🌸Chapter 35🌸

8.2K 378 1
                                    

'Ckrek!

  Proses pemotreran hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Sampai akhirnya, tiba saatnya untuk pulang guna mengistirahatkan tubuh. Sekarang Sara sudah sampai di kediamannya bersama Deon yang mengantarkan dirinya.

  "Makasih udah anterin aku pulang." Tak pernah luput gadis itu untuk mengucapkan rasa terima kasihnya.

  "Iya, santai aja," jawab sang lelaki sembari menatap lekat netra gadis yang membuat hatinya meleleh.

  Diamnya Deon mengharuskan Sara mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah laki-laki yang masih duduk di kursi mobil itu. Untungnya jendela mobil dibuka, jadi Sara masih bisa melihat jelas wajah Deon.

  "Anu, gue balik dulu. Hati-hati." Deon yang grogi membuat Sara terkekeh geli.

  "Harusnya aku yang bilang hati-hati ke kamu," komentarnya yang mampu membuat Deon semakin canggung.

  Deon mulai gelagapan sembari menepuk keningnya pelan. "Gue balik dulu," pamitnya yang tak urung menghentikan tawa Sara.

  "Ini yang kedua kalinya, loh, kamu ngomong gitu." Baru kali ini wajah Deon memerah malu karena ucapan gadis di depannya.

  "Dah." Untuk menghilangkan rasa malunya, Deon memilih untuk melambaikan tangan, dan mendapat balasan dari Sara berupa anggukan kecil. Sehabis itu, dia menancapkan gas mobilnya.

  Sara tersenyum, lalu masuk ke dalam rumahnya. Tiba-tiba saja ada sebuah tepukan pundak dari belakang, alhasil dia terkejut di buatnya.

  "Ada apa?" tanya Sara ke arah sang kakak tertuanya. Saat ini dia tengah bersikap biasa saja meskipun terkejut.

  "Buatin gue teh anget," titah Bumi dengan wajah datar.

  Cuaca hari ini memang cukup dingin, serta awan tebal melindungi matahari. Ditambah lagi suara petir yang menggeledar dan perlahan air bening berjatuhan dari langit.

  "Aku capek, Kak," sahut Sara lemas. Memang benar, dia saat ini merasa sangat lelah akibat terlalu lama berdiri.

  "Lo berani sama gue?" ancam Bumi, dengan nada bicara yang menaik. Sara hanya pasrah, bila di lawan yang ada dia pasti ditusuk Bumi dengan perkataan-perkataan kasarnya.

  "Iya, tunggu." Tak ingin mencari keributan, Sara memilih untuk bergegas pergi ke dapur.

  Ketika di dapur, dia mulai mengaduk-adukkan teh buatannya menggunakan sendok teh dan membuat suasana yang hening itu diisi dengan suara dentingan sendok. Setelah selesai, dia menuju ke kamar Bumi buat memberikan teh tersebut. Sebelum masuk, terlebih dulu dia mengetuk pintu kamar.

  Tak butuh lama Bumi membuka pintu itu setengah dan sekilas menatap Sara tanpa ekspresi, lalu dia mengambil gelas yang berisikan teh hangat tersebut dari tangan sang gadis. Setelahnya, dia membalikkan badannya tanpa mengucapkan terima kasih kepada sang pembuat.

  "Kak," panggil Sara yang membuat Bumi pun membalikkan badannya dengan kerutan di dahinya.

  "Aku." Kata-kata yang sudah disimpannya lama, entah kenapa sulit untuk diucapkan saat ini.

  "Apa?" tanya Bumi yang membuat Sara tersenyum tipis.

  "Kalau boleh jujur, sebenarnya aku sayang sama Kak Bumi," lanjut Sara lalu tertawa garing. Sedangkan Bumi tak berekspresi sama sekali, malahan dia menutup pintu kamarnya keras.

Broken Home [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang