnya dan tersenyum smirk.

  "Tolong, Kak, jangan kasih tahu Nyonya Sinta atau Tuan Wisnu." Takut terkena semprot dari kedua paruh baya di rumahnya, mau tidak mau Sara harus memohon seperti itu.

  "Kasih tahu nggak, ya?" Bumi memijat dagunya sebentar. "kasih tau aja, deh. Kita, kan, nggak boleh bohong. Iya, kan, Sara?" lanjutnya, lalu berbalik badan dan melangkahkan kakinya menuju rumah.

  Sara terdiam sebentar. Lalu, tanpa pikir panjang, dia langsung berlari mengejar Bumi yang sudah dekat di ambang pintu. "Tolong, Kak, rahasiain ini. Aku janji akan melakukan apa pun yang Kak Bumi mau, asalkan jangan beritahu semuanya." Kecemasan benar-benar sudah meliputi pikirannya. Dia ingin sehari saja tidak terkena masalah.

  Sekarang, pergelangan Bumi sedang dalam genggamannya. Sekilas, laki-laki jangkung itu melirik lengannya yang dipegang oleh orang paling dibencinya, lalu menariknya sehingga membuat tangan Sara terhempas ke udara.

Broken Home [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang