"Nah, kita udah sampai." Sara lebih memilih melangkahkan kakinya menuju pohon besar nan rimbun yang terdapat sebuah ayunan itu. Tak lupa, di sana terdapat rumput-rumput hijau yang sedap dipandang. Sedari tadi dirinya mengagumi tempat yang dia pijaki ini.
"Bagus." Sara tak sadar mengucapkan kata itu, kekaguman yang dirasakannya sekarang membuat Deon menerbitkan senyum tipisnya. Menurutnya dia benar-benar pria idaman.
"Nanti aja kagumnya, mending kita langsung aja."
"Ngapain?" Akibat terbawa suasana, tanpa sadar Sara lupa tujuannya kemari kesini. Membuat Deon menjitak kening sang gadis.
"Katanya mau belajar ini. Hadeh untung cantik." Deon menunjukkan kamera yang barusan dia lepas dari lehernya. Lalu, dia menyerahkan benda tersebut ke tangan Sara.
Sara terkekeh. "Iya, ya, aku lupa. Tapi, ini gimana caranya?" sepersekian detik dia mengamati kamera yang dipegangnya. Benar saja, dirinya terlalu kurang update.
'Ckrek!
Pas sekali saat Sara menghadap ke arah ponsel Deon. Tanpa di duga, laki-laki itu berhasil menangkap sebuah gambar di mana foto Sara di ponselnya bisa dibilang tidak candid.
"Lucu banget, sih, lo!" ujarnya lalu tertawa lepas, membuat pipi Sara bersemu merah.
"Ish, Deon nyebelin banget, sih! Hapus nggak?" Sara mencoba mengambil alih ponsel dari tangan Deon. Namun, laki-laki itu lebih memilih untuk menjahili Sara dengan meninggikan tangannya, membuat gadis itu jadi kesusahan untuk menjangkaunya.
"Ambil aja sendiri," ujar Deon sembari mengejek. Lalu, dia berlari dan diikuti oleh Sara dari belakang. Hingga mereka berdua saling main kejar-kejaran. Membuat Sara jadi kewalahan, dia tidak sanggup lagi untuk mengejar.
"Hapus, dong! Nyebelin, ish!" gerutu Sara seraya menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Di mana kedua pipinya menggembung.
"Nggak." Jawaban singkat dari Deon membuat bibir Sara mengerucut. Dia menghela napas kasar, mau tidak mau dirinya cuma bisa pasrah. Toh, pastinya laki-laki itu juga bakal menghapusnya, itulah yang ada di dalam pikiran Sara.
"Udah cemberutnya?" Dengan tawa kecil, Deon menghampiri Sara sembari mengelap keringat di pelipisnya.
Sara tak menjawab. Dengan sigap Deon berjalan ke belakang Sara. Kedua tangannya menangkup kamera yang ada di tangan Sara. Sedangkan dagunya nangkring di pundak gadis tersebut.
"Nih, gue ajarin." Embusan napas hangat dari deon sangat terasa mengenai pipi Sara yang langsung merona merah.
'Deg!
Jantung Sara berdetak tak karuan setelah tangannya tiba-tiba saja di egang Deon. Lalu, dia memberanikan diri untuk menatap laki-laki yang berhasil membuat jantungnya bak mengadakan konser dadakan. Tanpa diduga, laki-laki yang dipandanginya juga ikut menatap dirinya.
Baik pihak laki-laki ataupun sang gadis, detak jantung mereka berdua berdegup kencang. Untuk menghindari suasana canggung seperti sekarang, Deon segera mengalihkan pandangan, lalu memberitahu tahap demi tahap cara memotret dengan benar.
"Paham nggak?" Tak butuh waktu lama, akhirnya Sara sudah mengerti walaupun ketika memotret gambar yang ditangkapnya sedikit kabur. Merasa cukup lelah, kedua orang itu lantas mendudukkan diri di atas rerumputan hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home [End]✓
Teen FictionStory 1 Di maki, di hina, dan di kucilkan oleh keluarganya sendiri, itu sudah biasa bagi gadis bernama lengkap Sara Talia Sincray. Hari-harinya selalu menahan tangisan. Tersenyum palsu di setiap keadaan memang sudah ciri khasnya. Pukulan demi...