Gara Gara Ayah

1 1 0
                                    

"Memang Ayah salah apa?"

"Ayah bahkan tidak tahu salah Ayah apa sampai anak kita pergi"

"Memang"

"Ayah ini keterlaluan"

Sebenarnya Ibu tidak kecewa, hanya saja Ibu tidak habis fikir mengapa Ayah bisa bersikap seperti itu, lantas Ibu pergi meninggalkan Ayah yang masih terdiam disana

"Ibu mau kemana?"

"Ibu mau mencari Arka dan Pelita, bukan seperti Ayah yang masih terdiam tanpa merasa bersalah"

"Tunggu dulu Bu"

"Ada apa"

"Ayah tahu, Ayah salah. Ayah minta maaf, Ibu jangan cuek seperti ini dong sikap nya, Ayah jadi sedih"

"Jangan minta maaf sama Ibu. Minta maaf sama Arka dan Pelita. Karena perkataan Ayah sudah membuat mereka kecewa"

"Iya Ayah nanti akan minta maaf sama Arka dan Pelita"

"Jangan nanti, sekarang"

"Iya, tapi mereka dimana?"

"Ya cari!"

"Dimana?"

"Ayah ini menyebalkan sekali! Kalau Ibu tahu mereka dimana untuk apa Ibu kebingungan seperti ini"

"Oh iya lupa, maaf"

"Cepat keluarkan mobil, kita cari Arka dan Pelita sekarang"

"Iya"

***

"Abang"

"Kenapa?"

"Ini kita serius ngga kabarin Ibu dan Ayah kalau kita lagi jalan-jalan, bukan pergi dari rumah karena marah"

"Tidak perlu. Biarkan saja"

"Abang kan marah nya sama Ayah, bukan sama Ibu, kenapa Abang seperti ini. Pasti sekarang Ibu sedang mengkwatirkan kita"

"Iya Abang tahu, Ibu ngga salah.
Tapi Abang masih kesal sama Ayah"

"Lalu apa hubungannya kesal nya Abang sama Ibu?"

"Ya tidak ada. Hanya saja, Abang ingin Ibu memarahi Ayah karena hal ini"

"Abang ini aneh"

"Aneh kenapa?"

"Suka mencari keributan"

"Tidak mencari"

"Lalu apa?"

"Menyukai"

"Apalagi itu tidak boleh!!!"

"Memang kenapa?"

"Keributan itu tidak baik, lebih baik berdamai saja"

"Terkadang keributan itu perlu untuk kita lihat"

"Untuk apa?"

"Untuk mengambil pelajaran dari setiap masalah"

"Kalau ingin mendapatkan pelajaran bisa membaca buku atau menonton film"

"Kalau itu sudah biasa"

"Terus"

"Abang ingin yang luar biasa"

"Ada-ada saja"

***

"Kita mau cari Arka dan Pelita kemana lagi?"

"Bagaimana kalau kita cari ke rumah teman mereka"

"Memang Ibu tahu rumah nya dimana?"

"Tidak"

"Ibu ini bagaimana, kalau tidak tahu rumah nya bagaimana kita cari Arka dan Pelita"

"Ya Ibu kan hanya berpendapat saja, tapi kalau soal alamat rumah teman-teman Arka dan Pelita ya Ibu tidak tahu"

"Yasudah, terus bagaimana? Kita mau cari Arka dan Pelita dimana sekarang?"

"Pikir saja sendiri"

***

"Huft, capek banget"

"Dasar payah"

"Biarin aja"

"Mau naik wahana apalagi?"

"Istirahat sebentar bang, gua capek"

"Maka nya itu badan kurusin, jadi ngga gampang capek jadi orang"

"Sial"

"Hahaha, yaudah lu tunggu disini.
Gua mau beli air minum dulu"

"Iya cepat"

"Bawel"

***

Hari sudah semakin larut, kini matahari pun tergantikan dengan bulan dan bintang.

"Hari sudah malam Bu, apa sebaiknya kita kembali ke rumah saja? Dan sudahi pencarian Arka dan Pelita?"

"Tidak Ayah, Ibu mau kita terus mencari Arka dan Pelita. Kalau Ayah ingin pulang, pulang saja. Turunkan Ibu disini. Ibu bisa mencari mereka sendiri"

"Hari sudah semakin larut. Kita lanjutkan besok saja.
Ibu harus istirahat"

"Tidak Ayah. Ibu mau kita tetap mencari Arka dan Pelita sampai ketemu"

"Tapi ... "

"Ini semua salah Ayah. Kalau saja Ayah tidak berbicara seperti itu, pasti sekarang tidak seperti ini"

"Ayah sudah minta maaf, dan Ayah menyesal. Tapi Kenapa Ibu bahas ini terus"

"Apa maaf dan penyesalan Ayah bisa mengembalikan Arka dan Pelita?"

"Cukup Bu! Ayah disini juga tersiksa atas ucapan Ayah sendiri"

Ibu pun menangis.

Bersambung

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang