🌸Chapter 47🌸

19.2K 443 16
                                    

  Tak terasa lima tahun sudah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Tak terasa lima tahun sudah berlalu. Sampai saat ini Sara masih belum sadarkan diri, Deon yang selalu mendampingi kekasihnya di setiap jam selalu bergumam sendirian seakan dia berbicara dengan gadis yang masih setia tidur itu. Tangan laki-laki itu mengelus pipi kekasihnya yang sampai sekarang ini masih dicintainya.

  "Kamu, kok, lama banget, sih, bangunnya? Emang nggak bosen apa? Aku kangen, lho." Sesekali Deon tersenyum miris, kedua matanya berkaca-kaca menahan air mata yang ingin menetes.

'Cup!

  Deon mencium kening kekasihnya sebentar, lalu dia bergumam kembali. "Cepat sadar, Sayang. Banyak orang yang menanti kehadiranmu. Dan orang itu termasuk aku sendiri."

  Tak bisa ditahan lagi, cairan bening meluncur deras di kedua pipinya. Dadanya sekarang kembali terasa sesak, sedangkan kepalanya juga mulai terasa sakit. Tangan Sara dia letakkan di pipinya, hingga dia sendiri merasa kejanggalan karena seperti ada yang mengelus pipinya.

  Kedua mata Deon tertuju ke jemari Sara yang bergerak sedikit demi sedikit. Melihat pergerakan itu, dia sangat terkejut, dengan cepat dia menoleh ke arah kekasihnya dan memanggilnya.

  "Sara," panggilnya untuk memastikan apakah itu khayalannya atau bukan. Kedua kelopak mata gadis itu perlahan terbuka dan menatap sang pujaan hati dengan layu.

  "De-Deon." Suara parau itu terdengar lembut. Membuat Deon membeku di tempat dengan kedua matanya yang tak berkedip menatap sang pujaan hati.

  "Kamu udah sadar? Kamu masih ingat aku?" Senyum dari Deon langsung mengembang. Dengan cepat dia menyeka air matanya dan langsung berteriak memanggil yang lain. Sontak saja mereka memasuki ruangan itu beserta Sang Dokter dengan was-was. 

  Di saat sudah di dalam ruangan, melihat Sara yang sudah membukakan matanya membuat mereka semua tersenyum cerah. Dan dokter Radit segera memeriksa kondisinya, lalu tersenyum setelahnya. "Alhamdulillah, kondisinya sudah mulai stabil."

  "Ya Tuhan  anakku." Sinta seketika langsung memeluk putri yang sudah lama ditunggu kesadarannya itu, hingga membuat Sara tersentak kaget dibuatnya.

  "Sara akhirnya kamu sadar juga, kami sangat senang," timpal Luna sembari tersenyum manis. Begitu pun juga dengan yang lain, termasuk Vanesha sendiri.

  "Maafin gue, Sar. Maaf," ujar Bumi yang diikuti dengan kakak-kakaknya yang lain.

  Melihat suasana baik ini lantas saja membuat Sara kebingungan. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa semua orang telah baik terhadapnya? Seperti itulah sekiranya pertanyaan yang terlintas di dalam pikirannya.
Luna yang merasakan kebingungan dari Sara, dia pun perlahan menceritakannya dengan pelan.

Broken Home [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang