"Kenapa kamu menolongku? Bukannya kamu juga membenciku? Kenapa juga kalian membiarkan aku hidup? Bukannya kalian itu suka kalau aku menderita?" tanya Sara beruntun dalam satu tarikan napas.
"Gue nggak sama mereka," jawab Laras seadanya. Setelahnya, dia membuka pintu untuk keluar.
'Maksudnya apa?' batin Sara kebingungan.
***
Keesokan harinya, di ruang makan tepatnya saat jam menunjukkan pukul 06.05 WIB.
"Ma ... Pa!" panggil Saras, membuat mereka yang ada di ruangan makan tersebut menoleh bersamaan ke sumber suara. Sinta dan Wisnu hanya bergumam sembari melahap sarapan pagi mereka.
"Eh, Laras. Cepat bilang!" bisik Saras sembari menyenggol lengan kembarannya itu.
"Ada apa kalian bisik-bisik gitu?" celetuk Leon. Dia ternyata menyadari bahwa kedua adiknya itu terlihat aneh.
"Bilang aja." Kali ini yang berbicara bukan Leon, melainkan Bumi.
Refleks, Saras dan Laras saling menuding satu sama lain untuk berbicara. Membuat kembaran itu sempat beradu debat beberapa saat.
"Lo, kan, Kakak gue." Dengan jurus kalimat andalan tersebut, membuat Saras tidak berkutik lagi. Dia memicingkan matanya ke arah kembarannya sebelum angkat bicara.
"Em ... jadi gini, dua hari lagi libur. Kami berdua, kan, ultah. Jadi, tadi malam aku sempat ngobrol sama Laras. Gimana kalau kita ngerayainnya pas malam hari? Kan, seru. Boleh nggak?" Saras memelas agar disetujui. Membuat mereka yang ada di sana saling bertukar pandang.
"Boleh." Mereka menjawab serentak, kecuali Saras dan Laras tentunya.
Leon terkikik geli. "Gue tahu, kok, maksud kalian. Jadi, kalian kira kami itu lupa sama ultah kalian gitu? Enggaklah, kalian, kan, adik kesayangan Abang Leon!" serunya.
"Jadi, pulang sekolah aku sama Saras mau buat undangan ultah dulu dan juga pilih-pilih dekorasi yang cocok." Sekarang yang berbicara ialah Laras, karena ekspresi Saras sudah mengusut karenanya.
"Iya, Sayang. Apa pun yang kalian lakukan asalkan hal itu membuat kalian senang." Sinta buka suara sembari tersenyum hangat.
Di lain ruangan. Perlahan-lahan kedua mata Sara terbuka setengah, mencoba menetralkan pandangannya.
"Ini udah jam berapa?" tanyanya ke diri sendiri sembari mengucek-ngucek mata dan mengambil ponsel di atas nakas samping tempat tidurnya. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home [End]✓
Fiksi RemajaStory 1 Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya. Pukulan demi...