Story 1
Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya.
Pukulan demi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sehabis acara makan malam bersama, waktunya bagi mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Posisi keluarga kecil Deon sekarang ada di dalam mobil. Selama di perjalanan Aron tak henti-hentinya berceloteh.
"Ih, lo nyebelin banget, sih, Ran!" gerutu Aron, dengan sengaja dia menyikut lengan saudara kembarannya itu yang tengah duduk berdampingan di kursi kedua. Salah satu alis Aran terangkat, dia sendiri bingung mengapa saudaranya itu sedari tadi tak habis-habisnya mengomeli dirinya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Deon berulang kali, dia melirik Aron lewat kaca di dalam mobilnya.
"Coba kalian lihat!" Aron menengadahkan ponselnya. Untuk melihatnya, Sara memalingkan wajahnya ke belakang, lalu mengambil alih ponsel itu.
"Emangnya kenapa dengan foto ini?" tanya Sara heran, sebab yang ditunjukan Aron itu ialah foto dirinya dengan Aran ketika berfoto di tempat pemotretan Sara bekerja sebagai seorang model sekaligus penyanyi.
Aron mendengkus kesal. "Nih, ha-lihat, tuh, Aran nggak senyum sama sekali. Terus nantinya dikira orang aku itu Aran. Pokoknya Aron nggak terima, nanti bisa aja fans Aron minder," jelasnya sembari memicingkan mata ke arah kembarannya yang sedang asyik memainkan ponsel beserta sepasang earphone yang melekat di kedua telinganya itu.
"Lo dengar nggak, sih, hah?" Aron menarik earphone Aran hingga terlepas, membuat sang empunya melotot tajam.
"Eh, udah, ya, ampun! Kenapa kalian bertengkar terus, sih? Kepala mama puyeng jadinya." Sara memijat pelipisnya berkali-kali.
"Aron, kamu itu nggak boleh begitu. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, walaupun kembar tapi tetap saja kalian itu mempunyai sifat masing-masing, nggak seharusnya sama. Sifat itulah membuat yang lain dapat mengenali kalian," lerai Deon, sesekali dirinya melirik Aron yang memasang wajah masam.
"Wajah cetakan aja belagu." Aran memang tergolong anak yang dingin, tetapi jika satu sahutan saja mampu membuat orang emosi karena perkataannya. Contohnya seperti sekarang.
"Lo ." Tangan Aron terangkat, siap untuk menonyor kepala Aran. Namun, tangannya langsung ditahan sang ayah cepat.
"Nggak boleh! Dan kamu Aran, nggak boleh berkata begitu. Turun sekarang!" Deon hampir kewalahan karena setiap harinya tidak pernah luput dengan yang namanya perkelahian di antara saudara kembar itu. Tanpa basa basi Aron langsung keluar dan nenutup pintu mobil itu sangat kerasnya setelah mereka sampai di perkarangan rumah.
Aran juga ikut keluar setelah kembarannya, hingga menyisakan pasangan suami-istri tersebut di dalam mobil. Sara kembali memijat pelipisnya.