Gue mengernyitkan kening waktu Sara menceritakan jika selama ini dia sering lihat gue di rumahnya. Jujur, gue yang sering main ke rumah keluarga Sincray sama sekali nggak pernah lihat gadis itu. Hal yang langsung buat gue jadi bertanya kenapa Sara nggak pernah menampakkan dirinya?
Naas, jawaban yang gue dapat nggak sesuai harapan. Dia hanya menjawab, Nggak apa-apa. Padahal, jelas-jelas terlihat wajahnya menahan sesuatu yang amat pedih. Membuat gue jadi memutuskan untuk membuntutinya waktu pulang sekolah saat itu.
Saat bel pulang berbunyi, gue bergegas untuk mengikutinya dari belakang tanpa ketahuan. Satu hal yang buat hati gue pilu, di mana gadis manis itu mengambil sepeda ontel yang sudah berkarat dan jauh dari kata baik. Benar-benar tak layak untuk dipakai.
Beribu pertanyaan semakin melintas di otak. Kalau dipikir-pikir, keluarga Sincray adalah salah satu keluarga yang kaya raya. Namun, kenapa kakak-kakaknya pakai mobil dan motor pribadi yang harganya jelas mahal dibandingkan mobil gue sendiri? Dan dia pakai sepeda rongsokan begitu?Tanpa pikir panjang, gue langsung menjalankan mesin sepeda motor. Iya, gue sengaja pakai sepeda motor karena mobil gue sedang ada perbaikan. Maklumin aja, mobilnya memang sudah termakan usia. Untung waktu itu juga gue bawa masker sama jaket. Sangat cocok untuk melindungi diri agar Sara tidak mengenali gue.
Sesaat setelah sampai di kediaman Sincray, lagi-lagi hati gue pilu melihat Sara yang langsung ditampar mamanya. Bahkan, mamanya itu mengeluarkan kalimat serapah yang tidak pantas untuk dilontarkan kepada anaknya. Belum lagi Sara yang dijambak kasar begitu. Gue yakin, pasti rambutnya rontok.
Setelah gue teliti beberapa hari untuk memastikan apa yang ada dalam otak gue, ternyata asumsi gue benar selama ini. Sara pasti tidak dianggap sebagai keluarga Sincray. Gadis itu tak pernah merasa bahagia bersama keluarganya. Hal itu terlihat dari perlakuan mereka terhadap Sara.
Memang benar gue selalu membuntutinya waktu pulang sekolah dan hati gue sangat terpuruk waktu itu. Melihat Sara yang menangis di bawah pohon belakang rumahnya sembari memegang sebuah buku itu, membuat dada gue sesak. Maka dari itu, sejak mengetahui semuanya, gue meneguhkan diri untuk mencoba membuat Sara selalu bahagia.
***
"Nggak baik terlalu lama di bawah hujan. Aku antar kamu pulang, ya?" tawar Arga sembari memasang raut khawatirnya.
"Em nggak usah, Kak. Aku bisa pulang sendiri, kok. Lagian rumahku juga hampir sampai," tolak Sara berbohong. Dia jelas tahu jarak rumahnya masih jauh. Sangat malah.
Arga memutar malas kedua bola matanya, lalu menjitak kening sang gadis. Hal yang langsung membuat Sara memekik nyeri sembari mengusap keningnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home [End]✓
Novela JuvenilStory 1 Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya. Pukulan demi...