Di sekolah, tepatnya kantin, merupakan salah satu tempat yang paling diminati oleh para siswa maupun siswi. Mereka rela untuk mengantri guna membeli beberapa makanan atau minuman serta mencari tempat agar bisa bersantai sejenak sebelum bel masuk berbunyi. Tak jauh beda dengan para murid di sekolah ini.
Saat ini Bumi beserta sahabatnya tengah nongkrong di kantin yang sudah dianggap oleh mereka sebagai markas sebelum bel berbunyi. Seperti datang pagi-pagi hanya untuk saling bertukar cerita. Waktu yang tepat karena para murid belum banyak yang datang ke sini memang.
"Bum! Lo dipanggil Kepsek, tuh!" teriak Joungki dari kejauhan sembari berlari cepat menuju kedua sahabatnya itu.
Elvan yang merupakan salah satu sahabat Bumi menepuk pelan jidatnya setelah mendengar teriakan mendadak dari Joungki.
"Kenapa?" tanya Bumi setelah Joungki duduk di sebelahnya. Saat ini, laki-laki berhidung mancung itu tengah mengatur nafas sebelum menjawab pertanyaan darinya.
Setelah dirasa nafasnya normal, Joungki langsung menjawab pertanyaan Bumi dalam satu tarikan napas. "Mana gue tahu! Gih, lo pergi ke sana." Tanpa permisi, Joungki langsung mengambil gelas yang berisi es jeruk di atas meja itu dan menghabiskannya hingga tandas. Hal yang membuat mulut Elvan menganga lebar. Tanpa kasihan, dia langsung menjitak kepala Joungki. Yang dijitak hanya mengaduh kesakitan.
"Apa-apaan, sih, lo! Gue ada salah sama lo?" ketus Joungki tak terima jidatnya dijitak sembarangan.
"Apanya yang nggak salah, hah? Sini biar gue itung kesalahan lo pagi ini. Pertama, lo telat datang ke kantin padahal situ yang nyuruh gue cepat-cepat pergi ke sini. Tapi, begitu gue sampai ke sini, lo nggak ada! Yang kedua, lo teriak-teriak begitu padahal jarak lo sama kita nggak jauh-jauh amat. Dan yang ketiga ..." Elvan menggantungkan kalimatnya, sedangkan Joungki seolah tidak peduli. Malah, laki-laki itu enak-enakan menggali emas, membuat Elvan lantas menarik telinga Joungki sembari menarik napas dalam,
"yang ketiga, lo habisin minuman gue! Gue baru beli, woi!" teriakan Elvan bak toa yang menggema di telinga Joungki.Laki-laki yang sering dikatai sebagai playboy itu langsung melirik ke arah gelas yang baru saja diminumnya. Betul saja minuman itu ludes tak tersisa.
Joungki menyengir sembari menunjukkan ekspresi tak berdosa."Sorry," ujarnya, lalu menoel manja dagu Elvan. "jangan marah lagi, ya, Ayang?" Dengan cepat Elvan menepisnya, lantas saja dia bergidik jijik.
"Najis! Dasar, Gay!"
"Gue cabut." Bosan dengan pertengkaran kecil sahabatnya itu, Bumi memutuskan pergi dari sana. Tak peduli dengan ocehan-ocehan dari mereka yang masih berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home [End]✓
Teen FictionStory 1 Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya. Pukulan demi...